Mohon tunggu...
Nenden SuryamanahAnnisa
Nenden SuryamanahAnnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hanya seseorang yang sedang belajar menulis dan belajar menyampaikan opininya lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tuhan, Izinkan Aku Hidup Seperti Ini Saja

30 April 2021   11:58 Diperbarui: 30 April 2021   12:00 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cahaya mentari pagi menerobos jendela. Bayangan seorang gadis tercipta di lantai karenanya. Sudah dua jam ia menatap matahari yang meninggi, atau mungkin hanya sekedar menatap kosong ke luar jendela.

Tubuhnya dibungkus piyama rumah sakit. Tangannya menggenggam rangkaian bunga palsu berwarna oren dan kuning. Wajahnya sendu, matanya redup dan kerutan yang seharusnya belum ada di wajahnya mulai terlihat meski tipis.

Sudah dua minggu dia berada di rumah sakit itu. Seminggu ia habiskan dengan berbaring sembari bertarung antara hidup dan mati. Seminggu lagi ia habiskan hanya dengan termenung seharian di depan jendela.

Dua perawat datang membawa beberapa pil obat, tersenyum ramah menyapa.

"Kalau yang kalian bawa bukan pil yang ku inginkan kemarin, aku akan tetap menolak untuk meminumnya. Tak usah membujuk, jawabanku akan tetap sama. Jangan juga memaksa, kalian tidak mau kan ditegur karena membuat barang-barang di ruangan ini rusak oleh pasien?"

kedua perawat yang baru ditugaskan satu minggu itu menurut. Tanpa mengucap sepatah kata, mereka meninggalkan tempat. bukan karena malas membujuk. Namun baru kemarin, seorang perawat yang lebih senior dilarikan ke UGD, dahinya robek dan dijahit 7 jahitan karena memaksa gadis itu minum obat.

Gadis itu kembali menatap kosong jendela. Matahari sudah sedikit meninggi. Suara-suara yang ia dengar selama koma kembali mensesaki kepalanya.

"kalau saja ambulan bisa datang lebih cepat mungkin kedua orang tuanya bisa selamat."

"kasian sekali, kejadiannya tepat di hari kelulusannya."

"ia seharusnya sekarang sudah menjadi dokter di rumah sakit ini, bukan sebagai pasien"

Dua tetes air mata gadis itu mengaliri pipinya yang tirus karena mogok makan. Genggamannya pada rangkaian bunga palsu itu mengerat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun