Mohon tunggu...
Nela Dusan
Nela Dusan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi KFLS dan Founder/Owner Katering Keto

mantan lawyer, pengarang, penerjemah tersumpah; penyuka fotografi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ujian.. Lagi dan Lagi

12 Januari 2019   21:04 Diperbarui: 12 Januari 2019   21:05 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bismillah

Ujian umumnya terasa berat dan sulit. Walau membebani, nggak ada orang yang mau dengan sengaja mangkir dari ujian. Meski kadang menyiksa, nggak ada orang menyesal telah ikut suatu ujian, yang ada justru menyesal kalau ketinggalan ujian. Kenapa begitu?

Karena tanpa ujian maka kegiatan belajar kita menjadi tanpa arah bahkan sia-sia. Semua ingin naik kelas, ingin lulus. Tidak ada orang yang mau duduk di bangku SD selamanya, sekalipun menjadi murid kelas 6, kelas tertinggi di tingkat SD yang punya 5 adik kelas.
Semua orang tahu, menjadi anak kelas 6 bukanlah tujuan akhir,  kita harus move on menuju SMP. Demikian pula menjadi anak SMP, SMA atau mahasiswa pun bukan tujuan akhir kita. Walau secara formal pendidikan kita terhenti di suatu jenjang, hidup tetap berlanjut. Kita harus makan, mencari rejeki untuk hidup.

Semua tahapan hidup kita sudah dilalui. Berapa banyak ujian dalam hidup ini sudah kita lewati? Apapun bentuk ujian kita, hakekatnya sama saja yaitu mengarahkan orang yg sedang diuji menuju satu titik yaitu keberserahan kepada Ilahi.

Soal ujian tidak jauh dari kesulitan, kesakitan, kesempitan. Apakah hanya itu? Tentu tidak, soal ujian pun bisa berupa kecantikan, ketampanan, kekayaan, kemudahan, kepandaian, kelapangan atau kekuasaan dengan segala tingkatannya.

Jika saat ini kita sedang dihampiri ujian (untuk kesekian kalinya), bersyukurlah karena artinya Allah sedang mengajak kita berbicara (lagi), menyiapkan kita jalan kembali kepadaNya. Mungkin setelah datarnya hidup yang dihiasi kemudahan demi kemudahan, telah membuat kita mulai kehilangan makna beribadah, berkurangnya rasa butuh ketika merengek kepada Sang Rabb, bisa jadi kita sudah berubah jumawa bahkan mulai diwarnai maksiat disana sini.

Mungkin kita mengalami ujian kesekian kalinya, jangan kapok saudaraku. Sekian tahun yang lalu barangkali ujian spiritualmu untuk level SD, tempo hari mungkin ujian untuk meraih level SMA, dan seterusnya.  Ujian saat kita SD tentu beda dengan saat kita sudah SMA. Seperti jenjang pendidikan, ujian hidup pun bertingkat. Targetnya jelas, alam akhirat dan surga yang tertinggi tentunya.

Tapi kok makin berat ya. Wajar lah karena tiap naik kelas tentu berbeda lagi tingkat kesulitannya dan ujian keimanannya. Namun demikian tidak ada cara yg beda dalam menghadapinya yaitu TAQWA. Resep yg harus ditebus pun sama yaitu IKHLAS.

Ikhlas bukanlah solusi langsung suatu masalah yg kita hadapi sebagai ujian hidup. Ikhlas adalah penangkal sakit, pelipur lara, peredam kemarahan, pereda kekecewaan dan penghibur kesedihan. Ikhlaslah karena kita tidak pernah tahu berapa lama suatu ujian harus kita hadapi. Ikhlas sampai kapan? Sampai ajal kita datang atau Allah angkat masalah kita. Bisa terjadi dalam sehari, seminggu, setahun, 10 tahun atau tidak sempat selesai kita sudah keburu menghadapNya.

Ikhlaslah agar dengannya kita tidak akan pernah kehilangan syukur. Ikhlas lah agar kamu meraih kesabaran, kekuatan dan ketabahan.
Ikhlaslah karena yang demikian menjadikan jiwamu tenang sementara kita tidak pernah tahu kapan nafas terakhir kita hembuskan dan terutama karena surgaNya hanya diperuntukkan bagi jiwa yang tenang.

Wallahul muwafiq.
-nd

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun