Mohon tunggu...
Neneng Maulyanti
Neneng Maulyanti Mohon Tunggu... Dosen - perempuan

pensiunan PNS dan dosen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pewarisan Nilai Budaya Jepang (Bagian Ketiga)

24 Oktober 2021   19:39 Diperbarui: 24 Oktober 2021   19:44 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan demikian para siswa bisa memilih kelas yang dirasakan sesuai dengan minat dan bakatnya, dan dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Kendati demikian, bukan berarti setiap siswa terbebas dari pelajaran-pelajaran lainnya, karena kelas-kelas kompetensi tersebut hanya diadakan pada hari-hari dan jam-jam tertentu saja. 

Artinya, di luar jadwal tersebut, siswa belajar biasa di kelas reguler, dan mendapatkan berbagai pelajaran lainnya. Kami cukup beruntung, karena pada hari itu ada kegiatan kelas-kelas kompetensi, yakni kelas musik dan kelas melukis. Oleh karena itu, kami (seluruh trainee) menyempatkan diri mendatangi kelas-kelas tersebut. Siswa-siswa yang sedang berlatih terlihat sangat serius. Mungkin karena kegiatannya sesuai dengan hobi mereka.

Mengakhiri pelaksanaan tugas observasi sekolah adalah mengelilingi area sekolah untuk melihat fasilitas pengajaran, dan menyaksikan kegiatan para siswa di sore hari setelah selesai program belajar di kelas. 

Baik di dalam ruangan-ruangan maupun di luar ruangan, terlihat semua siswa tingkat SMP dan SMA tengah asyik dalam kegiatannya masing-masing. Setelah kemi dekati, barulah kami tahu bahwa mereka tengah mempersiapkan perayaan 'Tanabata' atau Festival Bintang yang diselenggarakan pada tanggal 7 Juli.

Dokpri
Dokpri
Masing-masing siswa melakukan tugasnya dengan semangat. Sebagian siswa menggotong pohon bambu dan meletakkan pohon tersebut di tempat yang telah ditentukan, kemudian mereka mulai menghias ranting-ranting bambu dengan berbagai hiasan terbuat dari kertas warna warni. 

Beberapa siswa lainnya membuat hiasan terbuat dari kertas yang cukup besar untuk di gantungkan di sekitar pohon bambu atau di tempat lainnya. Siswa yang tidak termasuk dalam tim dekorasi, sibuk di kelas masing-masing membuat hiasan-hiasan kecil dengan menggunakan kertas warna-warni untuk digantungkan di pohon bambu. 

Begitu ada aba-aba dari guru yang mengatakan bahwa mereka diperbolehkan pulang, semua siswa membereskan ruangan, dan menyimpan pekerjaan mereka yang belum rampung di loker masing-masing. Setelah kelas bersih dan rapi kembali, mereka mendatangi guru, membungkukkan badan kepada guru sambil mengucapkan salam, lalu bergegas pulang.

Menurut salah seorang guru, salah satu acara yang perlu diikuti oleh semua siswa adalah kegiatan mempersiapkan perayaan (matsuri). Tujuannya adalah untuk mengembangkan kreativitas siswa, dan agar siswa merasa bahwa perayaan tersebut adalah milik mereka.  Peran guru di dalam persiapan perayaan tanabata atau perayaan lainnya hanya sebagai instruktur, motivator, dan fasilitator.

Dari kegiatan observasi sekolah, saya meyakini bahwa sekolah-sekolah di Jepang sudah menjadikan sekolah sebagai wahana transformasi nilai budaya Jepang. Tentu saja upaya sekolah dalam membina nilai moral siswa, tidak berjalan efektif tanpa campur tangan dunia luar sekolah. 

Oleh karena itu, saya banyak menggali informasi dari para guru di sekolah tersebut, untuk menemukan kaitan antara sekolah dengan dunia luar sekolah. Informasi yang saya dapatkan adalah sebagai berikut:

Pihak orang tua siswa selalu dilibatkan dalam kegiatan persekolahan dan tentunya juga berkaitan dengan perkembangan akademis dan kepribadian siswa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun