Mohon tunggu...
Moh Nur Nawawi
Moh Nur Nawawi Mohon Tunggu... Nelayan - Founder Surenesia

Seorang pecinta dunia maritim / Pelayan dan Pengabdi Masyarakat / suka menulis, bercerita dan berdiskusi / @nawawi_indonesia nawawisurenesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ramadhan Berbicara tentang Kemanusiaan

19 Mei 2018   10:17 Diperbarui: 19 Mei 2018   10:26 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diysolarpanelsv.com

Manusia adalah makhluk jasmaniah sekaligus ruhaniah. Karena itu, dalam dirinya ada potensi untuk berhubungan dengan dunia material dan spiritual. Ia mampu menangkap hukum alam di balik gejala-gejala fisik yang diamatinya, tapi ia juga mampu menyadap isyarat-isyarat gaib dari alam yang lebih luas lagi. Bila satu potensi dikembangkan luar biasa sedangkan potensi lain dimatikan, manusia menjadi makhluk yang bermata satu.

Psikologi perkembangan menyebutkan dalam perkembangan kepribadiannya, manusia mengubah-ubah bentuk kebutuhannya. Dengan kata lain, kenikmatan manusia berganti-ganti sesuai dengan perkembangan kepribadiannya. Pada tingkat paling awal, kebutuhan manusia hanya berkaitan dengan hal-hal konkret, berwujud, dan kelihatan; yang perlu pemuasan yang sesegera mungkin. 

Menurut piramida Abraham Maslow tentang kebutuhan manusia bisa di jabarkan bahwa kebutuhan manusia semakin tinggi, semakin abstrak kebutuhannya. Pada tingkat paling bawah, manusia hanya memenuhi kebutuhan makan, minum, atau kebutuhan biologis. 

Bila kebutuhan biologis terpenuhi, kebutuhannya naik. Kebutuhan di atasnya adalah kebutuhan akan kasih sayang, ketentraman, dan rasa aman. Lebih atas lagi, kebutuhan akan perhatian dan pengakuan. Lebih atas lagi, kebutuhan akan aktualisasi diri. Islam mengenal istilah al-takamul al-ruhani, proses penyempurnaan spiritual, itulah tingkat paling tinggi dalam kebutuhannya.

Puncak dari perkembangan manusia adalah semakin berkualitasnya sisi rohani atau spiritual manusia, hal itu tidak hanya dalam bentuk pendekatan secara menyeluruh kepada sang pencipta, tapi juga di ejawantahkan dalam semakin peka dengan keadaan sosial, keadaan masyarakat sesame mahluk tuhan di sekelilingnya, sisi humanistis semakin menunjukkan kualitas yang baik. Sebuah kursus dalam rangka mempertebal keimanan sekaligus meningkatan kualitas kemanusiaan dalam islam telah di tuntunkan oleh firman Tuhan, puasa adalah sebuah ritual yang mampu membimbing kita untuk melengkapi perkembangan-perkembangan kita sebagai manusia.

Dari aspek spiritual, puasa adalah ibadah yang menegaskan hubungan transendental bersifat sangat personal antara manusia dengan Sang Maha Kuasa. Faktor-faktor di luar pribadi yang melaksanakan puasa sama sekali tak memiliki persambungan nilai. Puasa benar-benar sepenuhnya hubungan personal yang menjalaninya dengan Sang Maha Kuasa. Karena sifat sangat personal itulah kualitas puasa seseorang hanya dirinyalah yang mengetahui seberapa jauh mampu meningkatkan kualitas keterikatan kepada yang Sang Maha Kuasa.

Disisi lain puasa adalah sebuah ibadah yang mengajarkan kita tentang pentingnya meningkatkan kualitas humanistis kita. Melalui ibadah puasa seakan Sang Kuasa memberikan stimulus dorongan agar manusia mampu membangun relasi antar manusia khususnya menyangkut kepedulian, empati, simpati dan perhatian kepada orang-orang yang kurang beruntung. Melalui ibadah puasa Allah juga seperti mengingatkan secara tajam bahwa agama sebenarnya dalam konteks sosial sepenuhnya bertujuan demi kemaslahan manusia; demi menyelamatkan nilai kemanusiaan.

Di sinilah pemikiran yang menyebut ibadah puasa seperti stimulus Allah tentang nilai penting kepedulian. Melalui rasa lapar dalam menjalankan puasa manusia diingatkan tentang nestapa orang lain yang nasibnya kurang beruntung. Seakan Allah menegaskan dengan keras bahwa berbagai tuntutan kepedulian pada sesama sudah berderet tercamtum dalam al Qur'an namun belum menggerakkan langkah manusia. 

Kini coba rasakan nestapa orang-orang yang kurang beruntung, yang hidup bergelimang derita, yang kadang sama sekali tak memiliki kenyamanan dalam menyambung kehidupan. Sangat dasyat sebenarnya nilai-nilai dan pesan moral sosial ajaran dalam ibadah puasa. Sebuah peribadatan yang seharusnya mampu mengembalikan nilai kemanusian sehingga terwujud persambungan persaudaraan antar sesama.

Kata kunci sebagai pesan puasa adalah sebuah edukasi kemanusiaan, diharapkan puasa mampu menumbuhkan kesadaran bagi setiap diri bahwa lapar dan dahaga, apalagi dialami hampir setiap saat, sesungguhnya sangat menyiksa dan menderita. Siapapun tidak menghendakinya. Edukasi empirik puasa diharapkan mampu menumbuhkan empati kepada siapapun yang selalu dihadapkan pada kekurangan (miskin). Inilah pesan substantif yang sarat dengan dimensi kemanusiaan.

Dalam islam ada kewajiban yang dilaksankan dalam waktu yang bersamaan dengan puasa ramadhan yaitu kewajiban fundamental membayar zakat fitrah, selain itu anjuran-anjuran perbanyak sedekah, dan memperkuat keimanan dengan ibadah-ibadah dan juga anjuran zakat harta. 

Semua praktik ibadah tersebut punya dimensi sosial yang cukup kuat.Yang perlu kita tatap lebih lanjut, adakah sikap empatif karena berpuasa itu sampai menumbuhkan kesadaran berbagai elemen masyarakat pada tataran sikap tegas bahwa kemiskinan merupakan musuh bersama (the common enemy). 

Maka bisa kita simpulkan bahwa melalui ibadah puasa seharusnya mampu menstimulus kita untuk aktif membantu sesama, aktif dalam kepedulian terhadap kesenjangan dalam masyarakat dalam hal sosial dan ekonomi. Ibadah puasa adalah sebuah motivasi kita untuk terus berkontribusi dalam hal pemberdayaan masyarakat, terlebih fokus pada pengentasan kemiskinan dalam rangka menuju kesejahteraan masyarakat.

Puasa dijadikan wahana bagi usaha membangun solidaritas kemanusiaan yang harmoni dan damai, yang melintasi sekat-sekat yang dapat meruntuhkan persaudaraan kemanusiaan, menuju persaudaraan umat manusia yang bermatabat sama dihadapan Allah. Harmoni kemanusiaan, dapat ditransformasikan atau diaktualisasikan oleh Muslim yang berpuasa, adalah terwujudnya kesalihan sosial dalam tata hubungan kemasyarakatan di berbagai segi kehidupan. Sikap toleran, welas asih, empatik, senasib sepenanggungan, memiliki kepekaan sosial yang tinggi, pemaaf, cinta pada kedamaian, dapat dikembangkan dari makna fungsional ibadah Puasa dalam kehidupan bermuamalah.

"Sentuhan religius di dalam hidup ini bukanlah saat kita mengambil bagian dalam sebentuk pengakuan iman, tetapi saat kita menyatakan cinta akan sesuatu di samping diri kita, saat kita mengikat diri kepada yang lain, artinya kepada yang bukan diri kita, atau saat kita bersekutu bersama dan memusatkan persekutuan itu pada inti cinta untuk bersama."

Religius bukan semata-mata ditunjukkan oleh penundukan diri pada sang pencipta saja, tapi lebih dari itu religiusitas adalah akumulasi dari berbagai kualitas sisi kemanusiaan yang telah kita transformasikan untuk kepentingan bersama, untuk member senyum pada sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun