Mohon tunggu...
Muhammad Rizky Naufal
Muhammad Rizky Naufal Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya, menyukai tantangan baru, suka bermain basket, suka berbisnis, saya harap dengan bergabungnya saya dalam pengguna kompasiana meningkatkan minat saya dan bakat saya secara informasi agar semakin mahir dalam mengembangkan bakat dan minat saya pribadi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pudarnya Solidaritas Masyarakat Muda-Mudi di Kampung

8 Agustus 2022   06:00 Diperbarui: 8 Agustus 2022   06:48 1111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita tentu mengetahui bahwa masyarakat Indonesia terkenal dengan keramahan, gotong royong serta rasa simpati yang tinggi. Tidak bisa dipungkiri peryataan tersebut diatas memang benar. Bahkan banyak warga mancanegara yang pernah berwisata maupun tinggal di Indonesia mengatakan demikian.

Namun, pada kenyataan sekarang rasa gotong royong dan rasa saling menjadi satu mulai pudar pada masyarakat. Hal ini banyak terjadi pada kalangan muda-mudi kampung, padahal muda-mudi inilah yang diharapkan kelak akan menjadi penerus bagi para bapak-bapak & ibu-ibu dalam menjalankan tradisi-tradisi gotong royong,dsb.

Seperti yang kita ketahui terdapat sebuah peribahasa “ Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” serta peribahasa “ Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing” dari kedua peribahasa tersebut dapat kita artikan bahwa apa yang menjadi satu akan lebih kokoh dan apa yang dikerjakan bersama-sama akan terasa lebih mudah, begitu juga jika berbagi rasa senang dan rasa sedih maka semua akan terasa lebih mudah dan tidak menimbulkan penyakit hati.

Sangat disayangkan pudarnya solidaritas antar masyarakat muda-mudi ini membuat terkikisnya berbagai  kebudayaan turun temurun yang ada di masyarakat, tak jarang di beberapa desa/kampung sudah mulai terasa sepi apabila ada perayaan-perayaaan hari besar bahkan tak jarang juga yang acuh pada tetangga sendiri yang sedang butuh pertolongan.

Banyaknya dampak atas perilaku ini sangat merugikan bagi sesama, padahal yang kita ketahui kesolidaritasan antar sesama masyarakat kampung/desa sangatlah diperlukan, mengingat manusia adalah mahluk yang sangat bergantung pada oranglain. Seperti contohnya apabila kita mengalami musibah apa mungkin kita dapat menyelesaikannya sendiri?, pastinya kita butuh oranglain untuk menolong kita. Maka dari itu masalah sosial seperti ini harus segera diatasi.

Awal dari munculnya fenomena ini tak jauh dari cara orangtua mendidik anak-anaknya, seperti yang kita ketahui “ buah jatuh tak jauh dari pohonnya “ dari makna peribahasa ini kita bisa menyimpulkan bahwa awal dari ini adalah orangtua yang memang tidak suka untuk bercengkrama dengan tetangga atau masyarakat sekitar. Banyak penyebab terjadinya ketidaksukaan orang untuk bercengkrama dengan sesama, seperti contohnya karena trauma,  cara didik orangtua yang turun temurun, bahkan bisa disebabkan oleh buruknya lingkungan di sekitar tempat tinggal.

Maka dari itu, diharapkan bagi para pekerja sosial untuk memperhatikan hal-hal ini pada setiap kampung/desa, dari situlah nanti akan terlihat perlahan-lahan seberapa menjalarnya fenomena ini. Diharapkannya setelah itu banyak dilakukan sosialisasi dari lingkup yang kecil sampai besar, bisa melalui mendatangi rumah-rumah penduduk yang menjadi pelaku fenomena ini sampai ke membenahi lingkungan desa/kampung. Adanya peran dari para pembina desa/kampung ( RT, RW, DUKUH ) akan sangat membantu mengurangi fenomena ini semakin menjalar.

Saya pribadi sangat berharap bahwa budaya gotongroyong dan solidaritas yang tinggi pada masyarakat Indonesia selalu terjaga, agar negara ini selalu punya kelebihan yang tak dimiliki negara lain juga membuat rasa antar sesama selalu terjaga dan suasana rukun dalam bermasyarakat selalu terwujud.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun