Mohon tunggu...
Nanda Lorenza
Nanda Lorenza Mohon Tunggu... Ilustrator - ndlrz

Instructional Designer | Storyboarder

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Perempuan yang Terbatas dan Dibatasi dalam "House of Cards"

9 April 2021   15:11 Diperbarui: 9 April 2021   15:20 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serial politik House of Cards di Netflix (dok. Netflix)

Pada lingkup politik, perempuan acap kali terbatas, dan mungkin dibatasi, menjalankan perannya. Pun demikian dalam drama serial House of Cards.

Secara keseluruhan drama serial yang diadaptasi dari serial di Inggris dengan judul yang sama ini tidak ada inti cerita yang mengundang decak kagum, sebagaimana cerita-cerita pada film atau serial lain. Demikian pendapat penulis

Hanya saja, House of Cards berhasil menangkap secara gamblang bagaimana politik di Amerika Serikat berjalan; lobi-lobi politik, politik tukar guling, politik dagang sapi, atau istilah-istilah politik lainnya dengan Francis Underwood (Kevin Spacey), alias Frank, sebagai tokoh utamanya.

Frank adalah seorang pria ambisius yang haus keinginan. Untuk mendapatkan apa yang diinginkan, bagaimanapun dan apapun caranya ia lakukan.

Tak hanya ambisius, ia adalah seorang pelobi ulung, penuh strategi, dan, tidak berlebihan, ia juga seorang yang licik nan kejam.

Kerasnya dunia perpolitikan dalam serial itu menjadi logis bila Frank adalah sosok yang licik nan kejam. Ini adalah serial yang menggambarkan realita. Dan realita ini diamini langsung oleh seorang senator Amerika.

"Aku duduk bersama salah satu Senator," Kata Robin Wright (pemeran Claire Underwood, istri Frank), saat berbincang-bincang dengan media dalam peluncuran musim terkahir House of Cards di Marina Bay Sands, Singapura, mengutip Kumparan. "Dia bilang, 'Aku suka sekali show-nya. Sangat nyata dan akurat'," ucap Robin menirukan Senator itu.

"Lalu aku tanya balik, 'Seberapa akurat?' Dan dijawab 'Sekitar 99 persen akurat'," lanjut Robin.

Frank mulanya diceritakan sebagai salah satu Anggota Kongres. Kariernya moncer, dari Capitol menuju White House. Dari Anggota Kongres, Wakil Presiden, hingga puncak kekuasaan dalam pemerintahan, Presiden.

Sementara Claire Underwood, istri Frank, digambarkan sebagai wanita mandiri dan berjiwa tangguh. Sepertinya, pengaruh sang suami menjadikan sosok seorang Claire menjadi demikian. Meski, perannya, masih di bawah kendali sang suami.

Namun, di sinilah poinnya: Bagaimana peran perempuan turut andil dalam politik Amerika, setidaknya seperti yang digambarkan dalam serial ini.

Laki-laki pada konteks politik Amerika, terutama dalam serial ini, digambarkan sebagai pihak yang paling dominan memainkan peranannya, semisal jabatan politik yang diemban dalam jalan ceritanya. Sementara perempuan, rasanya masih jauh dari apa yang dicita-citakan dalam kacamata kesetaraan.

Kalau saya tidak salah catat, baru pada musim ke tiga serial ini perempuan mendapatkan porsinya. Itu pun, secara umum, tidak pada posisi menguntungkan.

Meski memiliki peranan, posisi perempuan masih terkungkung oleh subordinasi kaum patriarki. Paling kentara adalah kondisi perempuan yang bukan sebagai pengambil keputusan.

Acap kali perempuan dihadapkan dengan keadaan yang cenderung terbatas (atau yang cukup ekstrem dibatasi) aksesnya, mendapatkan halnya, hingga paling kental dianggap remeh kredibilitasnya.

Dialektika semacam ini kerap muncul dalam perdebatan antara Frank dan Claire. Atau Frank dengan tokoh-tokoh perempuan lainnya. Bahkan, dalam adegan lain perempuan digambarkan hanya sebagai manipulator dan pemuas birahi kaum adam--yang menurut penulis tanpa adanya skenario ini pun takkan mengubah jalan ceritanya.

Pada akhirnya Claire memang menduduki tampuk kekuasaan. Hanya saja, yang perlu dicatat, Claire sebagai Presiden dalam serial ini adalah Claire dalam alternatif skenario. Sebab, pihak produksi House of Cards terpaksa menyudahi sang aktor utama dalam penggarapan serial mereka.

Diketahui, Kevin Spacey terlibat skandal pelecehan seksual terhadap anak presenter ternama di Boston, Heather Unruh, William Little. Insiden ini terjadi pada 1986.

Menariknya, William Little bukan korban pertama Kevin. Setidaknya ada tiga orang lainnya yang pernah mengaku menjadi korban pelecehan seksual oleh aktor peraih dua Oscar tersebut. Dan ketiganya, telah tewas bunuh diri setelah mengungkapkan aksi Kevin ke publik.

Yang menjadi pertanyaan adalah, akankah Claire Underwwod menjadi Presiden, andai, Kevin Spacey tidak terjerat skandal?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun