Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Menggugat" Program PJJ Mas Menteri

27 Juli 2020   08:19 Diperbarui: 30 Juli 2020   00:06 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembelajaran Jarak Jauh memang memunculkan persoalan. Terutama menyangkut fasilitas penunjang untuk bisa belajar secara online. Ya apalagi kalau bukan hp/laptop/komputer, kuota, dan jaringan internet. Jangankan di wilayah "perdesaan" yang kerap tidak terjamah, di perkotaan pun persoalan ini juga ada!

Buktinya di rumah saya yang wilayah perkotaan. Jaringan Indosat sangat jelek. Jangankan untuk pemakaian data, untuk sekedar bertelepon saja susah. Di layar hp saya selalu muncul tanda "E" pada jaringan sinyal, yang berarti Error. Untuk bisa menelepon, saya harus ke luar rumah, berjalan kaki beberapa meter baru dapat sinyal. Itu juga tidak penuh. Bayangkan?!

Saya tidak tahu apakah hp saya atau memang jaringan Indosat-nya yang jelek? Tapi kalau hp yang jelek mengapa setiap teman saya ke rumah saya dan kebetulan pengguna Indosat, selalu mengeluhkan hal yang sama alami. "Jaringan Indosat jelek ya di sini?" Begitu selalu pertanyaan yang dilontarkan teman saya.

Sebagai pelanggan Indosat sejak operator itu meluncurkan kartu perdana untuk pertama kalinya, jelas saya kecewa. Belum lagi tagihan bulanan yang membengkak. Kebetulan saya pelanggan pascabayar. Saya beberapa kali bayar di atas Rp700 ribu sampai Rp 1 juta untuk pemakaian yang tidak optimal. Ya kan kuota tetap terkuras ketika jaringan tengah dipakai meski bacanya "lama".

Akhirnya saya beralih ke jaringan Wi-Fi yang sudah 5 tahun ini menemani. Ini saya ya, yang masih bisa dikatakan mampu membayar jaringan Wi-Fi. Bagaimana dengan mereka yang kondisi keuangannya pas-pasan? Yang hanya cukup untuk sekedar makan?

Bagaimana juga dengan mereka di tempat lain? Ada hp tapi tidak ada jaringan internet dan kuota. Ada yang punya hp, ada jaringan internet, tapi tidak ada kuota. Ada jaringan internet, tapi tidak punya hp, yang otomatis tidak ada kuota. Ada juga yang tidak punya hp dan tidak ada jaringan.

Berdasarkan Data Perencanaan Digitalisasi Nasional Kementerian Komunikasi dan Informatika, dari total 83.218 desa/kelurahan di Indonesia, ada 12.548 desa/kelurahan yang belum terjangkau 4G. Dimana 9.113 desa/kelurahan di antaranya merupakan daerah tertinggal, terdepan dan terluar.

Dari keseluruhan wilayah Indonesia, hanya 49,33 persen yang terfasilitasi jaringan 4G, 44,35 persen terfasilitasi jaringan 3G, dan 68,54 persen terfasilitasi jaringan 2G. Artinya ada 31,46 persen wilayah yang belum terfasilitasi.

Nah, apakah persoalan ini dipikirkan oleh Menteri Pendidikan Mas Nadiem? Apakah si Mas sudah memetakan kondisi ini? Berapa anak sekolah yang tidak punya hp? Berapa anak yang punya hp tapi harus bergantian pemakaiannya? Berapa anak yang punya hp tapi tidak mampu membeli kuota, dan lain-lain. Apakah si Mas sudah blusukan?

Lihat saja Dimas Ibnu Alias, siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I Rembang, Jawa Tengah, karena tidak punya hp, ia pun harus bersekolah tatap muka dengan gurunya. Itu dilakukannya sejak Tahun Ajaran Baru dimulai. Dia menjadi satu-satu murid di kelas itu mengingat teman-temannya yang lain belajar di rumah. Syukurlah sekarang Dimas sudah bisa belajar di rumah setelah mendapatkan bantuan dari vendor hp berikut kuotanya setelah semangatnya bersekolah viral.

Lalu bagaimana di tempat lain? Bisa jadi banyak Dimas-dimas yang lain. Yang mempertaruhkan "nyawa" dengan belajar di sekolah. Bagaimana nyawa tidak dipertaruhkan, apakah ada jaminan anak tidak terpapar Covid-19 saat berangkat dan pulang belajar di sekolah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun