Mohon tunggu...
Negri Salah Urus
Negri Salah Urus Mohon Tunggu... profesional -

Mantan wartawan, mantan LSM, mantan birokrat, mantan pejabat, mantan seniman, mantan artis, mantan pebisnis, mantan pelaku. Sekarang aku wong jadi pengamat meneh. Komentator murni, menjunjung semangat demokrasi dan kemerdekaan RI. Merdeka...!!!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Big TV Menipu, Pelayanan Konsumen Kian Memprihatinkan

18 Agustus 2014   05:43 Diperbarui: 4 April 2017   18:11 6239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya ada keyakinan bahwa sang teknisi yang paling bertanggung jawab serta mengerti seluk beluk penyetelan tv tersebut malah yang menjadi aktor utamanya.  Sosok Ian di atas hanyalah kamuflase untuk menutup-nutupi pelaku kejahatan yang sebenarnya, yaitu si teknisinya, mas", simpul bb.

"Senin pagi <18/08, red>, tiba-tiba untuk pertama kalinya datang teknisi baru.  Kami berdua menuju ke tempat dimana antena dikatakan oleh teknisi pertamanya 'SUDAH TERPASANG'.  Ternyata, biaya pemasangan yang selama pernah ini saya bayarkan, cuma efektif buat ganjal parabola yang notabene adalah properti milik saya, ditumpuki sama batu-batu di loteng.  Terlebih lagi tempatnya itu lho, persis di bawah kayu untuk jemuran.  Lha, saya pikir sudah permanen.  Yah kalau begini sih pasti goyang, wong labil sekali in posisinya.  Belum lagi kalau ada yang ngejemur baju, yah otomatis hilang sinyal."

"Saya jelas merasa tertipu donk, mas", ketus bb setengah mengamuk.  "Permainan apapun, walau kecil-kecilan, tetap merugikan konsumen, menurut saya.  Dan saya yakin semua pasti setuju bahwa negara kita sudah saatnya berkembang menjadi lebih baik, tidak lagi seperti dulu, yang masih cenderung tidak ada kepedulian, tidak jujur, selalu ada permainan kalau bukan skim, dan pelanggan atau konsumen hanya menjadi target bulan-bulanan aksi penipuan, besar ataupun kecil."

"Belum lagi pada saat dipasang ulang antena oleh si teknisi baru, Farid, teknisi sebelumnya menelpon sembari seperti marah-marah, yang saya pahami pastinya dia akan takut karena memang sudah saya infokan bahwa saya punya kenalan dari media, online maupun cetak."

"Sakit hati saya seharusnya diakomodir oleh pihak management Big TV, tapi biar lah kalau seperti tidak dipedulikan, saya akan terus bawa ini ke lembaga-lembaga terkait, pihak-pihak yang berwajib, sebagai pelanggan yang dirugikan haknya, dan akan kita tuntut para pelakunya di lapangan, siapapun mereka."

"Bersamaan dengan datang si teknisi baru , kebetulan saya sempat ngobrol dengan teman yang berbarengan menginstalasi Big TV.  Dia bilang, yang saya pakai itu melalui agen.  Jadi teknisinya juga bukan teknisi resmi.  Wualah mas, rasanya mau gelap mata saya ini.  Mana saya lupa lagi sewaktu decodernya dibawa sama teknisi yang baru itu, tidak ada tanda terima", bb mengeluh.

"Pas saya coba kontak si teknisi baru bilang sorenya sehabis maghrib decoder yang baru akan diantar berikut tanda terimanya.  Bener-bener ngebingungin prosesnya.  Kapok saya mas, berurusan dengan melalui online di negara kita ini.  Terlalu banyak permainan-permainan yang pastinya merugikan pada akhirnya."

Teramat disayangkan, apabila hal serupa terjadi juga pada diri kita semua.  Bb sebagai pelanggan yang merasa dirugikan mendorong negrisalahurus.blogspot.com agar dapat menghimbau kepada pihak-pihak yang berwajib serta berkaitan dengan perlindungan konsumen untuk segera mengambil tindakan yang diperlukan demi kenyamanan kita bersama.

"Tokh kita semua adalah konsumen, kan?", kilah bb mengakhiri pembicaraan.

nsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun