Mohon tunggu...
Naufalda Nur Zhafrani
Naufalda Nur Zhafrani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Negeri Malang

Masih seorang mahasiswi yang masih perlu banyak belajar. Suka segala hal tentang sastra.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hikmah yang Dapat Dipetik dari Buzzer

23 Mei 2022   18:33 Diperbarui: 23 Mei 2022   18:36 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Istilah 'buzzer' mungkin tidak lagi asing di telinga kita jika menengok ke dunia maya. Menurut CIPG, buzzer adalah individu atau akun yang memiliki kemampuan amplifikasi pesan dengan cara menarik perhatian atau membangun percakapan, lalu bergerak dengan motif tertentu. Buzzer banyak memiliki jaringan yang luas. 

Ada dua motif utama yang menggerakkan seseorang atau akun tertentu menjadi buzzer. Pertama, motif komersial yang ditandai dengan aliran dana. Kedua, motif sukarela yang didorong oleh ideologi atau rasa kepuasan tertentu terhadap suatu produk dan jasa.

Buzzer dalam ranah politik menyebarkan propaganda pro pemerintah/partai, meneyerang lawan politik, dan menyebarkan informasi memecah-belah publik. 

Para buzzer tersebut menggunkan akun-akun palsu yang sengaja dioperasionalkan. Dari sini kita telah paham, buzzer menyadarkan kita akan keberadaan orang-orang yang menghalalkan segala cara untuk kepentingan ekonomi maupun kepentingan politiknya.

Lalu apa hikmah yang dapat kita petik dari keberadaan buzzer ini?

Pertama, sebagai netizen Indonesia yang senantiasa memiliki beragam opini akan suatu isu, keberadaan buzzer membuat kita bersatu untuk melawannya. Public enemy istilahnya. Karena buzzer sama-sama kita sadari tidak hanya ada dalam masyarakat umum tetapi "dipelihara" oleh mesin kekuasaan.

Kedua, buzzer membuat kita sadar akan perilaku masyarakat yang buruk dan merugikan mental masa depan bangsa. Para buzzer biasanya muncul di tengah kelemahan masyarakat dan memakai istilah-istilah provokasi yang memicu debat publik. Dari hal ini, kita harus bercermin agar tidak mudah terpancing dengan provokasi-provokasi sepele yang dicetuskan buzzer.

Ketiga, buzzer membuat kita lebih berhati-hati dalam mempercayai suatu informasi digital. Jangan sampai kita sudah sangat mempercayai satu informasi, bahkan rela membela sampai debat publik digital, ternyata informasi itu datang dari buzzer, alias informasi bodong. Kita cuma terbakar kebodohan kita sendiri.

Keempat, buzzer memberi kita sebuah bukti nyata perilaku tidak beradab. Dari perilaku orang tak beradab inilah kita jadi menyadari dan sering mengintropeksi diri. Buzzer jelas merupakan kumpulan orang yang sangat egois, yang hanya mementingkan dirinya dan membayar mereka.

Nurudin. 2021. Andai Pemerintah Mau. Malang: Intelegensia Media.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun