Mohon tunggu...
Sid noise
Sid noise Mohon Tunggu... Buruh - Jangan Mau di Bungkam

Akun subsidi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Unboxing Pendidikan di Indonesia: Guru

2 Juli 2020   19:16 Diperbarui: 2 Juli 2020   19:48 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masalah pada system  pendidikan indonesia berakar pada sudut pandang dan paradigma pendidikan yang masih sangat tradisional, dan ini harus di rubah. Dimasa yang akan datang siswa tidak lagi membutuhkan guru bahkan sekarang kepintaran siswa dalam berbagai hal itu bukan karena jasa seorang guru di sekolah nya jika mau jujur. 

Internet memberikan anak keleluasaan dalam menggali kemampuan nya, semisal dari bimbel, club - club belajar dan lain sebagai nya yang membuat mereka bisa mahir tanpa sekolah. Paradigma usang ini hanya menghambat guru itu sendiri untuk mengembangkan kemampuan mengajar, mereka pasti tidak dapat bersaing jika keadaan seperti ini masih di kerjakan.

Bahkan mau di akui atau tidak, siswa itu berdasarkan survei lebih pintar 3 kali lipat dari gurunya di era ini, karena siswa punya akses informasi lebih baik, dan mengerti tekhnologi zaman sekarang. 

Di dukung juga dengan survei unesco tahun 2016 bahwa indonesia adalah merupakan negara pemilih guru ter buruk di dunia. Jika di banding dengan guru bimbel, guru sekolah formal di indonesia mempunyai reputasi buruk. Penulis tidak bermaksud jelek kepada guru - guru atas uraian ini, tapi fakta nya banyak pertanyaan dari masyarakat mengenai hal ini.

Kementrian nasional juga mengadakan UKG semacam ujian untuk para guru dan hasil nya pun juga jelek. Jadi jika ada guru yang marah - marah pada siswa karena nilai nya di bawah kkm, sekali - kali siswa coba tanya pada si guru tersebut nilai UKG nya berapa. Dan ini menjadi sebuah ironi si dunia pendidikan indonesia.

Lantas apa penyebabnya jika ada pernyataan yang menyebutkan bahwa guru bimbel lebih baik dari guru SMA.

 Pertama bisa dilihat dari kesejahteraan, dengan jumlah guru pada saat ini yang berjumlah sampai 4 juta guru, banyak di antaranya guru baru yang di bayar dalam satu bulan hanya 200-600 ribu, bahkan lebih rendah dari itu juga ada. 

Dan ini menjadi pertanyaan bagi katakanlah anggaran negara yang senilai 20,% di serahkan pada sektor pendidikan itu. Bagaimana mau berfikir mengispirasi para murid jika isi otak nya di penuhi dengan bagaimana cara untuk mendapat penghasilan.

 Kedua masyarakat indonesia serba formalitas, seperti pemilu yang sebenarnya disini hanya formalitas walau essensi nya itu demokratis. Hukum  sini di tegakan sebagai formalitas, tapi adil nya tidak. Masalah disini adalah para guru tidak di didik menjadi profesional, melainkan hanya terbentuk menjadi pribadi yang administratif.

Maksud dari semua ini, si guru tidak di nilai dari bagaimana cara dia mengajar, cara dia menginspirasi, atau cara dia memotivasi. Tapi guru di sini dalam hal administrasi saja, seperti jika ada akreditasi ke sekolah atau ada semacam kunjungan. Silabus, Rpp, protapomes dan seterus nya. Dan ini menjadi beban bagi guru karena per satu guru per pelajaran bisa memcapai 1 rim yang harus di buat di awal smester.

 Bayangkan jika satu guru mengajar tiga mata pelajaran dan berbeda kelas berapa rim kertas yang menjadi beban si guru. Ini sangat memecah konsentrasi, banyak yang bolos untuk mengerjakan sampah administrasi seperti ini karena di tagih kepala sekolah kemudian kepala sekolah di tagih dinas pendidikan. Berbeda sekali dengan guru bimbel yang memang dilatih dan fokus pada mengajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun