Mohon tunggu...
Zil Fauzi
Zil Fauzi Mohon Tunggu... -

[tertua....pertama....pembuka kisah] jadi, seberapa sering anda menjumpai seseorang yang memiliki kemauan untuk lebih tua dari usia sebenarnya ? dari sini, diri mencoba menggenapi. tak patut pula untuk melewatkan godaan berwisata alam bebas serta menonton film horor. selain sepak bola yang dapat menjadi pengikat sua. pemuda yang coba menulis dengan nilai A+ untuk predikat 'tidak berbakat-sangat tidak dianjurkan-dan agak berbahaya'.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan lelah untuk berbagi, SELAMAT IEDUL ADHA !

16 November 2010   07:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:34 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Penetapan jatuhnya hari raya Ied Adha oleh pemerintah dan sebagian besar umat muslim di Indonesia (Muhammadiyah-pen), sedikit banyak menimbulkan perbincangan di sekitar tempat saya bermukim sekarang. Beberapa kawan mengikuti kebiasaan orang tua mereka (untuk ikut pendapat kalangan Muhammdiyah-pen) dan sebagaian besar memilih untuk mengikuti pemerintah. Tak sedikit yang mengeluh dan aktif bertanya kepada seorang kawan kami yang lulusan pesantren, mengenai masalah ini. "Ah, kan ada pemerintah, Ulil-'amri, kata sebagian yang lain dengan enteng. "kalo' mau ko' kerja sehari-hari pake' kalender yang biasa, kalo' mauko ' sambayangnu',ibadahnu', pake' ko' kalender islam," timpal yang lain tak mau kalah.  Pendapat yang tak kalah menarik, diutarakan oleh seorang kawan, "begini e..e luas indonesia ini kan kurang lebih seluas eropa barat, bisa saja sama-sama melihat matahari, tapi beda pandang untuk melihat bulan, karena berbedaki' posisi di daerahta' masing-masing". "iyo tawwa', " sambung yang lain. Ia masih melanjutkan kata-katanya " na itumi guna-gunanya bulan tawwa' , untuk ibadah dan haji". Pendapat yang terakhir itu, disambut tawa kawan yang lain dengan riuh.

Perbincangan kami pun berlanjut sampai beberapa menit kedepan, hingga kehadiran kawan pemilik rumah, yang dengan tersenyum mempersilahkan kami untuk menikmati ketupat dan soto ayam. Sambil berpikir, "ah, mengapa tak setiap hari saja ada hari raya, agar kita dapat terus saling berbagi".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun