Mohon tunggu...
Nazla Mahira
Nazla Mahira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Jurnalistik di Universitas Padjadjaran

A considerate Journalism student who loves social activity. Currently have an interest in photography, communication, writing, calligraphy, and music. Loves to try a new thing and learn from past experiences.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Balik Ojol Vs Opang, Penumpang: What About Me?

16 November 2022   12:42 Diperbarui: 16 November 2022   12:51 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Potret yang dialami Tata dan Zalika juga dialami oleh banyak penumpang lainnya. Padahal kan penumpang sama seperti pembeli. Mereka adalah raja. Tidak seharusnya mereka dirugikan oleh kedua kubu ojek ini.

Memang, baik ojol maupun opang mempunyai perspektifnya masing-masing dalam melihat perkembangan teknologi yang mendorong adanya ojek online ini. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa keduanya juga mengalami kerugian. Entah itu orderan opang yang menyusut karena penumpang beralih ke ojol atau ojol yang juga tidak bisa leluasa mencari penumpang pada wilayah-wilayah tertentu.

Tindakan-tindakan opang yang tidak menerima ojol masuk ke wilayah mereka atau justru ojolnya yang menolak orderan jika memasuki wilayah-wilayah tertentu itu, tanpa disadari menjadikan penumpang sebagai korban di sini.

Mobilitas mereka menjadi terganggu. Hak-hak mereka sebagai penumpang menjadi tidak utuh. Tidak hanya dirugikan secara ekonomi, keselamatan mereka pun menjadi taruhannya. 

Padahal, jika dipahami lebih dalam lagi, kerugian pada penumpang ini pada akhirnya juga merugikan ojol dan opang itu sendiri. Penumpang yang merasa was-was akan perseteruan kedua kubu ojek ini menjadi tidak mau menaiki ojol dan opang.

Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian bagi ojol dan opang bahwa perseteruan mereka tidak menguntungkan siapapun. Sama sekali. 

Dalam hal ini, penumpang juga tidak meminta macam-macam. Penumpang hanya meminta agar haknya tidak dikurangi. Hak mendapat transportasi umum yang aman dan nyaman. Penumpang juga tidak memaksa kedua kubu ojeg untuk membaur satu sama lain. Jika memang mempunyai aturan sendiri-sendiri dan tidak merugikan siapapun, ya boleh saja.

"Aku sih berharap kedepannya opang jangan galak-galak. Karena kan gimana ya, penumpang kan gak tau apa-apa ya. Baik-baik aja bicaranya kalau memang mau tukeran. Jangan galak-galak kaya kita (penumpang) tuh salah banget."

"Terus buat ojol juga, jangan beringas. Kadang ojol juga suka galak gitu. Jadi jangan sama-sama keras. Saling mengerti aja kalau ada porsinya masing-masing."

Melalui tulisan ini, penumpang berharap bahwa kejadian-kejadian di atas tidak lagi terjadi. Mereka berharap ojol dan opang memperhatikan hal ini. Karena sejatinya, kita semua memahami bahwa bekerja untuk mencari rezeki seharusnya dibarengi dengan sikap saling menghargai. Kan rezeki bukan hanya milik pribadi. Rezeki sudah ada porsinya sendiri-sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun