Mohon tunggu...
Neng Ranie
Neng Ranie Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Seorang mahasiswi yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gunung Es Perundungan

6 Desember 2022   17:55 Diperbarui: 6 Desember 2022   18:17 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sobat remaja, coba tebak. Gunung, gunung apa yang membuat miris? Ada yang tahu jawabannya? Jawabannya adalah gunung es perudungan. Yup, miris ya kasus perundungan lagi, perundungan terus. Kasus perundungan ini seperti fenomena gunung es. Meski beberapa kali kejadian perundungan terekspos melalui video viral, tetapi sebenarnya hanya sebagian kecil saja. Sementara di bawahnya banyak sekali kasus perundungan yang tidak diketahui, baik oleh orang tua, guru, masyarakat, terlebih media.

Perundungan atau bullying bisa terjadi pada siapa saja dan di mana pun. Di lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dunia kerja, bahkan dunia pendidikan. Tindakannya pun beragam mulai dari diejek, dimaki, dilecehkan, diancam, dipukul, dijambak, ditendang, dikeroyok sampai perlakuan tidak manusiawi dialami oleh korban bullying. 

FYI, bullying di dunia pendidikan negara kita menepati posisi kelima dari 78 negara dengan murid yang mengalami perundungan paling banyak. Dalam kurun waktu 2011 hingga 2019, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima setidaknya 37.381 laporan perundungan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.473 kasus diduga terjadi di dunia pendidikan. Sementara itu Organisation of Economic Co-operation and Development (OECD) dalam riset Programme for International Students Assessment (PISA) pada Tahun 2018 mengungkapkan, sebanyak 41,1 persen murid di Indonesia mengaku pernah mengalami perundungan. 

Beberapa hari lalu, jagat maya kembali digemparkan dengan beredar video seorang siswa di SMP Baiturrahman, Kota Bandung, yang menjadi korban bullying teman sekelasnya (republika.co.id, 19/11/2022). Korban sempat pingsan akibat kepalanya ditendang oleh pelaku. Bukannya membantu, seorang siswa lainnya ikut menindih korban yang terlihat tidak berdaya. Astaghfirullah, parah banget ya, Sob. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat menimba ilmu berubah menjadi tempat yang sangat menakutkan. 

Menelusuri Penyebabnya 

Bullying ini enggak bisa dianggap kasus yang enteng, loh. Seperti penyakit menular, dampak bullying bisa berbahaya bagi kesehatan mental, baik si korban maupun pelaku. Bagi si korban, dampak bullying ini juga bukan hanya fisik yang terluka, cedera atau cacat, tetapi menyisakan air mata, depresi, trauma hingga bisa memicu aksi bunuh diri. 

Dikhawatirkan kedepannya korban bukan tidak mungkin akan jadi pelaku bullying, karena balas dendam atau ingin orang lain merasakan penderitaan yang dialaminya. Bagi pelaku tindak bullying jika dibiarkan begitu saja, mereka cenderung akan melakukan hal yang sama sampai mereka dewasa, lebih parahnya mereka akan berpotensi menjadi pelaku kriminal. Kenapa bullying ini terus terjadi? Apa sih penyebabnya?

Penyebabnya karena mereka hidup jauh dari ajaran agama, sehingga kurang memahami benar dan salah, boleh dan dilarang. Akhirnya perilakunya bersifat emosional dan mengikuti hawa nafsu. Orientasi materi dan pemisahkan agama dari kehidupan, membuat kita abai dengan syariatnya Allah dan cenderung melakukan apa pun semau dan sesukanya. Pemikiran rusak ini juga melahirkan paham kebebasan (liberal) dan budaya permisif di tengah masyarakat. So, enggak heran kalau hari ini praktik bullying merajalela.

 

Mencari Solusinya

Syariat Allah subhanahu wata'ala merupakan aturan hukum yang ditetapkan untuk keselamatan umat manusia dalam kehidupan ini, sob. Pokoknya apa pun permasalahannya, baik masa lalu, kini, maupun yang akan datang, Allah telah menjelaskan di dalam Al-Qur'an maupun melalui Rasulullah saw. Mulai dari bangun tidur sampai bangun negara, dari urusan pribadi sampai urusan luar negeri. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun