Kesadaran adalah fondasi utama yang melekat dalam diri manusia. Ia bukan sekadar atribut kognitif, melainkan esensi dari keberadaan itu sendiri. Namun, pertanyaannya, mengapa kesadaran justru harus dirayakan? Sebab, pada hakikatnya, manusia perlu terus-menerus mengingat fitrahnya sebagai makhluk sosial sekaligus makhluk yang berakal.Â
Tanpa kesadaran, manusia kehilangan orientasi, terjebak dalam pusaran keterasingan yang tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga menciptakan ketimpangan sosial yang lebih luas.
Sayangnya, masih ada anggapan keliru yang menyatakan bahwa kesadaran adalah persoalan individu. Padahal, kesadaran tidak pernah berdiri sendiri; ia adalah isu kolektif. Ketidaksadaran satu individu dapat merambat menjadi permasalahan sosial yang kompleks.
Sebaliknya, ketika kesadaran tumbuh dalam tatanan masyarakat, perubahan fundamental menjadi mungkin. Inilah yang ditegaskan oleh Ivan Illich dalam Celebration of Awareness: A Call for Institutional Revolution. Menurutnya, kesadaran kritis harus menjadi landasan bagi terbentuknya institusi yang tidak hanya manusiawi, tetapi juga menjamin relasi yang otonom di antara anggotanya. Dengan kata lain, tanpa kesadaran, kebebasan hanyalah ilusi.
Lantas, mengapa kesadaran harus menjadi muara dari segala persoalan?
 Jawabannya sederhana, karena ia adalah beban moral yang mesti ditanggung setiap individu. Apa pun yang dilakukan seseorang seharusnya tidak hanya membawa manfaat bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi masyarakat. Illich meyakini bahwa kesejahteraan manusia hanya dapat terwujud melalui hubungan yang otonom dan partisipatif---bukan melalui mekanisme sistemik yang mengekang dan menundukkan individu kepada kepentingan segelintir pihak.
Lebih keliru lagi jika manusia hanya menggantungkan dirinya pada aspek finansial. Sebab, jauh di atas segala bentuk kapital, ada sesuatu yang lebih fundamental untuk dirayakan yaitu sebuah kebebasan.Â
Kesadaran akan kebebasan bukan sekadar gagasan utopis, melainkan bentuk perlawanan terhadap sistem yang menciptakan keterasingan. Ketika seseorang sadar akan kebebasannya, ia tak lagi menjadi budak dari struktur yang mengekang, melainkan menjadi agen perubahan yang mampu menuntut ruang bagi eksistensinya.
Maka, sadar adalah sebuah perayaan. Bukan hanya karena ia membebaskan manusia dari belenggu keterasingan, tetapi juga karena ia membuka ruang bagi hadirnya kemungkinan-kemungkinan baru.Â
Tanpa kesadaran, kita hanya menjadi pion dalam permainan yang dikendalikan oleh mereka yang memiliki kuasa. Dengan kesadaran, kita merdeka---bukan hanya dalam pikiran, tetapi juga dalam tindakan.