Mohon tunggu...
Negara KITA
Negara KITA Mohon Tunggu... Penulis - Keterangan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Bio

Selanjutnya

Tutup

Politik

Korban Kerusuhan 22 Mei, Monumen Perdamaian RI

26 Mei 2019   14:47 Diperbarui: 27 Mei 2019   09:37 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerusuhan 21-22 Mei [Foto: Tribunnews Makassar]

Tanggal 21 dan 22 Mei menjadi saksi bisu kerusuhan yang terjadi di Sarinah, Slipi, Petamburan, dan Tanah Abang. Kerusuhan terjadi saat aksi damai massa yang memprotes hasil rekapitulasi suara Pilpres 2019. Massa damai tersebut ternyata disusupi oleh massa provokator. Ketika massa provokator berada di tengah-tengah massa damai mereka lantas memicu keributan dan kerusuhan. Hingga saat ini, pihak ketiga yang menjadi dalang kerusuhan itu masih belum diketahui dari pihak mana.

Semua sudah terjadi, yang tersisa dari kerusuhan itu adalah mobil-mobil yang terbakar seperti di depan Asrama Brimob, bangunan mall yang rusak, hingga korban manusia baik dari pihak pendemo maupun dari aparat TNI-Polri. Semuanya terjadi karena massa perusuh yang entah dari pihak siapa. Kita pun dapat menduga bahwa kerusuhan yang terjadi di Petamburan, Slipi, dan Tanah Abang dilakukan oleh massa perusuh ini, bukan oleh massa aksi damai.

Sebagai seseorang yang menjunjung tinggi demokrasi, saya sangat menghargai langkah paslon 02 yang ingin menyelesaikan persengketaan Pemilu di MK. Tetapi sangat disayangkan pula tetap ada aksi turun ke jalan oleh massa GNKR/people power. Banyaknya massa yang turun ke jalan tentunya tidak bisa dijamin orang-orangnya. Ada yang benar-benar datang untuk aksi damai, ada yang berasal dari pihak ketiga. Pihak ketiga yang menginginkan kerusuhan dan menunggangi aksi damai massa GNKR/people power serta mengadu domba massa aksi damai dengan aparat.

Tentunya apabila kita melihat kerusuhan yang terjadi di tanggal 22, sangat disayangkan ketika massa turun ke jalan. Seandainya mereka tidak turun ke jalan, tentunya tidak akan ada korban yang berjatuhan. Faktanya, elite politik tidak bisa menjamin massa yang turun ke jalan adalah massa yang tetap inginkan aksi damai. Ada saja pihak provokator yang inginkan kerusuhan terjadi. Oleh karena itu, ada baiknya elite politik berhenti menyuarakan kebencian dan pertikaian. Hindari kegiatan yang memungkinkan jatuhnya korban manusia seperti aksi damai yang ditunggangi ini.

Jangan sampai banyak pihak malah berpandangan bahwa inilah yang para elite politik peneriak GNKR inginkan. Kita semua sudah melihat sendiri yang terjadi di lapangan. Apakah tujuan para elite politik ini tercapai? Tetap saja mereka harus menunggu dan menghormati hasil penyelesaian persengketaan pemilu dari Mahkamah Konstitusi (MK).

Saya selalu mengambil hikmah dari tiap kejadian. Mungkin saja kerusuhan yang terjadi pada tanggal 22 Mei merupakan puncak dari perselisihan selama ini antara kedua kubu pembela Paslon 01 maupun 02. Perang kecil itu seakan menjadi kunci penting dalam munculnya kesadaran betapa perlunya menjaga kedamaian.

Jatuhnya korban jiwa akibat bentrok berdarah kerusuhan 21-22 Mei sebenarnya adalah hal yang dapat dihindari. Tapi, di sisi lain, jatuhnya korban ini juga menjadi monumen penting bagi terwujudnya perdamaian nyata. 

Sumber:

1. Detik [22 Mei Rusuh, YLBHI Minta Elite Politik Setop Korbankan Manusia] 

2. Kompas [Wapres Kalla: Kami Hargai Paslon 02 Bawa Masalah Ini ke MK] 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun