Mohon tunggu...
Nechin Rilus
Nechin Rilus Mohon Tunggu... Freelancer - Life is Simple

You Must Go on

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar dari Erich Fromm tentang Dilema Eksistensi

14 Juni 2021   09:05 Diperbarui: 14 Juni 2021   09:11 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam kehidupan, manusia selalu akan berada pada suatu situasi krisis eksistensi, suatu titik dimana mempertanyakan tujuan hidup dan makna hidup yang sebenarnya. berkaitan dengan ini, Seorang Filsuf Sokrates dalam pemikiran filosofisnya menyatakan "hidup yang tidak direfleksikan tidak pantas atau tidak layak untuk dihidupi". Socrates melihat bahwa hidup manusia berjalan bersama sang waktu dengan aneka realitas dan pengalaman yang terjadi. Ia mengajak setiap orang untuk merefleksikan perjalanan hidupnya. Jangan asal berlalu saja, tetapi petiklah nilai kebijaksanaan dalam setiap hal yang dilihat, dialami, dan telah terjadi.

Kemampuan berefleksi hanya berlaku bagi manusia. Hal itulah yang membedakan manusia dengan hewan dan tumbuhan. Berdasarkan daya aktivitas fides et ratio (iman dan akal), manusia mampu melakukan distansi (discernment) dari setiap pengalamannya. Manusia dapat mengambil jarak dan mulai merenungkan dan mempertanyakan kembali segala hal yang telah terjadi. Manusia bertanya, mengapa hal itu terjadi? Kok bisa ya? Jawaban untuk pertanyaan ini bukan hanya sekadar berdasarkan pengamatan fisis permukaan, tetapi menuntut daya reflektif sampai menyentuh dasar kedalaman hati dan kejiwaan si subjek.

kemampuan manusia berpikir dan berefleksi muncul dilema eksistensi. Dilema Eksistensi ini seperti Filsafat Dualisme yang melahirkan tesa dan antitesa dan melahirkan tesa baru yakni sintesa. bagi Erich Fromm dalam hidup ini ada 3 dilema:

1. Manusia animal Rationale vs Manusia sebagai manusia

    Dilema yang pertama ini tesanya adalah manusia dapat disebut juga animal Rationale.  Sikap dasarnya adalah kebutuhan hidup manusia seperti makan, minum, kebutuhan seksual. manusia selain sebagai binatang tetapi manusia adalah manusia, Antitesa. sikap manusia sebagai manusia adalah lemah lembut, kasih sayang, hidup dalam cinta, memilik integritas. disinilah muncul dilema dalam diri manusia. maka itu muncul Sintesa bahwa manusia tidak hanya bisa hidup untuk makan, minum, mememnuhi kebutuhan seksual tapi manusia adalah manusia. sebagai manusia, ia memiliki sikap lembut, kasih sayang, punya integritas, dan nilai - nilai norma. maka itu manusia tidak seenaknya harus hidup. ia tidak bisa hidup sembarangan. dalam dirinya akan selalu ada situasi dilema.

2. Kematian vs Hidup

  Setiap orang hidupnya selalu tearah kepada kematian. tidak ada satupun manusia di dunia ini yang tidak mati. semua akan mati. Jika kita hidup untuk m ati lalu untuk apa Hidup ini? kita berjuang untuk bertahan hidup di satu sisi kita tahu bahwa kita akan mati. inilah dilema yang dihadapi oleh manusia. berjuang untuk bertahan hidup dengan kesadaran penuh bahwa kita akan mati. Maka itu kita abaikan bahwa kita akan mati agar kita dapat mengisi hidup ini dengan sesuatu yang bermakna dan bermartabat. 

3. Kesendirian vs Kebersamaan

     manusia dalam realitas ingin hidup sendiri. ia ingin berbuat sesuka hatinya. namun di satu sisi tidak bisa hidup sendirian. kita hidup dengan orang lain. manusia adalah manusia individual sekaligus makluk Sosial. situasi dilema seperti ini tentulah selalu kita alami dalam hidup. ingin punya kebebasan yang sebebasnya tapi terikat oleh norma - norma sosial yang ada dalam masyarakat. 

Akhirnya dapat dikatakan bahwa Motivasi diri harus selalu berkembang ketika berada pada situasi dilema yang melanda eksistensi. manusia harus selalu berjuang untuk berjalan menuju ke arah yang lebih sempurna dan dengan menerima diri bahwa kita tidak akan pernah sempurna. maka itu manusia perlu beradaptasi ketika dalam kelompok mampu hidup mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun