Mohon tunggu...
Moh Nur Nawawi
Moh Nur Nawawi Mohon Tunggu... Nelayan - Founder Surenesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / @nawawi_indonesia nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pandemi Covid-19 Momentum Optimalkan Blue and Green Economy

18 Februari 2021   03:59 Diperbarui: 18 Februari 2021   07:51 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang pria tengah snorkeling di lautan jernih dengan terumbu karang indah di Bunaken.(SHUTTERSTOCK/SOFT_LIGHT via KOMPAS.COM)

Cara cara instan masih terus dilakukan, di mana mengeruk kekayaan dengan cara cepat tanpa peduli imbas kerusakan ekologi masih jadi pola pikir pemerintahan mayoritas di dunia.

Ekonomi yang ekspolitatif memang mungkin akan lebih tampak manis di awal, namun, sebenarnya konsep ekonomi tersebut akan berujung pahit. Eksploitasi sumber daya alam dapat dikatakan sudah sangat tidak relevan dan wajib untuk segera ditinggalkan.

Mencari jalan menuju ekonomi yang lebih tangguh dan tahan banting adalah keniscayaan. Kita tentu tidak ingin lagi terpukul dan terpuruk seperti di 2020 akibat pandemi oleh karena itu tahun 2021 harus segera berbenah. Mendesain ulang strategi pembangunan ekonomi yang tepat.

Pukulan telak pandemi COVID-19

Dunia benar benar terpukul keras dan tak dapat dipungkiri bahwa saat pandemi COVID-19 menghantam dunia, sisi ekonomi berkelanjutan yang bertumpu pada keadilan, kepedulian, dan perlindungan lingkungan, hutan, laut dan alam, terbengkalai.

Di tahun 2020 komitmen iklim malah semakin dikesampingkan. Alasannya tentu adalah pandemi COVID-19 yang dianggap sangat berbahaya dibandingkan isu lainnya. 

Prioritas menghadapi pandemi membuat pemimpin dunia bergerak cepat dan berpikir cara tercepat mengatasi masalah tersebut dan semua itu menjadi dalih pembangunan ekonomi eksploitatif yang sebenarnya justru semakin menambah masalah baru.

Benar bahwa memprioritaskan penanganan pandemi adalah hal utama yang harus dilakukan, pasalnya, krisis kesehatan yang semakin menggerogoti begitu mengancam nyawa manusia. Dan menyelamatkan nyawa adalah hal utama, tapi bukan berarti pandemi harus mengendorkan semangat melawan dampak perubahan iklim, karena jelas bahwa kerusakan yang akan dihasilkan jauh lebih berbahaya dari pandemi itu sendiri. 

Dampak jangka panjang yang tentunya akan sulit dibenahi dan pembenahan tersebut tentunya akan lebih banyak menguras waktu, biaya dan tenaga.

Para pakar virologi dan spesialis mikrobiologi banyak yang mengemukakan bahwa beberapa faktor krisis iklim berperan dalam perkembangan dan penyebaran wabah virus salah satunya COVID-19. Kerusakan ekosistem hewan akibat aktivitas manusia, telah meningkatkan dampak buruk lingkungan sehingga membuat perkembangan virus semakin pesat.

Hal ini menjadi warning bagi dunia bahwa dampak kerusakan ekonomi eksploitatif yang terus menerus dilakukan dimasa lalu menjadi penyumbang cepatnya wabah pandemi melanda. Karena alam tidak mampu memfilter alami karena kerusakan oleh manusia.

Keberadaan hutan hujan di seluruh daerah memainkan peran penting dalam siklus karbon global dan mengatur cuaca bumi. Ekosistem laut yang di dalamnya mengandung berjuta partikel dan biota aquatik menjadi penyeimbang iklim selain itu menjadi Penyedia sumber protein sebagai penambah daya imun bagi manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun