Mohon tunggu...
Nayla Andarivika Amarla
Nayla Andarivika Amarla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Teknik Biomedis Universitas Airlangga

Sejarah, budaya, bahasa, hubungan internasional, tema-tema acak yang berhubungan dan tidak berhubungan dengan kesehatan. Menulis untuk menjaga kewarasan.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Pacar Imajiner, Pelarian Anak Muda Masa Kini

15 Juni 2022   11:35 Diperbarui: 15 Juni 2022   11:52 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Setiap hari saya bisa menghabiskan waktu di Youtube kurang lebih 5 jam per hari, baik itu mencari berita terkini, pengetahuan-pengetahuan yang tidak ada kaitannya dengan bidang yang saya geluti di perkuliahan, atau sekadar menghabiskan waktu santai dengan mengusap ke bawah tiap Youtube Reels, Tiktok versi lebih jinak.

Anime telah membersamai saya sejak SD, mungkin sejak zaman Naruto (yang dahulu saya tidak dilarang menonton oleh sekolah karena menunjukkan grafik-grafik keji seperti perang dan bunuh-membunuh), ke Youtube mencari anime-anime dengan mayoritas saat itu bergenre shoujo, hingga mengenal web-web ilegal untuk menonton anime. Sekarang, waktu yang saya habiskan di Youtube dan berenang tanpa suara dalam komunitas anime, perlahan jatuh ke palung yang biasa sub-komunitas anime sebut dengan rabbit hole, (terdengar seperti lubang kelinci Alice in Wonderland, kalau boleh jujur) ke dunia di mana seorang individu yang nyata menggunakan avatar anime dalam siaran atau video-videonya, lazim dikenal sebagai Vtuber.

Vtuber atau virtual youtuber dimulai sejak karakter bernama Kizuna Ai muncul pada tahun 2016 di Jepang, tentu saja. Dari Kizuna Ai yang memiliki konsep video-video yang dikirimkan di kanal youtube, perlahan bergeser kepada konsep siaran langsung oleh seseorang di balik layar menggunakan avatar anime yang bergerak mengikuti sensor wajah asli, biasa disebut Live2D. Di Jepang, dua korporasi penguasa dunia Vtuber ini adalah Nijisanji dan Hololive, yang masing-masing memiliki ciri khas sendiri pada masing-masing talent atau orang dibalik layar yang menjadi Vtuber. Namun, yang saya bahas kali ini bukanlah pengalaman bahwa saya pernah menjadi Vtuber, tidak. Saya bukan entertainer secara vokal dan tingkah laku, saya hanya penulis yang memberanikan diri untuk mulai menulis.

Tema ini tidak asing di dunia kita yang serba digital. Seringkali kita lihat juga dalam kehidupan sehari-hari teman, kenalan, atau orang asing yang menggebu-gebu dalam menceritakan tokoh nyata atau fiksi yang menjadi idaman mereka. Dalam satu sisi, hanya terlihat sebagai orang yang sangat bersemangat dalam menceritakan hal yang mereka sukai, namun bagaimana jika batas tersebut sudah dilewati? Merasa bisa bersama tokoh tersebut suatu saat nanti di masa depan? Mengeluarkan setiap peser uang hanya untuk dihiraukan oleh idola yang menyapa saat konser atau tayangan televisi?

Cerita baru ini terjadi pada pekan terakhir Mei. Muncul kontroversi yang cukup besar dari salah satu fandom, yakni kelompok penggemar yang ditandai mampu menjalin hubungan pertemanan dengan sesama satu kelompok, akibat permasalahan sepele antara talent dan penggemar berat. Masalah ini dimulai saat seorang talent pria sedang melakukan siaran langsung tentang roleplay dirinya menjadi pacar para penonton. Di tengah akting tersebut, ia menerima pesan dari koleganya, teman satu agensi, untuk membantu dirinya menyelesaikan game yang biasa si talent yang dihubungi mainkan. Jika memperhatikan fitur live chat di Youtube, ditemukan beberapa orang yang mengirimkan respon yang cukup mengkhawatirkan.

Kolega yang menghubungi dia adalah perempuan, sementara dia sendiri adalah seorang laki-laki yang tengah berakting menjadi pacar dari orang-orang yang menontonnya. Dari konteks tersebut, mungkin teman-teman bisa mengambil kesimpulan sendiri dari perilaku orang-orang di live chat tersebut.

Hanya sebagian kecil dari banyaknya penonton, tetapi proyeksi perilaku kecil ini tidak terlepas dari dunia psikologi. Parasocial relationship mengacu kepada hubungan satu arah yang dirasakan oleh pemirsa kepada seorang tokoh. Mungkin istilah ini juga baru didengar oleh teman-teman, namun Parasocial Relationship bersumber pada Parasocial Interaction, yakni persepsi satu arah dari pengguna media massa terhadap figur. Perbedaan tipis keduanya adalah pada kata persepsi dan hubungan, namun kedua kata ini masih sering digunakan secara bergantian.

Terdapat tiga tahapan dalam Parasocial Relationship: entertain/social, intense, dan fanatics. Poin entertain sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, yakni ketika kita menyukai salah satu tokoh atau public figure, yang dalam konteks kali ini adalah seseorang dibalik avatar anime tersebut, tapi tidak terlibat terlalu intens. Poin intense lumayan sering terjadi di kalangan muda-mudi. Biasanya pada tahap ini seseorang merasa seperti memiliki ikatan dengan idola mereka dan menaruh minat pada kehidupan dan selera pribadi tokoh tersebut. 

Dalam dunia per-vtuber-an, para fans biasanya mencari tahu lebih dalam siapa sosok di balik avatar tersebut, menanyakan hal-hal yang tokoh tersebut sukai di live chat atau superchat, dan menjadi loyal dengan menyempatkan waktu untuk menonton siaran langsung mereka selama berjam-jam lamanya. Terakhir adalah poin fanatics, yang akan dibahas lebih lanjut. Para fans akan memunculkan perilaku menguntit, mencari rahasia-rahasia lama, dan berfantasi bahwa sang idola membalas perasaan mereka secara pribadi. Selain itu juga seringkali membela atas nama tokoh dan menganggap tokoh tersebut sebagai anak kecil dengan mempersilakan dirinya berbuat sesuka hati selama tidak mengecewakan para penonton, walaupun hal dilakukan adalah salah.

Saya tidak jarang mengonsumsi konten dari talent tersebut, namun kebanyakan adalah ketika sedang terdapat kolaborasi konten dengan banyak orang. Yang saya cukup paham adalah bahwa fandom talent tersebut, selain penuh akan kepercayaan diri, jugalah thirsty atau down bad. Fandom dari talent tersebut bisa dibilang paling kontroversial dan berada di ambang batasan wajar dan tidak wajar seiring si talent mengeluarkan bakat-bakatnya di siaran langsung, terutama roleplay dan ASMR.

Sikap obsesif adalah bentuk sikap dari seseorang yang ingin melibatkan dirinya dengan pasangannya. Perasaan negatif, seperti cemburu dan paranoia akhirnya lambat laun muncul dalam hubungan. Individu yang obsesif akan selalu merasa curiga bahwa pasangan berselingkuh. Dalam konteks ini, para fans akan berimajinasi bahwa dirinya memiliki hubungan lebih dengan si talent yang ditunjukkan dalam bentuk tindakan-tindakan yang berlebihan di mata orang awam seperti berkomentar berlebihan di live chat, mendeklarasikan kepada orang-orang kalau dia berpacaran dengan orang di balik layar, dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun