Mohon tunggu...
Nenden SuryamanahAnnisa
Nenden SuryamanahAnnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hanya seseorang yang sedang belajar menulis dan belajar menyampaikan opininya lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku (Tidak) Benci perintah-Nya

8 April 2021   13:53 Diperbarui: 8 April 2021   13:59 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Farhan membenarkan posisi duduknya. "Hari ini, ibu datang ke kantor. Dia memaksa untuk salat duha bersamaku. Aku mengiyakan. Tak tega melihat tubuhnya yang semakin kurus karna mogok makan. Sialnya, saat aku menemani ibu salat duha, seorang investor terkenal  datang ke kantor.

09.30, saat aku kembali, sekretaris pribadiku bilang bahwa investor itu membatalkan kontraknya. Hari ini harusnya aku dipecat tapi karna aku sekarang wakil direktur, direktur utama hanya memotong gajiku. Jika itu diperbaiki, gajiku tidak akan dipotong, bukan?"

Profesor itu diam sejenak, mengangguk-angguk, mencoba paham. Lantas mengiyakan permintaan Farhan. "Tapi ingat! Anda tidak bisa mengubah lagi masa lalu yang telah Anda ubah hari ini, Farhan." Farhan mengangguk, lantas menekan lagi tombol hijau itu. Untuk kali keempat ruangan itu bercahaya biru beberapa detik, kemudian gelap.

Belum lima menit, ruangan kembali menyala. Farhan memburu nafas lebih ganas, kali ini bukan hanya peluh yang mengucur tapi juga air mata.

---

09.30. Setelah salat duha di musola kantor tanpa di temani Farhan, Ibu bergegas pulang. Cairan bening tak berhenti keluar dari matanya. Ibu memilih berjalan kaki, ia takut merepotkan anaknya lagi.

Belum sampai setengah perjalanan. Mobil Alpard hitam melesat cepat menabrak ibu saat menyeberangi jalan sepi. Tubuh ibu terpelanting jauh. Seketika darah segar membasahi aspal. Seorang Investor terkenal mengumpat dari dalam mobil, lantas melirik arloji.

"Kirim ambulans kemari, beri uang tutup mulut pada keluarganya, saya tidak ada waktu untuk mengurus hal ini" Mobil Alpard hitam itu melanjutkan perjalanan menuju gedung perusahaan yang berada tak jauh dari sana.

Tepat saat ambulans sampai di lokasi, Farhan sedang sibuk menandatangi kontrak dengan investor terkenal itu. Dan tepat saat nafas ibu Farhan terakhir berhembus, Farhan di kantornya tersenyum bahagia mendapat bonus berkali lipat.

---

Farhan keluar ruangan dengan ekspresi tak karuan. ia melihat antrean "pasien" yang tak sabar menunggu giliran. Wajah mereka berseri, membayangkan nasib baik yang akan segera menghampiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun