Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bisakah Hidup Tanpa Plastik?

11 Juli 2020   09:52 Diperbarui: 17 Juli 2020   09:55 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belanja dengan kantong plastik (Sumber: dailymail.co.uk)

Tidak hanya itu, warga juga harus memilah sampah yang akan dibuang, sampah organik dan anorganik. Tidak lagi bercampur seperti sebelum-sebelumnya. Lalu menempatkannya di tempat sampah yang disesuaikan dengan peruntukkannya. Tempat-tempat sampah itu pun sudah dilabeli "organik" dan "anorganik" agar warga tidak salah menempatkannya. 

Belanja sayur (Dokumentasi pribadi)
Belanja sayur (Dokumentasi pribadi)
Biasanya setiap Rabu atau Kamis, sampah-sampah ini diangkut truk sampah untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA). 

Untuk sampah organik biasanya dipakai untuk pembuatan kompos. Sementara sampah anorganik dipilah lagi mana yang bisa didaur ulang dan tidak bisa didaur ulang.Sampah yang bisa didaur ulang disetor di "bank sampah", lalu biasanya diberikan ke ibu pemulung yang biasa "beroperasi" di kompleks rumah saya.

Tentu saja untuk memilah sampah ini membutuhkan kantong plastik. Tidak mungkin juga kan saya membungkusnya pakai kertas mengingat persediaan kertas di rumah juga terbatas karena dalam setiap agenda pekerjaan yang saya hadiri sudah paperless. Begitu pula dengan koran bekas, sudah 1 tahun lebih ini suami saya tidak berlangganan koran dan beralih ke media online yang bisa diakses melalui handphone.

Jadi, ketika pedagang memasukkan belanjaan saya ke dalam kantong plastik, saya membiarkan saja karena itu sangat bermanfaat buat saya. Terlebih saya berbelanja seminggu sekali, jadi stok kantong plastik sangat minim di rumah. Terkadang kantong plastik itu berulang kali saya pakai. Saya cuci, saya jemur, saya pakai lagi untuk membuang sampah.

Jadi, apakah kita bisa hidup tanpa plastik? 

Penggunaan plastik memang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Sifatnya yang ringan dan kuat membuat plastik praktis untuk digunakan. Jadi, menurut saya sih rasanya sulit juga kita bisa benar-benar hidup tanpa plastik.

Okelah kita bisa menghilangkan kebiasaan menggunakan kantong plastik seiring dengan keluarnya kebijakan pelarangan penggunaan kantong plastik dengan menggunakan kantong belanja yang ramah lingkungan seperti yang terbuat dari kain atau kertas, tapi untuk produk-produk yang lain?

Kalau ingin mengurangi sampah plastik, mengapa kantong plastik yang harus disalahkan? Ya, bagaimana tidak. Produk-produk yang sering kita beli saja sebagian besar kemasannya terbuat dari plastik. Makanan ringan, deterjen, tisue, dan banyak lagi. Ujungnya: limbah sampah plastik.

Entah sudah berapa juta ton sampah plastik yang kita hasilkan? Sebagian besar berasal dari kategori sampah rumah tangga. Terlebih kegiatan konsumsi kita dilakukan setiap hari, mungkin juga dalam hitungan jam.

Untuk diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia, bahkan menempati urutan kedua yang terbanyak. Sayangnya, tingkat daur ulang sampah plastik di Tanah Air masih sangat rendah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun