Mohon tunggu...
Nely Merina
Nely Merina Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, Pebisnis dan IRT

Menulislah untuk mengubah peradaban

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Kekerasan Dianggap Wajar

27 Oktober 2012   13:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:19 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini merupakan tulisan saya yang dimuat di Tabloid Kampus Universitas Lampung (Teknokra Unila) dan menuai kontroversi.

13 Oktober 2012, jarum jam menunjukan pukul 15.00 tim Teknokra menuju ke lokasi keakraban Teknik Mesin, di Way Lima Pesawaran. Belum masuk ke lokasi, Pak,pok,pak, suara mulai terdengar. Padahal kami belum melihat apapun hanya pohon-pohon karet yang berbaris rapi.

Langkah kaki kami pun terhenti, delapan meter dihadapan kami ratusan orang terpencar diantara pepohonan karet. Jika delapan meter lagi berjalan maka kami akan menemukan tanah berbentuk punden berundakatau seperti tangga penghubung antara tebing dan sungai. Disebelah sungai ada sawah dan tanaman perdu. Disanalah mereka terpencar melakukan keakraban.

Pemandangan pun mulai terlihat dari atas tebing, mereka berada di bawah tepatnya terpencar di aliran sungai. Mahasiswa yang mengenakan almamater membentuk kelompok. Satu kelompok terdiri dari 5-6 orang. Mereka harus mengitari banyak pos, ada pos bayangan ada pos satu, pos dua dan seterusnya.Pos bayangan berada di tangga dekat pepohonan karetsedangkan pos sesungguhnya berada di bawah sungai.

Mereka duduk berjongkok sambil menyanyikan yel-yel. Tangan mereka disuruh menengadah lalu dipukul dengan sandal berulang-ulang dari satu pos ke pos lainnya. Tak hanya itu satu persatu mahasiswa baru dipanggil oleh senior, Tamparan pun mulai mendarat di pipi para mahasiswa bahkan sampai berpuluh-puluh kali tamparan itu mereka terima. Tak hanya satu senior yang melakukan itu, tapi hampir dari setiap pos senior melakukan hal yang sama.

Semakin larut jumlah senior yang datang semakin banyak. Penjagaan pun ketat, dimana-mana banyak yang menjaga. Penerangan yang ada hanya obor-obor disepanjang perkebunan.

Secara bergilir dan berulang-ulang mahasiswa berpakaian almamater itupun ditampar.Ada yang hanya menggunakan tangan, ada yang memakai sandal untuk menampar. Dan ada juga yang keningnya dipukul dengan benda berukuran kepalan tangan manusia dan berwarna hitam. Meski keras terhadap pria mereka sama sekali tak menyentuh mahasiswa yang wanita. Wanita dipisahkan dari pria.

Sutan bukan nama sebenarnya membenarkan bahwa keakraban yang mereka langsungkan dari tanggal 12-14 Oktober memang terjadi kekerasan. “Kayak anggota TNI dan STPD waktu lampau,” terangnya. Namun saat propti kekerasan yang terjadi lebih parah dibandingkan dengan keakraban.“Proptilebih parah daripada makrab, tapi tetap aja parah,terang Sutan.

Hak Asasi Dicabut

Boy bukan nama sebenarnya hingga sampai saat ini pun masih trauma dengan kejadian kekerasan tahun lalu. Ia pun menceritakan kronologisnya kepada kami. “Sebelum berangkat ke youth camp lokasi yang dijadikan sebagai tempat makrab tidak ada kontak fisik yang terjadi antara kami dan senior, bahkan selama perjalanan kami bernyanyi-nyanyi,ujar Boy bukan nama sebenarnya yang saat itu ikut makrab di tahun 2011.

Menurut Boy, semua gelak tawa berubah menjadi ketakutan setelah jarak beberapa meter dari youth camp, kami mulai dibentak-bentak agar mau menundukan kepala, tidak hanya itu kami pun saat disuruh turun dari truk ditendangi dan dipukuli oleh senior.Ternyata sesampainya dibawah rupanya senior sudah menunggu kami.

Mereka membawa bambu dan membentak-bentak kami dengan menggunakan bambu tersebut. Setelah itu kami berkumpul lalu kami dibentak-bentak untuk menundukan kepala sambil jalan merangkak dan digiring kesuatu tempat lapangan yang berpasir seperti lapangan voli lalu, sesampainya disitu ada senior yang berteriak, “Disini Hak Asasi Manusia kalian saya CABUT !”

Setelah itu kami disuruh menunduk agar tidak bisa melihat senior dan di presser (ditekan pikirannya) tiba-tiba kami ditabrak-tabrak oleh senior, di tendang, digeret dan bahkan disitu beberapa dari kami mendapat tamparan dari para senior.

Beberapa saat kemudian kami mengambil barang-barang untuk diletakan ditenda dan setelah itu kami disuruh sholat dan makan, seusai istirahat kami menuju aula untuk menunggu para alumni dari angkatan paling tua 1990-an, 2000, 2001, yang hanya mewakili.

Tapi,yang paling banyak datang adalah mulai dari angkatan 2004 sampai dengan angkatan 2009, saat adzan magrib berkumandang kami pun bergegas menunaikan sholat terlebih dahulu setelah itu kami kembali ke aula tiba-tiba para alumni datang entah berapa ratus jumlah alumni yang hadir ditempat itu, dan setiap angkatan memberikan materi hingga pada pukul 01.00WIB materi pun selesai.

Sirine Tanda Kekerasan Dilanjutkan

Boy pun melanjutkan pembicaraan, menurutnya setelah itu pun diizinkan untuk tidur akan tetapi ia dan temannya mendapat bocoran dari beberapa senior bahwasannya tepat pukul 02.00 WIB tenda akan dirubuhkan. Akhirnya kami pun tidak ada yang tidur, untuk berjaga-jagadan akhirnya itu benar-benar terjadi, tenda pun dirubuhkan.Sirine pun berbunyi dan kami bergegas bangun.

Lalu kami digiring menuju ke lapangan berpasirsemacam lapangan voli dan kami berkumpul bersama kelompok masing-masing dimana. Setiap kelompok berisi 10 orang lalu kami disuruh berpegangan kuat-kuat satu sama lainnya dan tidak boleh ada yang terlepas apabila terlepas maka kami akan hancur karena dipukuli oleh senior.

Selanjutnya kami di presser lalu merayap untuk menuju tempat seperti gladiator dengan menggunakan almamater hingga almamater kotor bahkan kancing-kancing pada almamater pun hilang.

Lingkaran Setan

Menurut Sutah di hari pertama mereka disuruh membuat lingkaran setan. “Ada tuh yang namanya malam pertama, itu malam hari pertama dimana kita semua dikumpulkan disuruh membentuk ‘lingkaran setan’, itu kita disuruh bergandengan lengan dengan rekan sebelah, lalu kita ditendang, dihajar supaya lengan kita tidak bersatu lagi, dan untungnya gak ada yang melepas, Ya kalo sampai lepas artinya angkatan kami tidak kompak,”terangnya.

Berbeda dengan Sutah, di zaman Boy lingkaran setan yang mereka buat kandas. Kami disuruhmembuat lingkaran setan. Lalu para senior berupaya untuk melepaskan gandengan tangan kami dengan menampar kami, ada yang dikerjain ataupun dirayu supaya lepas dari lingkaran setan tersebut, apabila terlepas maka dia akan dihajar oleh para senior.

Ada teman saya yang terlepas dari lingkaran setan, akhirnya ia dihajar oleh para senior,” ungkap Boy mengenang kejadian tersebut. Menurut Boy ia dan angkatannya pun tidak tidur, karena setelah acara lingkaran setan mereka disuruh baris, dipresser, push up, dan guling-guling. Akhirnya saat adzan subuh berkumandang kami pun disuruh sholat dan istirahat setelah sholat kami melakukan senam pagi lalu sarapan.

Setelah sarapan kami mulai bergegas ke pos-pos mulai dari angkatan 2004 sampai pos angkatan terakhir yaikni 2008. Kami mulai dari pos yang paling tua terlebih dahulu, sesampainya dipos angkatan 2004 kami tidak diapa-apain hanya disuruh membuat api unggun karna posisinya saat itu sedang hujan.

Lalu kami mulai merangkak hingga sampai di pos angkatan 2005, disana kami ditanya tentang masalah pribadi misalnya “Lo, pernah ciuman nggak? Kalau nggak gua tamparin!” ujar senior, Akhirnya ada yang mengaku pernah dan ada yang tidak lalu yang menjawab tidak pernah mereka mendapatkan tamparan dari para senior.

“Ada juga temannya dari kelompok lain yang disuruh berhadap-hadapan dan membuka celana lalu entah disuruh apa, teman saya sampai lari ketakutan. Hingga saat ini temannya saya tak mau membuka mulutnya tentang itu ia masih ketakutan,” akunya.

Setiap Pos Ditampar

Pos angkatan 2005 ini berada dipinggir sungai apabila kami ditanya tidak bisa maka kami direndam di air hingga menggigil. Bahkan menurut Boy selama di pos angkatan 2005 ia selalu ditamparin oleh senior.

“Setiap pos ada yang namanya wedjangan, atau istilahnya password saat saya ditanya saya tidak bisa karna saya ketakutan, terteka hingga tidak bisa berpikir, buyar dan akhirnya saya ditamparin berulang kali hingga jawabannya benar,” kenang Boy akan kekerasan yang ia rasakan saat Makrab.

Setelah itu senior mengatakan bahwasanya di youth camp adanya perlakuan kontak fisik yang mereka lakukan agar rasa kebersamaan, solidaritasnya kuat,temen sakit satu sakit semua.

Setelah selesai di pos angkatan 2005, kami bergegas ke angkatan 2006 sesampainya disana kami disuruh baris tiba-tiba kami ditamparin semua oleh senior. Diangkatan 2006 kami disuruh minta tanda tangan senior dan harus kenal seniornya kalau tidak kenal maka kami akan hancur disana seperti di pukul dan ditamparin.

“Saya pun mendapat tamparankarna ketika saya meminta tanda tangan salah satu senior yang tidak pernah datang padahal alhamdulillah saya termasuk dekat dengan senior 2006, akan tetapi satu senior yang saya pinta tanda tangannya, saya tidak mengenalnya hingga saya pun ditanya, kamu kuat ditampar berapa kali?

Lalu saya menjawab 10 kali, saat pertama kali ditampar pipi saya langsung panas hingga telinga saya terasa sakit dan berbunyi, ketika ditampar untuk kedua kalinya saya benar-benar sudah tidak kuat lalu senior pun menghentikan tamparannya dan berkata makanya jangan sok kuat!” ucap Boy yang menirukan suara seniornya sambil mengingat kembali masa itu.

Selanjutnya kami ke pos angkatan 2007, satu orang anggota kelompok saya disembunyikan oleh senior sedangkan satu kelompok tidak boleh berpisah sehingga saya disuruh untuk mencarinya karena saya adalah ketua kelompok, akan tetapi diangkatan 2007 tidak terlalu parah seperti diangkatan 2006, memang tetap di tampar dan di pukul tapi tidak terlalu keras.

Lalu kami bergegas ke pos terakhir yaitu pos angkatan 2008, pos ini berada disungai kami disuruh baris disungai dan disana saya ditendang hingga jatuh karena dipos tersebut kita harus kenal dengan semua senior, dan sampai akhirnya selesai jam setengah enam sore, di kegiatan itu kami tidak mandi sama sekali bahkan sikat gigipun tidak sempat, dan saat acara malam memang enak karena disitu kami membakar ayam dan makam bersama serta saling minta maaf atas kejadian yang tadi dan acara outbond.

Esok Masih Ada Kekerasan

Akan tetapi kegiatan makrab tidak berakhir sampai malam itu, karna keesokan harinya kami kami mengambil baju angkatan saat itu dikumpulkan dan di presser lagi, Disitu setiap sungai senior sudah menunggu disitu, disana hanya ada senior angkatan 2009 dan 2010 yang mengurus baju angkatan.

Disana kami dikerjain disuruh nyelam dan makan santan kara yang asin lalu sesampai puncak kami berhasil mengambil baju angkatan tersebut dan baju angkatan tersebut tidak boleh sampai diambil oleh senior, kalau diambil kita akan dihajar karena jika baju itu berhasl dirampas artinya kita bisa dengan mudah mlepaskan jurusan mesin, dan akhirnya oleh senior-senior yang dibawah berusaha menarik baju tersebut lalu kami ikat baju tersebut hingga kuat agar senior tidak bisa menariknya.

Lalu kami lari sambil berkata mesin..mesin…mesin sambil menuju lapangan voli sesampainya disana kami menunggu teman-teman yang mengambil baju angkatan, sambil disuruh mengangkat sesuatu atau barang-barang, apabila ada anggota yang baru datang maka beban yang kami angkat ikut bertambah sesuai dengan bertambahnya anggota.

Sampai kami berjam-jam tidak boleh melepaskan barang-barang hingga tangan kami sakit karena tidak kuat mengangkatnya karna barang yang diangkat ada banyak seperi galon, batu, bambu, celana dalam, dll.Parahnya lagi barang-barang tersebut tidak boleh jatuh, apabila jatuh kami akan hancur, kami mengakat barang-barang tersebut sampai semua angkatan kami berhasil mengambil baju angkatan, akan tetapi ada baju angkatan yang diambil oleh senior dan kami disuruh untuk berusaha mengambil baju tersebut sebelum baju tersebut diambil maka kami tidak boleh pulang.

Komti Adalah Orang Terkuat di Angkatan

Saat itu saya tidak tahu apa itu komti, dan akhirnya saya mengacungkan tangan, dan disitu ada sekitar sepuluh orang yang mengajukan diri sebagai komti sedangkan yang dipiih hanya dua orang saja, untuk komti dan wakil komti,aku Boy.

Teman-teman yang tidak mencalonkan diri membuat lingkaran setan dan kami yang mencalonkan diri berada ditengah lingkaran setan tersebut, Ditengah itu kami ditanya-tanya dan ditamparin, Setelah itu kami disuruh keluar dari lingkaran dan merayap melingkari teman-teman yang membuat lingkaran setan sampai tiga kali, lalu kami disuruh merangkak ke Gedung Teknik Elektro.

Sesampainya di gedung elektro kami disuruh push up, lalu dipisahin dan menempel di tembok, sambil ditanya-tanya oleh senior. Lalu kami berkumpul lagi dan disuruh buka baju dan buka celana.Posisi saat itu hanya menggunakan celana dalam,terang Boy.

Boy pun melanjutkan saat itu kami disuruh push up, ditamparin dan dipukuli, lalu temen yang terpilih menjadi komti tetap dipukuli sekuat dia, dan saya serta teman lainnya yang tidak terpilih disuruh keluar dan mengikuti barisan awal.

Sampai disana kami di press kembali, oleh senior (komti 2006)sampai rokok yang disulut senior habis, sedangkan saat itu posisi kami jongkok setengah berdiri hingga kaki kami sakit dan kram. Lalu setelah usai kami diberikan istirahat itu pun posisi berdiri dan kami disuruh menunduk karna komti sudah terpilih, dan mereka yang terpilih mengatakan “mesin..mesin..mesin..!” sambil mengelilingi kami tiga kali.

Begitu juga dengan Sutan bukan nama sebenarnya menurutnya pemilihan komti lebih berat dibandingkan dengan makrab. Pertama mereka disuruh mengajukan diri siapa yang sanggup menjadi komti lalu di perintahkan masuk ke sebuah ruangan besar di teknik.” Lalu mulailah dihajar abis-abisan hingga pening kepala. Mereka mukul pake kaki juga tapi kaki gak nendang kepala.Yang mukul banyak dia gak tahu berapa orangnya,” aku Sutan.

Tetapi mereka tidak menghajar bagian tubuh vital seperti sendi tulang, dan daerah kelamin mereka lebih focus ke bagian badan walaupun muka juga kena. Bagi yang kuat digotong keluar sama tim kesehatan.Hingga yang terkuat itu yang masih berdiri hingga akhir maka dialah yang menjadi komti.

Tak Ikut Iringan Berbuah Pukulan

Kekerasan Tak Berhenti disitu, Ia mendapatkan pukulan kedua telapak tangannya hingga memar dan membiru, sebab kedua telapak tangannya dipukul menggunakan sendal gunung “Eiger. Hanya karena ia dan beberapa temannya tidak mengikuti tradisi iring-iringan wisudawan Fakultas Teknik.

Padahal sudah ada teman seangkatannya yang melaporkan kejadian tersebut kepada dekan karena ia dihajar oleh senior didalam sekret HMJ, Pemukulan yang terjadi dikarenakan ia dianggap membangkang oleh senior, karna ia tidak mengikuti apa yang diperintahkan oleh senior lagi. Akhirnya dekan memarahi senior yang memukuli juniornya akan tetapi senior tersebut tetap tidak jera.

Warga Pun Mencium Kekerasan

Tim Teknokra bersama Agus (32) salahsatu warga yang memantau kegiatan yang mereka lakukan pun terpergok salah satu panitia. Mereka, merasa tak senang dengan kehadiran kami mereka pun menghampiri.Salah satunya pria tinggi, berwajah putih, bermata sipit, rambutnya belah pinggir berwarna pirang dan mengenakan baju mesin warna biru. Dan kedua bertubuh agak pendek, gemuk, berkulit gelap, rambut agak mohak. Mereka bertugas di pos bayangan yang fungsinya menjaga keamanan.

Mereka berdua bertanya mengapa kami ada di lokasi. Agus menerangkan bahwa ia tak sengaja datang karena terdengar suara ribut-ribut dan melihat ada peristiwa tampar menampar. “Enak banget namparin anak orang kayak gak ada dosa mereka itu,” ujar Agus sambil mengarah ke pos bawah tempat lokasi penamparan.

Pria bermata sipit itu pun menerangkan bahwa kegiatan keakraban yang wajar dan karena jurusan Teknik Mesin di perguruan tinggiseluruh Indonesia memang menggunakan kontak fisik.Hal itu untuk melatih mental mereka dan tak mungkin ada perasaan dendam. Mereka pun menyuruh kami meninggalkan lokasi dengan alasan agar anak-anak baru tidak down karena dilihat orang luar sedang dipukuli.

Begitu juga denganJumono, 40 th pun bingung mengapa ia tak boleh berjualan di lokasi keakraban. Padahal sehari-harinya ia bebas berjualan disana, Saya biasa jualan disana, tapi yang satu ini saya tidak boleh berjualan di dalam lapangan katanya biar tidak mengganggu kegiatan mereka”

“Malam hari tetap berjualan, tapi lampu harus dimatikan, lagi-lagi agar tidak mengganggu kegiatan mereka. Karena gelap dan banyak penjagaan Jumono tak tahu apa yang terjadi didalam, yang saya tahu cuman diteriakin dan disuruh push up.

Siklus Kekerasan Harus Dihentikan

Pembantu Rektor III pada pembukaan diklat UKM KSR pun mengatakan bahwa siklus kekerasan di Teknik Mesin harus dihentikan. Ia telah menerima pengaduan bahwa Teknik Mesin banyak terjadi tindak kekerasan dan keakraban dilakukan selama satu tahun. Keponakannya pun telah menjadi korban dan mengundurkan diri jadi mahasiswa.

Banyak yang mengundurkan diri dari karena tidak tahan dengan kekerasan yang terjadi disana termasuk keponakan saya, ujar Prof Sunarto. Ia pun telah dipanggil menteri untuk menghentikan kekerasan yang terjadi di perguruan tinggi. Jika tidak bisa dihentikan maka harus ada pilihan program studi ditutup dan mahasiswa dialihkan ke program studi lain.

Unila perguruan tinggi bukan perguruan silat, nama kita akan tercoreng jika Teknik Mesin atau program studi lainnya masih mempertahankan budaya kekerasan. Bukan hanya teknik yang terkena dampak tapi juga Unila. Asupan dana dari pemerintah akan dihentikan jika masih terjadi kekerasan. Untuk apa program studi dipertahankan jika hanya mencetak mahasiswa-mahasiswa yang suka kekerasan.

Mungkin Saya Kecolongan

Ketika dihubungi via telepon karena sedang perjalanan pulang dari Jogjakarta menuju Lampung, Ketua Jurusan Teknik Mesin Harmen, S.T., M.T mengatakan tak mungkin ada kekerasan.

Harmen heran mengapa bisa terjadi lagi kekerasan padahal malam pertama atau malam sabtu menginap disana gak tidur semaleman hingga setelah subuh baru pulang. Esok harinya dekan dan sekjur juga datang menggantikan.

Untuk anak teknokra yang langsung melihat peristiwa pengtamparansaya tak tahu malah, mungkin saja benar. Mungkin saya kecolongan. Untuk video kekerasan yang beredar tahun lalu saya tak tahu menahu,” terang Harmen.

Ia sudah mewanti-wanti dari awal ketika mereka minta izin, tidak boleh lagi bicara kasar, tidak boleh lagi ada kekerasan, dan tidak boleh lagi ada tampar-tamparan. Saya izinkan dan saya tanda tangan itu surat karena saya percaya. Prinsip saya hanya kepercayaan jika mereka melanggar berarti hilang sudah kepercayaan itu. Saya siap jika Teknik Mesin harus diproses seperti yang Pembantu Rektor III bilang,”tuturnya pasrah.

Harmen menjelaskan mahasiswa yang mundur itu bukan keponakan dari PR III, tetapi dosen dan ia lupa namanya siapa. Hingga saat ini PR III belum kordinasi dengan saya. Hanya dekan yang cerita banyak pengaduan tentang keakraban kemarin tapi yang mengadu hanya via telepon tak berani langsung tatap muka.

Dekan Fakultas Teknik, Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, DEA membenarkan bahwa ia berkunjung ke sana beberapa jam dan tidak melihat adanya indikasi kearah kekerasan.“Saya kaget setelah diceritakan dari Teknokra dan setelah ini, kami dari pihak Fakultas akan meyelidiki dan akan berkonsultasi kepada Pembantu Rektor III untuk menyelesaikan masalah ini, ini kan sudah tindak kriminalitas,”tegasnyanya.

Ia mengatakan dulu Teknik Sipil ada kekerasan namun sekarang sudah aman, tidak ada lagi dan sebenarnya makrab itu tidak disetujui sebelumnya.

Semua Itu Bohong

Berbeda dengan Boy dan Sutan, Sekertaris Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin (Himatem) membantah bahwa di Teknik Mesin ada kekerasan. “Tak ada kekerasan yang terjadi di keakraban semuanya bohong, termasuk pada saat pemilihan komti. Ia menerangkan bahwa pemilihan komti itu ada limakriteria yaitu kuat fisik, kuat mental, didengar oleh angkatan (mempunyai pengaruh), disiplin dan berjiwa pemimpin.

Bagaimana cara melihat mereka layak jadi komti atau tidak maka dilihat ketika mereka pushup 50 kali. Setelah itu mereka ditanya siapa yang berani jadi komti. Mereka umumnya malu-malu dan menunduk maka harus ditanya.

Yang mengajukan diri menjadi komti akan dikerubungi sekitar sepuluh orang untuk ditanya-tanya hingga ia down. Biasanya pertanyaan seputar kenapa mengajukan diri jadi komti. Atau siap tidak ia menjadi komti. Dan kenapa ia berani jadi komti. Tidak ada istilah mereka harus memakai celana dalam lalu disuruh tonjok-tonjokan. Saya jamin pemilihan komti tak ada yang seperti itu pake baju kok, tegas galih.

Begitu juga dengan Ketua Pelaksana Keakraban, Baron Hariyanto Teknik Mesin 2010. Menurutnya tak ada kekerasan sama sekali yang ada hanya didorong sedikit dan bukan ditampar hanya memukul wajah pelan sambil ia mempraktekan.

Ia pun menjelaskan runutan acaranya berangkat siang sampe sana jam tiga sore lalu langsung pengkondisian, mereka disuruh beres-beres. Lalu dibuatlah lingkaran yang tadi dibilang lingkaran setan itu acara doktrin.

Lalu materi yang diisi dosen, lalu disuruh tidur, kemudian hari kedua pagi-pagi outbound dengan alumni dan abang-abang tingkat. Kemudian perkenalan dengan abang-abang tingkat. Sekertaris jurusan dan dekan pun mengecek lalu malam harinya menyalakan api unggun dan pentas seni. Kemudian dilanjutkan tidur lagi.

Hari ketiga outbound baru dengan himatem, yang kemarin bukan. Pembagian kaos, siangnya pelantikan dan pemyematan resni sebagai mahasiswa Teknik Mesin. Menurut mereka berdua memang ada dosen yang memantau namun sebentar dan ship-shipan.

Untuk arak-arakan itu gak wajib gak ada hukumannya. Itu hanya bentuk apresiasi kepada kakak tingkat yang wisuda. Jadi gak bener kalo gak ikut arak-arakan di pukul sampe bengkak tangannya. Kemaren aja saya lebih milih UTS daripada arak-arakan,”terang Galih.

Bukan Lingkaran Setan

Baron membantah bahwa itu lingkaran setan. Menurutnya tak ada istilah itu. Tak ada lingkaran setan. Yang ada lingkaran yang dibuat oleh para pengurus dan alumni yang mengelilingi para mahasiswa baru.

Hingga mereka bingung karena diteriakin setelah bingung baru mereka didoktrin. Ia juga membantah banyaknya mahasiswa yang mengundurkan diri menurutnya yang mengundurkan diri hanya satu orang itupun karena alasan nglaju dari pringsewu ke Unila jadi tak mungkin ia bisa mengikuti kegiatan kumpul pagi kita terus menerus.

Kegiatan pagi dimulai dari jam enam hingga pukul setengah delapan pagi. Sore hari dari pukul tiga hingga lima sore. Tiap hari kecuali Sabtu dan Minggu. Kegiatan yang kami lakukan yaitu mengenalkan karakter dosen, pelajaran, perkuliahan,seperti kalo ada praktikum bisa minjem catetan ke abang yang mana. Kegiatan ini hanya sampai keakraban saja, sekarang sudah tak ada lagi. Ada sih terkadang hanya folow up aja.

Kekerasan Itu Wajar

Menanggapi kekerasan setiap tahunnya terjadi di Teknik Mesin, Gubernur Teknik Tri Wibowo ’09 angkat bicara. Sebenarnya kalau dibilang kekerasan sih enggak, kontak fisiknya itu tidak brutal, bisa dibedain antara yang brutal, gertak, dan itu ujian.

Menurutnya dari propti, pemilihan komti hingga keakraban semua telah dikonsepkan dan ada panitianya.Pemilihan komti memang lebih berat karena menggunakan tes mental. Karena komti adalah jabatan seumur hidup bukan seperti presiden yang bias digeser jabatannya dan mereka pun punya tim kesehatan.

“Manfaat dari ini adalah agar angkatan bisa solid dan kami terus mendoktrin mereka untuk menjunjung tinggi solidarity forever. Ibaratnya kami sedang membangun sebuah kerajaan besar, gak ada tuh superman, superwoman, yang ada kita sedang membangun superlink dan kalau efek itu ditimbulkan tidak langsung tiba-tiba cess.. tetapi berproses,” jelasnya.

Menurutnya setelah makrab tetap aka nada kumpul-kumpul seperti biasa namun lebih bersifat akademis. Seperti moment sharing dan berbagi pengalaman abang-abangnya sama adik-adiknya dan membantu adik mahasiswa baru membahas perkuliahan.

Baron pun mengatakan bahwa hal itu wajar. Keakraban hanya sebatas melatih mental keterlaluan jika dibilang kekerasan. Jika digertak dan disuruh pushup saja dibilang kekerasan alangkah berlebihan.

.

Teknik Mesin Tak Seperti Mereka Bilang

Kegiatan keakraban yang kami lakukan untuk membentuk solid angkatan, mengenalkan kehidupan di Teknik Mesin. “Teknik Mesin gak seperti yang mereka bilang bahwa suka melakukan kekerasan. Kita solidairity forever dari mahasiswa baru hingga alumni masih dekat bersatu hingga sekarang. Bersatu untuk selamanya,” terang Galih.

Galih pun mengatakan bahwa kegiatan mereka juga ada yang positif contohnya saja Mechanical Engenering Expo yang Teknik Mesin lolos ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional.

Serupa dengan Galih, Lusmeila pun mengakui keunggulan mahasiswa Teknik Mesin meski mereka suka kekerasan. ”Tetapi, kalau soal akademis, mereka itu kreatifitasnya bagus dan mereka semua anak-anak yang kreatif,” tuturnya bangga.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun