Mohon tunggu...
Nazmi Syahida
Nazmi Syahida Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Learning to love the process

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Komunikasi Menentukan Arah Opini Publik

10 Januari 2020   11:29 Diperbarui: 10 Januari 2020   11:40 2623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perkembangan zaman yang kini kian canggih dengan difasilitasi oleh teknologi yang semakin maju. Indonesia salah satunya, menjadi tempat penerimaan teknologi dari luar negeri yang selalu booming dan hangat dipergunakan oleh masyarakatnya. Hal tersebut mempengaruhi salah satu ilmu pengetahuan dan proses-proses lainnya yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Yakni, salah satunya ilmu komunikasi. 

Komunikasi menjadi media untuk bersosialisasi dengan orang-orang, media yang sangat efektif, baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Baik dalam personal maupun antarpersonal. Penyebaran informasi pun kini dapat dilakukan secara cepat dan bisa didapatkan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Opini Publik Berkaitan Dengan Spiral of Silence Theory

Lalu mengapa komunikasi bisa menjadi arah opini publik?

Alasannya sederhana, opini masyarakat yang pertama kali dilontarkan atau opini yang menjadi mayoritas menjadi teori komunikasi muncul, yakni spiral of silence atau spiral keheningan. 

Dalam ilmu komunikasi, teori keheningan adalah salah satu teori komunikasi massa, di mana seseorang memiliki opini dari berbagai isu, namun terdapat keraguan dan ketakutan untuk memberikan opininya karena merasa terisolasi, sehingga tidak bersifat terbuka alias tertutup.

Teori tersebut menjelaskan, bahwa jika ada seseorang yang memiliki opini yang berbeda dari khalayak lainnya maka ia cenderung menyimpan dan memendam sendirian. Opini yang ia miliki dipatahkan oleh orang-orang yang mempunyai opini mayoritas lebih banyak.

Sebagai contoh, peristiwa penusukan Menkopolhukam, Wiranto. Pada Oktober lalu, kasus penusukan tersebut membuat reaksi hangat diperbicangkan oleh masyarakat Indonesia. 

Informasi yang disebar dengan cepat melalui beberapa media sosial, menuai komentar yang yang beragam. Istilah warganet atau netizen, ada yang prihatin tetapi ada yang acuh tak acuh, bahkan ada yang merasa kasus tersebut adalah skenario yang sudah sangat direncanakan.

Pada media sosial Twitter salah satunya, ramai cuitan bahwa kasus tersebut adalah rekayasa. Mayoritas netizen beranggapan demikian, sehingga sangat sedikit terlihat yang beranggapan dan memberikan komentar prihatin. 

Hal tersebut memperlihatkan kelompok yang bersimpati dan berpikir bahwa penusukan tersebut bisa saja bukan rekayasa sehingga menjadi tenggelam dan tidak di dengar. Opini publik menggiring masyarakat untuk beranggapan bahwa kasus tersebut adalah rekayasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun