Mohon tunggu...
Nenden SuryamanahAnnisa
Nenden SuryamanahAnnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hanya seseorang yang sedang belajar menulis dan belajar menyampaikan opininya lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku (Tidak) Benci perintah-Nya

8 April 2021   13:53 Diperbarui: 8 April 2021   13:59 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Padahal nilai rapot Aziz sama Farhan cuman beda sedikit, bu. Beda hasil di ujian fisika. Pas ujiannya Farhan malah izin ke kamar mandi, mau salat duha katanya, jadi ajah ga keisi satu soal, waktunya kurang." Ibu tertawa di akhir kalimat Aziz. "Ga apa-apa, asal Farhan nurut sama ibu, ibu mah tetep bangga" ibu tersenyum sembari Menepuk-nepuk punggung Farhan.

Dua tahun berlalu, Farhan dan Aziz sibuk menjalani rutinitas sebagai mahasiswa. Mengejar nilai IPK, berorganisasi dan segala kesibukan melatih softskill dan hardskill yang menghabiskan banyak waktu mereka.

09.30. Farhan berlari menaiki tangga ke lantai enam. Lift di setiap lantai penuh antrean. Pertemuan hari ini sangat penting, membahas program khusus buatan Rektor. Program yang sangat berpengaruh bagi karier Farhan ke depan. Banyak tim yang mendaftar, termasuk tim Aziz, namun tim Farhan yang terpilih. Sialnya, jadwal pertemuan penting itu jam 9 pagi, waktu salat duha Farhan.

Ibu akan mogok makan kalau tahu Farhan tidak salat duha tepat waktu. Itulah alasan utama Farhan memilih terlambat di pertemuan penting itu.

Tepat saat Farhan sampai di depan pintu Kantor Rektor, Aziz menyodorkan sebuah dokumen berkliping merah padanya. "Timmu didiskualifikasi, Pak Rektor yang sekarang sangat disiplin Farhan, kamu tahu itu kan? Dia langsung suruh tim aku jadi penggantinya." Farhan terduduk lemas di kursi depan Kantor Rektor, begitu juga anggota tim Farhan lainnya. Aziz menepuk punggung Farhan, menenangkan.

Enam bulan berlalu, Farhan dan Aziz diterima di perusahaan yang sama namun dengan jabatan yang berbeda. Aziz berhasil naik jabatan menjadi wakil direktur hanya dalam dua tahun. Sedangkan Farhan masih ada di jabatan yang sama. 30 menit yang Farhan luangkan untuk salat duha, sukses membuat karir Aziz maju lebih depan darinya.

Untuk kali kedua Farhan duduk di kursi penonton, lagi-lagi, mendengarkan pidato Aziz, namun kali ini dalam acara kenaikan pangkatnya. Farhan menghembuskan nafas pasrah. Ia pergi sebelum acara selesai.

---

"Apa Anda yakin dengan keputusan Anda, Farhan?" Farhan mengangguk. Kaca bening itu menampilkan visual dua tombol, hijau dan merah. Dengan tulisan "ganti" di bawah tombol hijau dan "tetap" di bawah tombol merah.

Farhan mengulurkan tangannya ragu. Lantas menekan dengan hati-hati tombol hijau. Kaca bening dan dinding-dinding ruangan itu kembali bersinar biru, kemudian gelap.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun