Mohon tunggu...
Nelda Afriany
Nelda Afriany Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tinggal di dunia bagian utara, di tengah hutan, jauh dari kota :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kota Tromsø dan Festival Film Paling Utara di Dunia (Bag.2 - Selesai)

10 Juli 2012   13:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:06 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1341925775789871504

Sejauh ini saya baru mengunjungi 4 film festival di Norwegia, beberapa diantaranya mensyaratkan pengunjung untuk membeli pass terlebih dahulu, termasuk TIFF. Pass harganya 110 kroner, sedangkan tiket untuk satu film harganya 85 kroner. Lumayan mahal, memang. Tidak ada film yang diputar di bioskop yang gratisan. Harga pass termasuk katalog yang ukurannya cukup besar dan tebal. Untung saya bawa postman bag saya, jadi nggak masalah. Sampul katalognya jauh dari warna-warna ceria. Dengan semboyan Frozen Land Moving Pictures, warna pucat abu-abulah yang jadi pilihan. Inilah bedanya dan seninya, pilihan warna di negara dingin.

Yang unik lagi dari TIFF yaitu adanya pemutaran film di luar ruangan. Bayangkan, di tengah musim dingin di bulan Januari, mereka putar film ala layar tancap! Layarnya dari salju pula! Sintiiiing, begitu pikir kita ya. Salutnya, TIFF bukan hanya ditujukan bagi orang dewasa yang menyukai film. Pemutaran pertama film ala layar tancap ini jam 9 pagi, ditujukan untuk anak-anak. Jadi menjelang jam 9 pagi, segerombolan anak TK yang dipandu guru-guru mereka mulai berdatangan, berpakaian selengkap mungkin supaya hangat dan bisa menikmati film yang akan disajikan. Seperti kata mereka, tidak ada cuaca yang buruk, yang ada hanyalah cara berpakaian kita yang buruk (tidak menyesuaikan dengan cuaca). Wah, salut banget untuk partisipasi mereka dan juga tahan dinginnya, brrr...duduk di salju gitu lho.

Untuk pertama kalinya saya nonton bioskop jam 9 pagi ya di TIFF ini. Ya, pemutaran film pertama jam 9, sedangkan pemutaran terakhir jam 23.15. Saya sempat nonton sekali pemutaran film terakhir, jadi maklum saja kalau sekitar 1/2 jam menjelang film berakhir mata pun sudah kurang bisa diajak kompromi, alias ketiduran.

Oh ya, sedikit tentang cuaca. Yang jelas suhu di bawah nol. Saat saya disana kebetulan sudah lama tidak turun salju lagi, jadi sisa salju sebelumnya di pusat kota yang terkena suhu dingin bisa jadi licin sekali. Apalagi di daerah perumahan, wuiih sampai kelihatan mengkilat gitu, kitapun jadi harus ekstra hati-hati ketika berjalan.

Selain mempunyai festival film paling utara di dunia, Tromsø juga mempunyai universitas paling utara di dunia, yaitu universitas Tromsø. Kota ini mendapat julukan Paris of The North karena banyaknya kegiatan budaya dan jumlah cafe dan tempat makan dan minum. Kegiatan ini tampaknya jauh lebih terlihat ketika musim panas, apalagi dengan adanya Midnight Sun.

Atraksi yang paling diminati turis untuk mengunjungi Tromsø tidak lain tidak bukan adalah untuk mengagumi indahnya Northern Lights atau disebut juga Aurora borealis, fenomena alam yang sangat menakjubkan. Saya sendiri sejauh ini sudah pernah 3 kali melihat Northern Lights, dan tiga-tiganya sungguh mengagumkan. Sayangnya Januari lalu di Tromsø saya tidak berhasil mendapat kesempatan keempat kalinya. Teman saya sampai bela-belain naik bis ke Ersfjord, sekitar 40 menit dari pusat kota Tromsø. Disana biasanya orang berhasil 'menangkap' momen untuk melihat Northern Lights. Tentunya diperlukan pakaian yang benar-benar cukup untuk hawa disana, apalagi kerjaan kita bakal cuma menunggu dan menunggu. Sayangnya juga, teman saya belum berhasil malam itu. Untuk mengurangi kekecewaan, saya dan teman saya mengunjungi planetarium di pusat pengetahuan di dekat universitas, untuk melihat film 'Experience the Aurora', yang menjelaskan bagaimana terjadinya Aurora, dsb. Sembari menunggu waktunya pemutaran film berdurasi 15 menit itu, kami mengunjungi pusat pengetahuan untuk mencoba berbagai atraksi di sana yang bebas dicoba. Ada salah satu atraksi yang menampilkan satu layar besar dengan pemandangan gunung ditutupi salju dan salju yang turun. Dengan sorotan kamera, kami bisa melewati layar dan beraksi apapun yang kami inginkan, dan akan tampil dalam bentuk siluet di video. Nantinya video ini akan direkam, ditampilkan dalam Youtube, lalu dikirim ke alamat email kita. Seru, ya?!

Atraksi yang juga jangan dilewatkan kalau berkunjung ke Tromsø adalah menaiki Fjellheisen atau cable car dalam bahasa Inggris. Dengan menaiki satu car semacam skylift dari stasiun bawah yang berlokasi 50 meter di atas permukaan laut, hingga ke stasiun atas yang berada 420 meter di atas permukaan laut. Perjalanan ke atas ini hanya memakan waktu kurang dari 5 menit. Kita bisa menyaksikan pemandangan Tromsø dan sekitarnya. Harga tiketnya 120 kroner. Begitu sampai di atas, terdapat hamparan salju di atas gunung, orang-orang pun lalu berpencar menikmati keindahan alam sekitarnya. Bagi yang kedinginan, ada cafe untuk menghangatkan diri.

Kota Tromsø dilihat dari puncak base cable car

Bagi penyuka kegiatan luar ruangan, Tromsø bisa dijadikan pilihan antara lain untuk bermain ski cross country di musim dingin dan naik gunung di kala Midnight Sun di musim panas. Bagi penyuka kegiatan dalam ruangan, beberapa museum pantas dikunjungi. Saya sempat mengunjungi Perspektivet Museum yang saat itu mengadakan pameran foto dari seorang fotografer Norwegia, Jonas Bendiksen. Pameran menampilkan beberapa gambaran perkampungan kumuh di beberapa kota besar di dunia, termasuk Jakarta! Jadi teringat lagi wajah lain Jakarta yang sering kita lupakan. Obyek wisata lain yang pantas dikunjungi adalah Polaria, Polarmuseet atau Museum Polar dan Tromsø Museum/Universitetsmuseum. Sayangnya tidak gratis. Kalau tertarik dengan seni, bisa mengunjungi Nordnorsk Kunstmuseum atau Museum Seni Norwegia Utara. Nah itu bisa gratis. Satu lagi yang pantas jadi target tujuan wisata dan juga jepretan kamera adalah Ishavkatedral, katedral dengan sentuhan modern, terinspirasi akan alam arktis dan didominasi oleh mosaik kaca.

Empat hari 3 malam di Tromsø, masih banyak hal yang bisa dieksplorasi. Mungkin lain kali.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun