Mohon tunggu...
Negara Baru
Negara Baru Mohon Tunggu... Freelancer - Tentang Saya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memberi Sudut Pandang Baru Negara Kita

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kurang Jatah Proyek Deradikalisasi, NU Tolak Eks ISIS Pulang

11 Februari 2020   07:49 Diperbarui: 11 Februari 2020   08:09 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WNI Eks ISIS. Sumber: beritasatu.com


Wacana pemulangan 660 WNI Eks ISIS masih menjadi perbincangan publik. Banyak pihak yang tidak inginkan WNI eks ISIS pulang ke tanah air. Tapi, mari kita ambil sudut pandang dari mereka yang tidak tahu menahu atau hanya terhasut serta tak menjadi kombatan ISIS di garis depan.

Seperti kisah Nada Fedulla, WNI Eks ISIS yang tak tahu dibawa ayahnya ke Suriah. Ia kini berada di Kamp Pengungsian al-Hol, Suriah Utara, wilayah yang berada di bawah kekuasaan Pasukan Demokratik Suriah (SDF).

Nada Fedulla dibawa ke Suriah tahun 2015 silam. Saat itu, ia masih duduk di bangku sekolah dan harus merelakan cita-citanya sebagai dokter. "Saat masih sekolah, saya bercita-cita menjadi dokter dan saya sangat senang belajar," kata Nada pada 4 Februari 2020.

Selain Nada, ayahnya turut membawa anggota keluarga yang lain, termasuk sang nenek.

Dengan ketidakjelasan nasibnya saat ini, Nada memiliki keinginan pulang ke Indonesia. Ia merasa lelah dengan kondisinya dan berharap kita rakyat Indonesia memaafkannya.

Sumber : Kompas [Kisah Nada Fedulla, WNI Eks ISIS yang Tak Tahu Dibawa Ayahnya ke Suriah]

Kisah Nada adalah salah satu dari banyak kisah WNI Eks ISIS lainnya yang terbang ke Suriah namun tak berada di garis depan dan ikut berada di sana atas keputusan orang tua atau suami. Terutama bagi perempuan dan anak-anak. Oleh karena itu, apabila pemerintah ingin memulangkan WNI Eks ISIS, tentu latar belakang tiap WNI harus diketahui terlebih dahulu.

Pengamat terorisme Ridlwan habib mendorong pemerintah untuk memiliki data lengkap WNI Eks ISIS. "Jadi jelas (misalnya) Aishah anaknya ini, berapa usianya. Asal mana. Keluarganya dimana. Sehingga kemudian jelas memang Pemerintah punya database yang riil dan keluarga mereka di Indonesia juga terdeteksi," kata Ridlwan, pada Hari Minggu 9 Februari 2020.

Data yang diterima sementara, ada 47 WNI eks kombatan dan terduga teroris ISIS yang dipenjara. Maka sisanya sudah barang tentu adalah WNI biasa yang terhasut atau terpaksa ikut ke Suriah.

Dengan data yang lengkap, pemerintah bisa memetakan level ancaman dari masing-masing WNI eks ISIS. "Kita tahu, di sana yang sudah bisa belajar bom berapa. Atau jangan-jangan di sana cuma penjaga dapur. Yang pemasak buat kombatan. Level bahayanya. Kalau satu orang bisa merakit bom dibandingkan juru masak tentu lebih berbahaya yang bisa merangkai (bom)," imbuhnya.

Apalagi Ketua Komnas HAM Ahmad T. Damanik mengatakan, berdasarkan data general EU, dari 10.000 yang ada di kamp pengungsian, 67 persennya merupakan anak-anak berusia di bawah 12 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun