Mohon tunggu...
Yusuf Hamim
Yusuf Hamim Mohon Tunggu... Abdi Negara -

Pokoke Nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anakmu, Anakku Juga

3 Mei 2017   06:50 Diperbarui: 3 Mei 2017   13:50 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Coretan dari seorang guru untuk para wali murid

       Setiap pagi, saat suara lonceng berdentang tanda masuk kelas memenuhi seluruh lingkungan sekolah, dengan langkah kaki kecil dan tawa penuh semangat dan berjuta harapan masa depan putra-putrimu memasuki kelas masing-masing. Saat itu juga kami telah menggantikan posisimu sebagai orang tua bagi anak-anakmu. Mengajari dan mendidik mereka agar bisa apa saja, agar kelak bisa hidup mulia, mewujudkan mimpi-mimpi mereka untuk jadi nyata serta berguna bagi nusa dan bangsa.

       Sebenarnya bukan hanya saat itu. Sejak putra-putrimu kau antarkan ke sekolah untuk mendaftar pertama kali, kemudian tercatat sebagai siswa di sekolah. Sejak saat itulah kami telah menjadi orang tua bagi putra-putrimu. Semua ilmu pengetahuan yang kami kuasai, segala kompetensi yang kami miliki, semua kebaikan yang ada dalam diri dan segala pengalaman hidup yang kami alami ingin kami berikan semua untuk putra-putrimu. Bahkan sampai larut malampun putra-putrimu masih tetap menjadi putra-putriku juga di hati kami, dalam segala bentuk doa yang kami panjatkan kepada Tuhan, anak-anakmu sama berartinya seperti anak-anak kami sendiri.

       Sebagaimana dirimu yang menginginkan yang terbaik bagi mereka, kamipun berpikiran sama. Mereka harus pandai, pandai apa saja, dari mulai menganal aksara, mengeja dan akhirnya mampu membaca cakrawala. Pandai menulis, menulis apa saja, mulai titik, garis, sudut, lengkung, abjad-abjad bermakna, sampai akhirnya menulis kisah-kisah menjadi sejarah untuk jadi inspirasi masa depan mereka. Pandai menghitung dan mengenal angka-angka, satu dua tiga alpha bheta ohmega, hingga untung rugi amal-amal dunia yang dirumuskan untuk mnentukan ganjaran yang setimpal kelak di Surga.

        Sebagaimana dirimu yang menginginkan yang terbaik bagi mereka, kamipun tak berbeda. Mereka harus rajin masuk kelas, mengikuti pelajaran, mengerjakan tugas-tugas rumah. Mereka harus rajin mengumpulkan dan menabung bekal untuk hidup kelak bersama sesama.

       Sebagaimana dirimu yang menginginkan yang terbaik bagi mereka, kami pun memimpikannya. Mereka harus berkarakter, mempunyai disiplin tinggi, penuh tanggung jawab terhadap apa saja yang mereka perbuat. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan sehingga sampai di rumah juga sudah terbiasa. Mampu bekerjasama dengan teman sebayanya, menghormati kakak kelas yang lebih tua, menyayangi adik kelas yang lebih muda. Sopan terhadap bapak dan ibu guru, agar di rumah dan di lingkungannyapun seperti itu. Sudah waktunya putra-putri itu berdiri di atas kakinya sendiri, mandiri tak tergantung teman sebelah kanan dan kiri.

       Sebagaimana dirimu yang menginginkan yang terbaik bagi mereka, apa engkau pikir kami tak menginginkannnya ?. Kami ingin mereka semua jadi juara, pemenang sejati yang mampu mengalahkan diri mereka sendiri, membantu menemukan jati diri mereka adalah hal yang benar-benar menguras air mata kami. Kami ingin kelak mereka jadi penguasa di bidang masing-masing sesuai bakat dan kesenangan mereka, menjadi anak-anak bangsa yang mengharumkan ibunda pertiwi, dan benar-benar menjadi tuan di negeri sendiri.

       Itulah impian kami, itulah harapan kami, itulah keinginan kami, itulah cita-cita kami, itulah tujuan kami. Melihat putra –putrimu tumbuh besar perkasa, dewasa akal dan budi, hingga hilang keluh kesah di benak dan tangan mereka, sebab mereka percaya pada Tuhan dan dirinya sendiri. Jalan terjal sudah siap menanti, namun mereka siap dan itu adalah upaya untuk menguji dari agar kelak jadi manusia berbudi.

       Namun dalam perjalanannya, kami menemukan berjuta aral melintang, duri dan onak yang melelahkan. Kami harus menghadapi banyak kenakalan-kenakalan yang menguji mental dan kesabaran, yang mungkin tidak pernah dilakukan putra-putrimu di rumah. Pertengkaran-pertengkaran kecil sesama teman hingga sampai tawuran antar pelajar skala besar yang menguras airmata kami. Atau saudara-saudara kami di seberang jauh pulau-pulau terluar  yang megajar dengan keterbatasan-keterbatasan, atau di kota-kota besar yang hampir setiap hari kecolongan candu dan obat-obat terlarang. Atau beratnya tangan guru di daerah rural urban – rural urban, yang hampir tiap jam terdengar kabar perawan hamil duluan.

       Terkadang ada beberapa orang dari kami yang tersulut emosinya atas ulah putra-putrimu. Kami berada dalam dilema yang berkepanjangan, antara menghukum atau membiarkan dalam upaya menegakkan kedisiplinan. Membangunkan anak-anakmu dari tidur malas yang panjang haruslah dengan teriakan lantang. Mengingatkan mereka tentang betapa beruntungnya mereka bisa di sini belajar tanpa kekurangan, teramat sering kami sampaikan.

       Trenyuh hati kami melihat berita di koran pagi dan petang, perjuangan anak-anak kolong jembatan yang sibuk belajar riang di bawah reruntuhan gedung-gedung kota, dengan selembar kecil papan, dengan baju-baju kumal yang tetap semangat meski diajar oleh sarjana-sarjana pengangguran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun