Mohon tunggu...
Naufal Pambudi
Naufal Pambudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mr.

Koordinator Ikatan Masyarakat Muda Madani (IMAM)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pantaskah Seorang Habib Berperilaku Seperti Bahar bin Smith?

3 Desember 2018   17:09 Diperbarui: 3 Desember 2018   17:33 2686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Suaraislam.com

Sejak akhir pekan lalu, publik ramai membahas rencana pemanggilan Habib Bahar bin Smith oleh Kepolisian. Ketua Umum Cyber Indonesia, Muannas Alaidid melaporkan Bahar terkait video viral, berisi ceramah Bahar yang menyebut Jokowi banci, bahkan dibumbui kata-kata tak senonoh. Banyak pihak telah lama kesal dengan ceramah Bahar, dan sontak ramai mendukung pelaporan kasus itu.

Ceramah kontroversial Bahar memang bukan hanya sekali. Sebelumnya juga pernah ramai di media sosial, video ceramah Bahar yang membuat publik geram. Dalam video itu, Bahar mengisi suatu majelis. Anehnya Bahar tak mengajarkan keislaman, tapi malah membahas bentuk kelamin perempuan, dibumbui seksualitas yang tak pantas. Wajar jika masyarakat jengah pada Bahar.

Menyikapi ramainya dukungan publik terhadap pelaporan kasus itu, Bahar justru sangat pongah. Dalam reuni 212 kemarin (02/12), dia pidato berapi-api di depan massa. Dengan intonasi keras dan parau, dia menegaskan dirinya tak salah saat menghina Jokowi banci. "Demi Allah, saya Bahar bin Smith tidak akan minta maaf atas kesalahan itu," katanya dengan bangga. Dia bahkan memilih busuk di penjara, daripada minta maaf.

Meskipun begitu, tindakan kontroversial Bahar tetap dibela para pendukungnya. Bagi mereka, Bahar adalah penyandang gelar Habib yang cukup prestisius, karena merujuk pada keturunan Nabi Muhammad dari garis Fatimah. 

Untuk menyandang gelar ini, orang harus melewati prosedur tertentu, di antaranya menyerahkan silsilah turunan rasul hingga tujuh tangga ke atas. Syarat ini dipenuhi melalui Rabithah Alawiyah, organisasi yang menghimpun WNI keturunan Arab, khususnya garis keturunan Nabi Muhammad. Ketika prosedur sudah disahkan, barulah seseorang bisa disebut Habib.

Meskipun begitu, tak semua orang menginginkan gelar habib, salah satunya Quraish Shihab. Umat islam Indonesia tentu paham tokoh penyusun Tafsir Al Misbah ini. Penguasaannya akan ilmu islam tak diragukan. Tafsir-tafsirnya mejadi rujukan para sarjana domestik, hingga manca negara. Prof Quraish Shihab juga cucu Habib Ali bin Abdurrahman, ulama yang disegani di wilayah Sidrap.

Singkat kata, tak ada pemberat bagi Quraish Shihab untuk menyandang gelar Habib. Keilmuan mumpuni, akhlak yang mendidik dan mencerahkan, garis silsilah tak diragukan. Toh dengan kondisi itu, Quraish enggan mendaftarkan diri sebagai Habib. Setidaknya, keputusan itu dilandasi dua pertimbangan.

Pertama, gelar Habib memiliki konsekuensi serius, karena mengandung identitas rasul, yang menegaskan bahwa darah Nabi Muhammad mengalir dalam tubuhnya. Kedua, Quraish Shihab percaya, jika orang menekuni tuntunan Islam dengan baik, Allah akan melekatkan gelar itu.

Apakah Quraish Shihab tak layak disebut habib? Menurutku, justru seperti itulah habib yang sebenarnya. Dia memiliki substansi sifat habib, tanpa harus menempelkan gelar pada namanya. Sebagai ulama dia mewartakan keislaman secara cerdas, teduh, beradab dan mencerahkan. Seperti itulah karakter Nabi Muhammad yang dikenal umat muslim, sehingga ajarannya diterima di berbagai belahan dunia.

Karakter Quraish Shihab itu berbanding terbalik dengan Bahar bin Smith, yang seolah merasa bangga dengan gelar habibnya. Sebagai penyandang habib, dia malah menyampaikan ceramah yang penuh provokasi dan sumpah serapah. Penampilannya di depan pulbik kerap memicu kontroversi, permusuhan dan perpecahan.

Sadar atau tidak, karakter dan perilaku Bahar itu telah menurunkan marwah seorang Habib. Mungkin dia tak sadar, di balik gelar Habib itu ada identitas Nabi Besar Muhammad, panutan umat muslim yang harus dijaga dengan segala laku dan ucapan. Maka, bagi kita sebagai orang awam, sudah selayaknya mempertanyakan, pantaskah seorang Bahar dihargai sebagai keturunan rasul?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun