Mohon tunggu...
Nena Nurkaenah
Nena Nurkaenah Mohon Tunggu... Guru - simple

Penyuka kata yang terangkai makna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menerapkan Budaya Positif dalam Kelas

8 Desember 2020   13:40 Diperbarui: 8 Desember 2020   21:24 2930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan merupakan faktor penting dan menentukan dalam kehidupan berbudaya, berbangsa dan bernegara. Kemajuan suatu bangsa sangat tergantung pada tingkat pendidikan yang diperoleh rakyatnya. Rakyat memperoleh pendidikan melalui mekanisme sistem pendidikan nasional yang telah ditetapkan. Sistem pendidikan nasional Indonesia dilaksanakan untuk meningkatkan kehidupan bangsa yang bermutu baik dalam arti moral spiritual maupun mutu dalam arti intelektual-profesional.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan pada saat ini adalah masalah disiplin dalam mentaati aturan sekolah, kurangnya menjaga kebersihan, perilaku moncontek pada saat melaksanakan tes, budaya belajar dan membaca yang rendah, serta budaya kompetisi antar siswa yang juga dirasakan masih rendah

Pemerintah melalui perpres nomor 87 tahun 2017 mengeluarkan peraturan tentang Penguatan Pendidikan Karakter. PPK d ilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab.

Sebagai seorang guru tentu saya ingin menerapkan budaya positif yang ada dikelas dengan tujuan menciptakan suasana kelas yang kondusif, membangun hubungan yang harmonis untuk menunjang terbentuknya norma, keyakinan, sikap, karakter, dan motif berprestasi sehingga tumbuh menjadi sikap berpikir warga sekolah yang positif.

Berikut adalah Langkah-langkah yang akan saya lakukan dalam menerapkan budaya positif dikelas, 1) Pernyataan tujuan; 2) Melibatkan seluruh murid; 3) Menyusun perilaku yang diharapkan; 4) Mempertahankan perilaku yang diharapkan; 5) Melakukan refleksi rutin; dan 6) Memastikan konsekuensi dijalankan. Dari langkah-langkah pokok di atas, untuk selanjutnya perlu disusun bentuk kegiatannya, sehingga dapat memberdayakan seluruh peserta didik dalam mewujudkan perilaku atau kebiasaan positif di kelas.

Pertama saya melakukan tanya jawab dengan peserta didik untuk menanyakan tujuan belajar, perlu diketahui bahwa menerapkan kesepakatan kelas di sekolah dasar tidaklah mudah, perlu contoh yang mudah dipahami agar anak mampu menuangkan idenya misal, "Apa tujuan kamu dalam belajar?" anak-anak serentak menjawab "supaya pintar bu" kemudian guru bertanya lagi, "Jika kalian ingin pintar dalam belajar, tentu tidak semudah itu, ada usaha, ada upaya agar kalian bisa menjadi murid yang pintar. Nah, apa yang kalian lakukan untuk bisa mencapai itu?".  ada yang menjawab, belajar bu, giat berlatih bu, banyak membaca bu, disiplin bu. Begitu beragam jawaban anak-anak. 

"Nah, tadi kalian sudah tahu bahwa tujuan belajar adalah menjadi pintar, sekarang ibu akan menceritakan kisah, seorang yang sukses. Ternyata sukses itu tidak gampang di raih, butuh perjuangan, pantang menyerah, dan selalu menerapkan kedisiplinan". Kemudian saya membacakan kisah Pak Habibie dalam perjalanan hidupnya hingga mencapai kesuksesan, dari kisah yang telah dibacakan, saya mengarahkan anak-anak untuk menuliskan apa saja yang dilakukan Pak Habibie untuk mencapai kesuksesan, kemudian anak-anak mulai menuliskan upaya yang dilakukan Pak Habibie dalam mewujudkan impiannya menjadi seorang yang sukses.

Setelah itu guru mengarahkan apa yang menjadi harapan atau impian kalian  di kelas ini, agar proses pembelajarannya mendukung kalian untuk menjadi murid yang pintar.  Kemudian anak-anak menuliskan, tanggung jawab, disiplin, bekerja keras, selalu tepat waktu, dan rajin beribadah. Saya membantu anak-anak untuk mengeluarkan ide dalam membuat kesepakatan kelas. "Oke kita buat kesepakatan kelas ya, agar murid-murid di kelas ini merasa nyaman dalam belajar, dan tujuan kalian menjadi orang pintar dan sukses di masa depan bisa terlaksana".

"Pertama kalian ingin kelas yang bagaimana?", serentak murid-murid menjawab "yang bersih bu, yang nyaman, tidak ada sampah di kolong meja." Ada yang menjawab. "tidak ada yang terlambat atau kesiangan bu, karna mengganggu bu guru yang sedang menerangkan". Saya memberi penegasan kepada anak-anak, "kalau kalian menginginkan kelas yang bersih dan nyaman berarti kalian dikelas ini harus menjaga kebersihan, tidak membuang sampah dikolong meja dan setiap siswa yang piket harus memeriksa seluruh kolong meja yang ada dikelas untuk memastikan tidak ada sampah yang tertinggal. Yang kedua masalah kedisiplinan, kita sepakat ya untuk datang tepat waktu, bukan hanya pada saat datang saja tetapi pada saat jam istirahat sudah menandakan waktu masuk kalianpun harus bergegas masuk kelas, jangan ada yang masih di kantin atau di lapangan bermain bola."

"Sekarang ibu mau tanya lagi, kalau ada yang melanggar komitmen yang sudah dibangun dikelas apa konsekuensinya?" anak-anak menjawab konsekuensinya disuruh membersihkan mushola, kamar mandi, dan piket kelas.  saya sebagai guru tentu mengarahkan, bagaimana jika disuruh sholat dhuha saja, jika melanggar satu kali, maka lakukan sholat dhuha 2 rakaat, jika dua kali melanggar maka wajib sholat dhuha 4 rakaat, dan seterusnya. Anak-anak menyetujui konsekuensi yang dibuat hasil kesepakatan bersama.

Peserta didik membuat kesepakatan kelas dengan dipandu oleh guru, murid dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok menuliskan ide gagasannya, kemudian disepakati bersama yang mempunyai tujuan yang sama. Diantara kesepakatan kelas yang sudah disepakati adalah: 1) Datang tepat waktu, 2) Berdoa sebelum dan setelah belajar, 3) Jujur dan bertanggung jawab, 4) Saling membantu, menghormati dan menghargai, 5) Menjaga kebersihan kelas. Sebagai guru tentu mengharapkan bahwa perilaku baik harus bisa diterapkan dan berkelanjutan, maka perlu dilakukan refleksi bersama-sama secara rutin, agar perilaku yang bermasalah bisa di teratasi dengan kembali pada komitmen dan tujuan yang telah disepakati bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun