Mohon tunggu...
Nelda Afriany
Nelda Afriany Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tinggal di dunia bagian utara, di tengah hutan, jauh dari kota :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kota Tromsø dan Festival Film Paling Utara di Dunia (Bag.1)

5 Juli 2012   21:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:15 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1341523954694686914

Petualangan ke tempat baru di tahun 2012 saya awali dengan mengunjungi kota Tromsø yang terletak di utara Norwegia. Kota ini bisa dicapai dengan naik pesawat dari Oslo, ibukota Norwegia, hampir 2 jam. Kalau beruntung, tiket satu jalan seharga 499 kroner atau sekitar Rp. 750.000 (kurs 1 kroner = Rp. 1500) bisa didapat dengan menggunakan penerbangan murah Norwegian. Tapi kadang dengan SAS pun bisa dapat tiket murah loh. Kali ini saya dapat tiket balik ke Oslo kurang dari 600 kroner, direct pula. Lumayan sekali.

Berkunjung ke bagian utara Norwegia merupakan keinginan saya sejak lama. Karena pertimbangan cuaca, saya pikir lebih baik berkunjung di musim panas. Namun setelah satu teman Norwegia bercerita tentang kegiatannya yang acapkali mengunjungi festival film di Tromsø, saya jadi tertarik juga. Tromsø International Film Festival atau TIFF selalu diadakan di musim dingin, dan tahun ini jatuh pada tangal 17-22 Januari. TIFF adalah festival film tertua dan terbesar di Norwegia, diselenggarakan pertama kali di tahun 1991 dengan total pengunjung 5200. Tahun ini TIFF memperoleh 53.535 jumlah penonton. Peningkatan jumlah yang sangat fantastik. Selain itu, setelah saya browsing internet, tahulah saya kalau TIFF juga merupakan festival film paling utara di dunia. Cihuy, kan?! Nggak peduli deh suhu dingin di bulan Januari yang bakal mengancam, saya keukeuh mau datang.

Sebelum berangkat, saya dan satu teman yang berhasil saya bujuk untuk ikutan, rajin browsing untung cari tiket pesawat dan hotel dengan harga terjangkau. Teman Norwegia saya sudah wanti-wanti untuk segera booking hotel karena banyak pengunjung festival yang berasal dari kota atau negara lain. Di pusat kota Tromsø cukup banyak pilihan hotel. Masalahnya adalah harganya. Hotel termurah yang bisa kami temukan yaitu ABC Hotel Nord. Kami memesan satu kamar dengan 2 tempat tidur, dengan fasilitas kulkas, lemari pakaian, wastafel, namun tanpa kamar mandi di dalam. Kamar ini kami pesan sekitar 1 bulan sebelum hari H. Harganya 825 kroner (kurang lebih 1,2 juta, jadi per orang Rp. 600ribu per malam). Itu sudah jauh lumayan dibanding pesan kamar di hotel lainnya. Kami menginap 2 malam. Hotel ini mirip hostel karena ada fasilitas dapur yang bisa digunakan bagi yang menginap disitu, dengan perlengkapan masak dan makannya pun lumayan lengkap. Tinggal beli bahan makanan di supermarket. Jadi bisa irit, kan?! Hanya malam terakhir saya menyempatkan berkunjung ke satu restoran setempat, yaitu Pastafabrikken, beli pizza 1 personal pan dan es teh lemon harganya sekitar 150-an kroner (sekitar 225ribuan). Saya sendiri tinggal di Tromsø 3 malam, malam terakhir menginap di tempat teman.

Mengenai penyelenggaraan festival film, ada 4 tempat yang digunakan, semuanya berlokasi di pusat kota. Dan semuanya bisa dicapai dengan jalan kaki, termasuk dari hotel saya. Teringat waktu di Jakarta ketika ikutan Jakarta International Film Festival (JIFFEST), saya harus naik taksi dari satu tempat ke tempat yang lain, karena jaraknya yang berjauhan. Kadang ditambah plus jalan kaki, keluar dari taksi, karena macet yang luar biasa, takut tidak keburu waktu untuk pemutaran film selanjutnya. Kalau ingat itu, lucu juga, walaupun saya belum berkeliling dunia mengalami berbagai festival film, paling tidak saya sudah merasakan mesti naik taksi dan mesti jalan kaki kesana kemari selama festival. Panitia TIFF sebetulnya juga menyediakan shuttle bus bagi yang memerlukan.

Saya nonton 4 film selama festival, 1 film Perancis, 1 film Italia, 1 film Rusia, dan 1 film Mesir. Keempat pemutaran film tersebut berlangsung di 3 dari 4 tempat yang digunakan, yaitu Hålogaland Teater, Kulturhuset dan Fokus Kino. Percaya deh, 3 studio yang saya kunjungi tersebut ukurannya besar-besar. Kurang lebih seperti Satin Lounge-nya Blitz Megaplex di Jakarta. Mencengangkan kalau dibandingkan jumlah penduduk kota ini yang hanya sekitar 56 ribu orang saja. Satu lagi bioskop yang dipakai selama festival yaitu Verdensteatret, yang kalau diartikan berarti teater dunia. Saya hanya sempat ke cafe-nya, karena ada janji bertemu dengan teman yang kuliah di Tromsø. Menurut teman saya itu, Verdensteatret adalah bioskop paling tua di Eropa Utara yang masih berfungsi sebagai bioskop, jadi masih ada pemutaran film dsb layaknya bioskop pada umumnya. Sebagai tembahan info, Fokus kino mempunyai jumlah tempat duduk 936 yang terbagi atas 6 studio, lagi-lagi jumlah yang luar biasa jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Sepertinya ini tak lepas dari dukungan pemerintah dan pihak swasta akan kegiatan budaya di negara ini. Tahun ini TIFF dibuka oleh menteri kebudayaan Norwegia, Anniken Huitfeldt. Pekerjaan rumah untuk Indonesia. Saya berharap tahun ini JIFFEST akan kembali mewarnai kegiatan budaya di Indonesia.

Bersambung...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun