Mohon tunggu...
Authar
Authar Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Penulis

Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Warta Warna-warni Keberagaman

19 Agustus 2021   09:05 Diperbarui: 19 Agustus 2021   09:12 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Festival ini membuktikan keberagaman kota Jambi yang sarat multikultural dan heterogenitas etnis, yang merupakan miniatur Bangsa Indonesia dan cerminan kuatnya Bhinneka Tunggal Ika di Kota Jambi.

Namun disayangkan, belakangan ini keutuhan Bhineka Tunggal Ika sedang diuji dengan berbagai degradasi yang perlahan menggerus keperkasaan Sang Garuda. Ujian itu berupa Tekhnologi Informasi yang melesat pesat bak Pusaka Kuntawidjayadanu saat merobek dada Gatot Kaca.

Tak bisa kita pungkiri di era globalisasi ini ilmu pengetahuan semakin banyak melahirkan keajaiban, tidak lagi butuh waktu bertahun-tahun untuk dapat berbincang dengan seseorang di seberang benua, tidak kita temui lagi merpati putih terbang menyandang surat. 

Dunia ini rasanya tiada berjarak karena seluruh dunia kini dapat mengawasi tingkah laku seseorang dan orang dapat mengawasi tingkah laku dunia dengan akses yang tak terbatas melalui internet. Kemajuan ini seperti bilah bermata dua; tak hanya melahirkan dampak positif tetapi juga merangkap banyak dampak negatif.

Jika negeri di seberang laut banyak mewartakan tentang penemuan-penemuan baru yang kehebatannya menandingi para ksatria dan dewa dalam Mahabharata, sebaliknya negeri ini sedang bersimbah dan berpeluh melawan hoax.

Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) ada sekitar 800.000 situs hoax yang berkembang di Indonesia. Sepanjang tahun 2018, sedikitnya terdapat 53 kasus hoaks dan 324 kasus hate speech. Sementara statistik itu kian melonjak hingga rentang tahun 2021. 

Kemenkominfo sendiri menerima delik aduan berupa konten negatif mencapai total 1.479.257 konten per bulan Juni Tahun 2021. Mabes POLRI mencatat rata-rata terdapat 3500 konten hoaks yang diproduksi dalam waktu 1 hari. 

Melalui berbagai media kita dihantui dan ditikam rasa takut dari warta tentang kesehatan, politik, dan agama. Rasanya remuk hati kita saat mendengar tentang konflik yang terjadi di Papua, Poso, dan daerah lainnya. konflik ini potensial bertambah parah karena hoax dan ujaran kebencian. 

Tuhan saja tidak memandang kemuliaan dari asal usul suku dan daerah, motif rambut, atau warna kulit, lalu mengapa manusia malah merasa lebih hebat dari Tuhan? Merasa lebih terhormat karena sukunya? Rasanya tak pantas.

Sebagai seorang siswa kita dapat berkontribusi dalam penangkalan hoax yang tertebar, dengan peningkatan literasi digital. Mengindentifikasi berita yang dibaca dengan mengenali ciri seperti berita hoax sering menyematkan judul sensasional yang cenderung provokatif, isinyapun lazimnya diambil dari berita resmi yang datanya di tukar sesuai kehendak sang pembuat berita bohong. 

Berdasar acuan tersebut kita dapat mengedukasi lingkungan sekitar mengenai bahaya berita hoax yang tersebar, sehingga masyarakat awam tidak mudah tergoyahkan dan terprovokasi dengan berita yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun