Mohon tunggu...
nency_118
nency_118 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Path, Berbagi Informasi atau Berbagi ke Eksistensian?

7 Oktober 2015   22:30 Diperbarui: 7 Oktober 2015   23:10 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Saat ini Intrernet bukan hal asing lagi  bagi masyarakat , bahkan hampir semua orang meggunakannya. Internet memudahkan orang dalam memberikan informasi secara cepat serta mampu menembus ruang dan waktu karena kita dapat mengakses dimana dan kapan saja. Sekarang ini jarak tidak menjadi masalah karena kita dapat berkomunikasi dengan siapapun di belahan dunia ini tentunya yang terhubung dengan jaringan internet. Kemudahan bisa kita dapatkan dengan menggunakan internet dalam berkomunikasi, terutama lewat media sosial. Jaman sekarang orang-orang lebih suka berkomunikasi melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, Bbm, Line, Path, Whats app dibandingkan melalui SMS atau telepon. Media sosial sekarang ini sangat canggih karena tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi saja tetapi juga bisa membagikan foto, video, bahkan lokasi dimana kita berada seperti halnya Path.

Path adalah salah satu media sosial yang memiliki kegunaan dan memiliki fungsi untuk memberikan informasi bagi para penggunanya. Di Indonesia sendiri path sedang digandrungi oleh para remaja Karena Path memiliki fitur-fitur yang berbeda dengan media sosial lainnya. Masing-masing fitur memilki kegunaan dan fungsi seperti :

  1. Path memiliki fitur untuk check in tempat yaitu membagikan lokasi dimana kita sedang berada. Fitur tersebut mempunyai tujuan yaitu untuk menginformasikan kepada pengguna path lainnya bahwa kita sedang berada di lokasi itu.
  2. Path memiliki fitur untuk membagikan lagu apa yang sedang kita dengar. Biasanya para pengguna path membagikan lagu yang sedang di dengar sesuai dengan kondisi atau perasaan yang sedang dirasakan.
  3. Path memiliki fitur untuk membagikan film apa yang sedang kita tonton dan buku apa yang sedang di baca. Fitur tersebut bisa memberikan informasi dan juga memberikan refensi bagi pengguna Path lainnya, contohnya ketika saya menonton film di bioskop atau ketika saya membaca buku yang saya bagikan di Path, kemudian ada teman saya di Path merasa tertarik untuk menonton film yang saya lihat atau mebaca buku yang saya baca maka hal tersebut menjadi sebuah referensi bagi teman saya di Path.
  4. Path memiliki fitur untuk mengunggah foto. Fitur tersebut banyak digunakan bagi pengguna Path untuk membagikan moment apa saja atau moment yang penting menurut diri sendiri.
  5. Path memiliki fitur untuk update status. Para pengguna path sering update status sesuai dengan apa yang dirasakan saat ini.

Seiring dengan zaman yang semakin modern, para pengguna Path tidak lagi memperhatikan fungsi dan kegunaan yang semestinya. Para pengguna Path saat ini lebih mementingkan ke eksistensiannya. Bahkan mereka membagikan lokasi-lokasi yang terkenal dan juga membagikan tempat yang sedang hits di kalangan penggunanya. Fitur check in tempat biasanya digunakan sebagai ajang pamer karena para penggunanya berlomba-lomba ingin check in di tempat atau cafe yang mahal dan berkelas agar dikatakan keren oleh para pengguna path yang lain . Tidak hanya itu, para remaja sekarang ini ketika makan, memfoto makanan itu lalu di bagikan di Path, kemudian baru dimakannya. Seolah-olah lebih penting sebuah foto daripada mengisi perut. Tanpa disadari perilaku itu telah menjadi kebiasaan bagi para remaja bahkan telah menjadi budaya.

Media sosial Path bisa membuat seseorang menjadi eksis namun juga dapat membuat orang jatuh. Jatuh karena tidak hati-hati atau tidak memanfaatkan sebaik mungkin. Contohnya kasus yang menimpa Florence Sihombing yang meluapkan emosinya di Path mengatakan “Jogja miskin, tolol, dan tak berbudaya. Teman-teman Jakarta-Bandung jangan mau tinggal di Jogja”. Dilansir dari (googleweblight.com) malah membuat Florence Sihombing di laporkan polisi karena kata-kata yang tidak pantas.

Perilaku pengguna Path sangat berkaitan dengan Teori Ketergantungan Media. Teori ketergantungan media (Dependency Theory) dikemukakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin L. Defleur pada tahun 1976 dilansir dari science6a Teori ketergantungan media (dependency theory) adalah teori yang menjelaskan ketergantungan seseorang terhadap penggunaan media. Jika seseorang bergantung dengan media, maka media menjadi suatu kebutuhan dan memiliki arti penting bagi pengguna media tersebut. Apabila media digunakan terus – menerus maka dapat mempengaruhi pikiran bagi pengguna media baik berupa hal-hal yang positif dan negatif.  Pengertian teori tersebut berkaitan dengan para pengguna path yang sering mengunggah musik apa yang didengar, update status, check in tempat dan lain-lain, yang mebuat mereka harus mengunggahnya di Path, kalau tidak mengunggah apapun merasa ada yang kurang. Sehingga pengguna Path merasa bergantung dengan media sosial Path.

Teori ketergantungan media juga memiliki asumsi memiliki keterkaitan dengan perilaku pengguna Path saat ini. Teori ketergantungan media memiliki asumsi tentang media dan masyarakat sebagai berikut :

  1. Media dapat mempengaruhi masyarakat, karena media menyodorkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat bukan apa yang terjadi sebenarnya.

Sama halnya dengan media sosial Path yang menyajikan fitur-fitur yang dibutuhkan bagi penggunanya tanpa melihat kondisi apa yang sedang terjadi.

  1. Semakin media banyak digunakan oleh masyarakat, semakin media mempengaruhi tingkah laku, pola pikir , dan kepercayaan masyarakat.

Asumsi tersebut sesuai dengan perilaku pengguna Path yang tingkah lakunya berubah contohnya yang memfoto makanan terlebih dahulu lalu diunggah kemudian baru dimakannya.

  1. Karena peningkatan kompleksitas pada masyarakat modern, maka masyarakat banyak bergantung pada media karena memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat .

Asumsi tersebut sesuai dengan jaman sekarang yang masyarakat semakin modern, dan media media baru seperti media sosial bermunculan yang memenuhi kebutuhan masyarakat.

  1. Semakin tinggi tingkat kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat semakin tinggi pula tingkat ketergantungan terhadap media. (mongonsidi48)

Asumsi diatas sesuai dengan pengguna Path sekarang yang membutuhkan informasi-informasi seperti film bioskop, check in tempat sehingga untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan mereka menjadi tergantung dengan media Path.

Ketika menggunakan media sosial kita harus menggunakan dengan bijak dan menggunakan sesuai dengan kebutuhan. Berbicara lebih hati-hati agar tidak ada yang tersinggung. Yang utama harus bertanggung jawab dengan apa yang kita lakukan di media sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun