Assalamu'alaikum wr wb
Hay! Teman-teman pembaca sekalian, ini adalah karya tulis pertama saya jadi jika ada kata yang salah mohon dimaklumi ;-).
Saya disini ingin menceritakan sebuah kisah yang mungkin bisa mengisi waktu ketika puasa tentang senang dan sedihnya kehidupan ini. Berawal dari sebuah sekolah dasar yang dimana hiduplah seorang anak yang bernama Afnan. Afnan ialah anak yang baik, ceria, tetapi sedikit pemalu. Ia juga memiliki kondisi tubuh yang lemah dan ia sadar akan kelemahan itu. Pada saat itu terjadilah sebuah yang dimana ada sekelompok anak-anak yang tiba mendekati dia.
Pada saat itu dia tak tau apa yang akan di lakukan anak-anak tersebut. Tiba-tiba mereka medorong kursinya ketika afnan ingin duduk, sontak dia terkejut dan terhempas kelantai dengan posisi terduduk. Kemudian anak itu menangis histeris, yang pada saat itu anak-anak yang semuran dengan dia sudah tidak menangis lagi. Pada saat itu anak-anak tersebut untuk melindungi dirinya ia mengatakan pada anak tersebut" dasar cengeng" pada saat itu hanya satu orang yang mengatakan hal tersebut, namun beberapa menit kemudian datang lah semburan kata-kata cengeng pada anak-anak lainnya.
Kata-kata cengeng itu bagi  anak-anak sangat luar bisa menyakitkan ketimbang di tonjok tepat kewajah. Karena mereka tahu kelemahan afnan, mereka pun menjadi sering mengganggu dia dan menjahilinya. Lama kelamaan anak itu menjadi takut akan bersosial. Seseorang yang mempunyai karakteristik pemalu cenderung mudah sekali trauma apa lagi dengan yang namanya bersosial. Seperti halnya narkoba ketika sesuatu itu telah sering mereka lakukan maka mereka akan terua melakukannya, begitu pulalah yang dirasakan oleh anak-anak yang sering menjahili orang.
Karena afnan sering dijahili oleh teman-temannya munculah sifat anti sosial didalam hatinya. Dia sudah tidak percaya lagi dengan kebaikan orang lain selain keluarganya. Pada saat itu munculah seorang anak, dengan sifat cueknya dia mendekati afnan. Kemudian dia mengajak bicara si afnan, dan si afnan yang sudah tidak percaya lagi dengan orang lain lama kelamaan ia membuka sedikit pintu kepercayaan kepada anak tersebut.
Anak itu selalu ada ketika ia sendiran. Ketika si afnan sendiri anak itupun datang dan bermain bersamanya, hingga apa yang ia alami ketika dikelas tadipun hilang dari fikirannya. Terkadang anak tersebut mengajak ia bermain bersama dengan teman-teman yang lainnya.
Walaupun ia masih sering di ganggu oleh anak jahil tersebut akan tetapi ia tidak benar-benar takut lagi atas jahilan yang mereka lakukan karena ia merasa bahwa dia sudah memiliki yang namanya teman sejati dalam hidupnya pada saat itu. Begitulah senang sedih yang dilalui oleh anak-anak sekolah dasar pada waktu dulu, sedih dan perihnya di jahili oleh teman-teman dikelasnya dan bahagia ia memiliki teman yang baik dan selalu ada ketika ia sendirian.
Ada juga cerita lain tentang yang namanya cinta monyet. Sebelum itu mari kita membahas sedikit apa itu cinta monyet. Cinta Monyet bukan berarti seseorang yang cinta pada monyet (hewan) melainkan perasaan kagum terhadap seseorang (lawan jenis) menurut wikipedia. Jadi cerita ini bermula di sebuah taman pendidikan al-qur'an atau di singkat TPA, ada tiga orang anak yang bernama faid, hadi, dan hariz. Mereka selalu bermain bersama, walau mereka tinggal di tempat yang berbeda-beda.
Faid, Hadi, dan hariz berumur 5 tahun yang memasuki SD kelas 6. Mereka berada di Sekolah Dasar yang berbeda akan tetapi mereka sangat akrab satu sama lainnya. Suatu siang yang dimana pada saat itu di jadwalkan belajarnya siang, ada suatu berita datang yang mengatakan bahwa akan ada murid baru yang akan belajar di TPA tersebut.
Merekapun menebak nebak siapa kira-kira murid baru yang akan datang, bersamab dengan itu ternyara guru yang mengajar telah datang dan mereka dengan teman-teman lainnya langsung berjalan masuk kedalam kelas mereka. Ketika itu para murid laki-laki terkesima melihat orang yang berada di samping guru tersebut, yaitu seorang perempuan yang cantik nanmanis. Mereka masuk kedalam kelas, gurupun memperkenalkan murid baru yang akan ikut belajar bersama mereka.
