Di era keterbukaan informasi dan derasnya arus media sosial, pejabat publik tidak lagi cukup hanya dengan bekerja di balik meja. Masyarakat kini menuntut pemimpin yang tidak hanya bekerja, tetapi juga terlihat bekerja dan mampu membangun komunikasi yang terbuka, informatif, serta menyentuh hati masyarakat. Komunikasi pejabat publik kini menjadi wajah dari pemerintahan bisa menjadi perekat kepercayaan publik, atau justru bumerang yang mencederai kredibilitas.
Dalam konteks ini, gaya komunikasi pejabat publik kekinian menjadi sangat penting untuk dikaji dan menjadi bahan diskusi untuk membedah kinerja pemerintah yang mengedepankan kepentingan Masyarakat. Bukan hanya soal teknis penyampaian informasi, tetapi juga menyangkut nilai-nilai kepemimpinan, keteladanan, dan cara merespons dinamika masyarakat modern yang serba cepat, kritis, dan terkoneksi.
Tren Gaya Komunikasi Pejabat Publik Saat Ini
Saat ini Masyarakat dihadapkan dengan derasnya arus informasi, terlebih hadirnya media sosial sebagai pilar kelima demokrasi mendorong Masyarakat untuk kritis dalam melihat informasi yang diterima. Untuk itu di tengah era digital dan media sosial yang masif, gaya komunikasi pejabat publik mengalami transformasi yang signifikan. Beberapa tren yang kini lazim ditemui antara lain:
- Gaya Personal dan Visual, dimana banyak pejabat publik mulai menggunakan media sosial seperti Instagram, TikTok, hingga YouTube sebagai kanal komunikasi. Mereka tampil dengan gaya personal, kadang santai, penuh visual, dan mengedepankan aspek kedekatan emosional. Bahasa yang digunakan sering kali kasual, dengan harapan lebih membumi dan mudah diterima.
- Gaya Edukatif dan Informatif, dimana beberapa pejabat memilih pendekatan edukatif: menyampaikan kebijakan atau program pemerintah melalui konten infografis, video edukasi singkat, dan tulisan naratif yang mudah dicerna masyarakat. Tujuannya adalah meningkatkan literasi publik terhadap kebijakan yang ada.
- Gaya Emosional dan Heroik, dimana tak jarang pula gaya komunikasi yang digunakan memunculkan narasi perjuangan, pengorbanan, atau kedekatan personal dengan masyarakat kecil. Ini biasa ditemukan saat pejabat turun langsung ke lapangan dan mengunggah dokumentasi kegiatan mereka di media sosial.
- Gaya Formal dan Protokoler, dimana masih ada juga pejabat yang mempertahankan gaya komunikasi formal, khas birokrasi. Mereka tampil di podium, membaca naskah sambutan, dan menggunakan istilah teknokratis yang kadang sulit dicerna masyarakat awam.
Gaya komunikasi pejabat publik saat ini menjadi faktor penting dalam menyampaikan kinerja dan kebijakan pemerintah untuk itu pejabat public harus mampu meramu model komunikasi yang tidak hanya menamilkan citra pribadi yang malah menjadi Kesan narsisitik tapi justru menjadi citra organisasi secara rasional. Gaya komunikasi pejabat public diera keterbukaan informasi memiliki kelebihan dan kekurangan diantaranya
Pertama, kelebihan gaya komunikasi tersebut diantaranya (1) Mendekatkan dengan Masyarakat, Gaya komunikasi yang lebih humanis dan visual membuat pejabat terasa lebih dekat, tidak elitis. Masyarakat merasa "dihargai" karena diajak berkomunikasi dengan bahasa yang mereka pahami; (2) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, Media sosial memberikan ruang bagi publik untuk memantau kinerja dan respons pejabat secara real-time. Ini menciptakan budaya keterbukaan; (3) Efektif menjangkau generasi muda, dengan pendekatan digital, generasi milenial dan Gen Z yang menjadi mayoritas pengguna media sosial bisa menjadi audiens utama yang aktif.
Kedua, sedangkan kekurangan gaya komunikasi tersebut diantaranya (1) Risiko narsisme dan pencitraan berlebihan, dimana komunikasi yang terlalu fokus pada citra personal bisa memunculkan kesan narsistik. Konten yang seolah-olah hanya ingin terlihat "baik" bisa menurunkan kepercayaan publik jika tidak diimbangi kinerja nyata; (2) Konten dangkal dan tidak substansial, dimana tak jarang, demi mengejar tren dan engagement, banyak konten yang dibuat lebih menghibur daripada mendidik. Padahal pejabat publik seharusnya menjadi sumber informasi yang kredibel dan berisi; (3) Berisiko menimbulkan kontroversi, dimana kesalahan dalam gaya bicara, candaan yang tidak tepat, atau unggahan yang menyinggung bisa cepat viral dan menimbulkan backlash. Dunia digital tidak mengenal "ruang tertutup".
Gaya Komunikasi yang Ideal kekinian
Di era Society 5.0 dengan ditandai derasnya arus informasi ini, dimana pola komunikasi masyarakat berpusat pada manusia dengan dukungan teknologi canggih, untuk itu komunikasi pejabat publik harus mengedepankan empat prinsip utama: transparansi, empati, edukasi, dan kolaborasi.
Pertama, Transparan tapi Tetap Elegan, dimana keterbukaan informasi sangat penting, namun bukan berarti semua harus diumbar tanpa batas. Informasi yang disampaikan harus benar, relevan, dan disampaikan dengan narasi yang positif. Elegansi tercermin dalam cara menyampaikan informasi tanpa berlebihan, tanpa drama, tetapi tetap menyentuh dan jujur.