Mohon tunggu...
Nela Dusan
Nela Dusan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi KFLS dan Founder/Owner Katering Keto

mantan lawyer, pengarang, penerjemah tersumpah; penyuka fotografi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Saya, Kamu, Kita atau Dia

22 Januari 2019   15:16 Diperbarui: 22 Januari 2019   15:21 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pinterest

Bismillah.
Dalam diri setiap manusia pasti ada nafsu yang mengajak kepada keburukan. Kesombongan pun suatu bentuk keburukan. Sebisanya kita menundukkan kesombongan yang kadang menyeruak menguasai kalbu. Tundukkanlah ia dengan mengingatkan diri bahwa segala hal yang terjadi tidak lepas dari ijinNya. 
Tanyakan diri kita, kenapa kita berani sombong. Kecantikan atau ketampanan kita kah? Popularitas kita kah? Kepandaian kita kah? Keterampilan kita kah? Kekayaan kita kah, atau apa? 
Jika karena wajah, lihat Novel Baswedan, dalam sekejap wajah bisa berubah.
Manusia tidak ada yang sempurna, jika seseorang tampak sempurna, itu karena Allah berkenan menutup aibnya. Jika merasa berhak pongah karena popularitas, lihat lah betapa banyak manusia ternama yang jatuh dalam kehinaan ketika Allah tidak lagi sudi menutupi aibnya.  
Jika karena kepandaian kita, memangnya berapa banyak ilmu yang kita kuasai? Adakah 2, 3, 10 atau 100 cabang ilmu kita miliki? Itu baru ilmu dunia, bagaimana dengan ilmu akhirat, sudahkah dipahami? Jika paham ilmu akhirat, sudah kah diamalkan? Jika sudah diamalkan, sudah kah ikhlas?
Jika kita merasa kaya raya, berapa banyak harta yang kita punya? Tidak akan cukup satu dua rumah, sederet koleksi mobil mewah. Sebab, selalu ada langit di atas langit.  Sekalipun kita miliki puluhan rumah, mobil, motor, rumah sebesar istana di kawasan super elite, kesudahan kita sama saja. Kita semua tanpa kecuali akan pindah ke lahan sederhana, 1x2 meter saja. 
Jika merasa terampil, siapakah yang menciptakan jari jemari, kaki, lengan, mata, telinga, mulut dan semua indra yang kita gunakan dalam keterampilan itu, yang memberikan kita hasil dan kekayaan yang berlimpah? 
Kita kah yang hebat ketika menjahit atau jari jemari ciptaan Allah lah yang melakukannya. Jika kita bisa memasak, apakah kita yang hebat atau karena indra pengecap kita yang diberi kepekaan lebih oleh Sang Maha Pencipta?  Apakah kita merasa hebat karena jagoan bertukang, mengelas besi atau membangun gedung 100 tingkat sekalipun, sementara semua pekerjaan besar kita itu bergantung pada 10 jari jemari tangan kita yang memegang peralatan.  Tanyakan artinya jari jemari kepada tukang las, jika tangan mereka terkilir, apa dampaknya pada pekerjaan mereka.
Kelebihan yang kita sangka itu bernama KARUNIA, bukan cuma seputar jari, tangan, lengan, kaki, wajah, telinga, tetapi semua organ tubuh lainnya. Tanyakan siapa yang menciptakan mereka. 
Saya, kamu, kita atau Dia? 
Wallahul muwafiq.-nd
#selfreminder

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun