Mohon tunggu...
Naufal Pambudi
Naufal Pambudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mr.

Koordinator Ikatan Masyarakat Muda Madani (IMAM)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membongkar Strategi Prabowo-Sandi: Kontrol Persepsi Medsos

14 Desember 2018   14:46 Diperbarui: 14 Desember 2018   14:54 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang remaja sebut saja Kumbang, menjadi peserta sebuah penelitian eksperimental. Dia bergabung dengan kelompok berisi 7 orang, yang diminta menyebut warna-warna kertas yang ditunjukkan peneliti. 

Si kumbang gak tau, 6 orang lain dalam kelompok itu sebenarnya asisten peneliti. Mereka diatur sedemikian rupa agar bersikap layaknya peserta seperti halnya si kumbang. Meskipun begitu, para asisten diminta berbohong saat menyebut warna-warna kertas yang ditunjukkan.

Alhasil ketika peneliti menunjukkan kertas merah, para asisten itu semua menyebut coklat. Hanya si Kumbang yang menyebut warna merah. Begitu juga saat peneliti menunjukkan kertas hijau, para asisten kompak menyebut biru. Hanya si kumbang yang kebingungan menyebut hijau. Beberapa kertas ditunjukkan, dan Kumbang selalu beda sendiri, sehingga dia mulai mengira dirinya buta warna.

Penelitian eksperimen ini pernah dilakukan Solomon Asch pada 1952 untuk menguji pengaruh dan kontrol kelompok terhadap individu. Hasilnya, dapat disimpulkan bahwa persepsi individu sangat dipengaruhi keputusan mayoritas sekitar. Dalam keseharian, teknik kontrol kelompok itu biasa dipraktikkan untuk berbagai tujuan. 

Sebutlah aksi kelompok pencopet. Mereka bisa beramai-ramai mengarahkan perhatian korban, lalu mengutil barang. Begitu juga dalam multi-level marketing. Pelaku MLM biasanya mengeroyok target downline untuk jejaring pemasaran mereka.

Tak mau ketinggalan, strategi itu juga diterapkan tim Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019. Meskipun begitu, tak mudah menerapkannya mengingat Prabowo sendiri menuai kekalahan di Pilpres 2014. Mana bisa mengeroyok persepsi publik ketika dukungannya kalah banyak dari rival? Solusinya, kontrol persepsi itu dilakukan melalui MedSos. 

Menurut sumber terpercaya, tim Prabowo-Sandi membiayai tak kurang 300 ribu akun, baik yang dioperasikan manusia maupun mesin. Akun-akun itu terus menyebar konten yang terdiri dari dua jenis, yaitu menyerang Jokowi dan memuja Prabowo.

Selain menyebar konten, akun-akun itu juga aktif menanggapi pengguna sosmed. Apapun yang disampaikan pengguna SosMed, mereka menyambar dengan fitnah-fitnah menjelekkan pemerintah, memuja-muja Prabowo, mengajak ganti presiden dan seterusnya. Jika ketemu akun-akun ini, jangan harap berdebat dengan sehat, karena itu bukan jobdesk mereka. 

Tak jarang, mereka juga mengunggah konten yang sama secara berulang-ulang.

Tak heran, hasil riset SatuDunia menunjukkan akun-akun SosMed yang terafiliasi Prabowo-Sandi memproduksi konten lebih banyak dari akun-akun yang terafiliasi Jokowi-Ma'ruf. Dengan cara itu, Prabowo berharap mampu mengukuhkan kontrol kelompok dan mengarahkan persepsi publik. Sayangnya, strategi Prabowo ini tak semulus yang diharapkan.

Pantauan SosMed oleh Politica Wave pada 6-13 Desember 2018 menunjukkan Jokowi-Ma'ruf lebih banyak dibahas di SosMed daripada Prabowo-Sandi. Sistem Big Data Politica Wave mencatat Jokowi-Ma'ruf dibahas 738.205 konten, di mana 72 persen di antaranya bersentimen positif dan 28 persen bersentimen negatif. Adapun Prabowo-Sandi diulas 422.986 unggahan, di mana 88 persen bersentimen positif dan 12 persen sisanya bersentimen negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun