Mohon tunggu...
Nazhifah Wardani
Nazhifah Wardani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Prancis Universitas Brawijaya

The Girl Who Loved to Write

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Shared Psychotic Disorder: Gangguan Mental Penyebab Bunuh Diri Massal

10 Desember 2021   12:18 Diperbarui: 10 Desember 2021   21:53 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Shared Psychotic Disorder
Ada sebuah gangguan mental yang menarik perhatian saya, gangguan mental itu dikenal dengan istilah "shared psychotic disorder." Gangguan ini menjadi penyebab utama terjadinya bunuh diri massal Keluarga Chundawat yang menewaskan 11 orang sekaligus dan menjadi penyebab terjadinya bunuh diri massal Sekte Gerbang Surga. Kedua peristiwa naas itu mampu mengguncang hati banyak orang di seluruh dunia. Beberapa waktu ini memang kedua peristiwa tersebut banyak diperbincangkan di media sosial. Bagaimana tidak, peristiwa kematian keluarga Chundawat yang sangat misterius dan begitu mengerikan ini memakan 11 korban jiwa dan menimbulkan banyak tanya dan konspirasi di masyarakat.


Lalu, bagaimana shared psychotic disorder mempengaruhi keluarga Chundawat?
Awal mula terjadinya gangguan shared psychotic disorder ini seringkali disebabkan karena adanya perasaan sakit dan luka yang sangat besar di dalam diri seseorang, sama seperti halnya yang dialami oleh Lalit, Lalit mengalami banyak peristiwa menyakitkan di masa lalu yang menimbulkan luka dan penderitaan di dalam dirinya.  Jika dilihat dari latar belakang yang ada, Lalit memang mengalami banyak hal berat dalam perjalanan hidupnya. Lalit pernah mengalami kecelakaan ketika ia berada di perguruan tinggi , ia juga cukup terpukul akan kepergian ayahnya. Hingga pada suatu hari Lalit mengalami delusi dimana ia merasakan bahwa roh ayahnya, Bhopal Singh, pergi merasuki dirinya, suaranya berubah menjadi mirip seperti suara ayahnya, bahkan tingkah lakunyapun berubah seperti almarhum ayahnya.  Banyaknya penderitaan pada dirinya yang terjadi secara bertubi-tubi dan ketidakmampuan diri Lalit untuk membendungnya menyebabkan kerusakan batin. Rasa sakit dan rusaknya keadaan batin Lalit inilah yang menyebabkan dia menyerap hal-hal yang menyakitkan ke dalam dirinya. Rasa sakit itu pada akhirnya akan menciptakan delusi yang imajiner dan tidak masuk akal di dalam kepalanya. Delusi tersebut merupakan bentuk pelarian untuk mencari kebahagiaan. Karena ketika ia berdelusi, ia akan merasa bahagia, walau kebahagiaan tersebut sifatnya semu dan sementara. Ia akan mendengar, melihat, dan merasakan hal-hal yang membahagiakan. Ketika Lalit mengalami gangguan delusi, maka Lalit tidak dapat membedakan antara kenyataan dan ilusi. Delusi itu membuat Lalit hidup dalam penderitaan secara terus menerus.


Bagaimana Delusi Ini Menular Pada Anggota Keluarga yang lain?
Jika kamu penasaran bagaimana delusi ini bisa menular kepada anggota keluarga yang lain, jawabannya yaitu delusi ini akan menular kepada individu lain ketika dua orang individu memiliki hubungan batin dan emosional yang erat antara satu sama lain. Gangguan delusi ini juga dapat terjadi pada sekelompok orang yang berada pada lingkungan yang sama dan memiliki mindset atau pikiran yang sejalan. Delusi ini biasa dikenal dengan istilah folie communiquee (gangguan psikotik yang dikomunikasikan) dalam bahasa Prancis. Gangguan ini terjadi pada keluarga Chundawat, dimana delusi Lalit akan roh ayahnya dan kepercayaan akan ritual Bath Puja menular kepada seluruh anggota keluarganya. Seluruh anggota keluarga ikut percaya bahwa mendiang ayah mereka menyuruh mereka untuk melakukan ritual gantung diri tersebut sebagai jalan agar bisa meraih keselamatan dan ridho Tuhan dengan memasuki tubuh Lalit. Penularan delusi inilah yang disebut sebagai gangguan shared psychotic.


Tak cukup sampai disitu, tahukah kamu bahwa gangguan itu tidak hanya terjadi pada keluarga Chundawat saja, shared psychotic ini juga dialami oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan diri mereka sebagai sekte Gerbang Surga atau Heaven's Gate di San Diego, California. Mereka memiliki keinginan untuk bertemu UFO atau alien. Mereka percaya ide-ide mereka merupakan kombinasi antara ide-ide kristen dengan unsur-unsur kiamat dan fiksi ilmiah, mereka percaya  cara untuk menuju keselamatan dengan membawanya ke tingkat berikutnya yaitu bertemu dengan UFO atau alien. Doktrin kepada para anggota sekte tersebutlah yang pada akhirnya pada tanggal 26 Maret 1997, ketika komet melewati Bumi, sekte Heaven's Gate melakukan bunuh diri dengan meminum campuran mematikan fenobarbital dan vodka.


Mengapa Gangguan Ini Bisa Terjadi?
Jika kamu bertanya mengapa gangguan ini bisa terjadi, gangguan ini bisa terjadi karena adanya beberapa faktor latar belakang, yaitu:

  • Pertama keluarga Chundawat dan Sekte Gerbang Surga yang terisolasi dari dunia luar dan cenderung tertutup.
  • Kedua, tingkat depresi dan tekanan hidup yang tinggi, juga penderitaan yang dialami.
  • Ketiga, hubungan emosional yang erat dalam waktu yang lama antara satu individu dengan individu yang lain. Yang dapat menyebabkan kesedihan ketika mengalami kehilangan akibat kematian.
  • Ketidakmampuan diri untuk berdaptasi dengan dunia luar dan lingkungan.
  • Terakhir karena masih adanya kepercayaan mistis yang tumbuh di masyarakat.

Itulah gambaran bagaimana gangguan mental shared psychotic mampu menjadi penyebab terjadinya persitiwa yang sungguh ironis yaitu bunuh diri massal.  Gangguan ini menjadi bukti nyata bahwa kesehatan mental dan gangguan mental tidak bisa kita remehkan. Tak perlu khawatir jika kamu mulai mengalami gangguan ini, terapi, menghubungi konseling, dan mengikuti banyak kegiatan atau organisasi sosial menjadi cara jitu untuk mengatasi dan mencegah gangguan mental shared psychotic.


Tetap semangat dan berdamai dengan diri sendiri, merelakan segala hal yang terjadi, karena sejatinya hidup ini memang mengerikan. Banyak sakit dan luka yang harus dirasakan. Namun pada akhirnya, kita harus tetap hidup kan? Meski dengan terjatuh, meronta, luka, ketakutan, dan rasa ingin menyudahi terus ada. Tetap percaya bahwa bahagia pasti menyapa di waktu yang tak disangka-sangka.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun