Mohon tunggu...
Naufalda Nur Zhafrani
Naufalda Nur Zhafrani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Negeri Malang

Masih seorang mahasiswi yang masih perlu banyak belajar. Suka segala hal tentang sastra.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Resensi Film dan Komunikasi Massa

23 Mei 2022   08:26 Diperbarui: 23 Mei 2022   08:29 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film bagi sebagian masyarakat lebih sering dianggap sebagai sebuah seni yang menghibur, dijadikan sebuah bahan tontonan pengisi waktu.  Film dalam ilmu komunikasi dipandang sebagai sebuah gejala komunikasi massa yang hingga saat ini digunakan untuk menyampaikan pesan dengan tujuan yang spesifik seperti memengaruhi khalayak ramai. Sebuah film nyatanya bukan hanya berisi potongan-potongan sebuah scene, lebih jauh tiap potongan scene tersebut menampilkan cerminana komunikasi yang ada di masyarakat dan memiliki makna.

Komunikasi massa dapat diartikan sebagai proses pengiriman informasi oleh suatu kelompok tertentu kepada khlayak yang besar, heterogeny, dan tersebar. Pada zaman serba digital seperti sekarang, pengiriman informasi telah bergeser ke media online dan media sosial, tidak lagi seperti dahulu yang biasa dilakukan secara oral, media tulis koran, maupun televisi dan radio.

Ide cikal bakal pembuatan film menurut sejarah dunia, dimulai pada 1878 ketika sekolompak pria Amerika berbincang ringan mengenai bagaimana pijakan keempat kaki kuda ketika dalam posisi berlari. Pertanyaan tidak sengaja itu terjawab ketika Edward Muybridge membuat 16 frame gambar kuda yang sedang berlari yang diambil secara runtut sehingga terkesan gambar kuda tersebut sedang berlari. Adanya inovasi kamera juga turut andil dalam perkembangan film. Thomas Alfa Edison mengembangkan fungsi kamera menjadi mampu untuk merekam objek yang bergerak dan mulai saat itu berkembanglah era sinematografi. (hlm. 37-39)

Sejarah film sebagai komunikasi massa terus berkembang dan menyebar luas ke seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, pertumbuhan film berubah dari masa ke masa sesuai dinamika rezim yang berkuasa saat itu. Redi Panuju dalam buku ini memaparkan dengan cukup detail bagaimana film difungsikan dengan "sebenarnya-benarnya" sebagai komunikasi massa politik. Seperti yang kita ketahui, Indonesia mengalami masa penjajahan oleh dua negeri asing, pada masa penjajahan Belanda film dibuat untuk menyaingi kesenian tradisonal dan ketika Jepang datang film digunakan sebagai alat propaganda politik imperialisme. Bahkan setelah merdeka, film digunakan oleh rezim Orde Lama sebagai alat perjuangan revolusi dan perkembangan perfilman Indonesia sempat mengalamai penyensoran sangat ketat pada masa Orde Baru. Campur tangan negara dalam industri perfilman Indonesia cukup banyak juga mewarnai perkembangan eksistensi film itu sendiri di Indonesia, inilah yang sering disebut sebagai "politik perfilman".

 Film juga tentu memuat bagaimana pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat film kepada khalayak banyak. Pesan tersebut dapat tersampaikan secara eksplisit maupun implisit. Penulis dalam buku ini mengambil contoh analisis terhadap film horror Palasik yang cukup menimbulkan kontroversi adanya pesan moral dari genre horror yang dibalut bumbu pornografi. Tidak disangka, film tersebut ternyata masih mengndung pesan moral secara implisit. Film horror sendiri mencapai puncaknya pada 1980-an ketika rezim Orde Baru berkuasa berdasarkan penelitian Muhammad Luthi (2013). (68-69)

Penyampaian pesan dengan tujuan untuk memengaruhi masyarakat lewat film tidak hanya digunakan dalam bidang politik. Isu gender yang dipenuhi oleh bias-bias tertentu seperti representasi wanita yang sering kali menjadi pembatu rumah tangga dan stigma representasi kemaskulinitasan laki-laki ialah dengan merokok dapat ditemui dalam banyak film yang diproduksi di Indonesia. Reaksi masyarakat terhadap representasi tersebut tentu bermacam-macam  bergantung bagaimana tujuan si pembuat film. Namun, dari hasil tontonan tersebut telah menimbulkan adanya komunikasi massa. Buku Film & Komunikasi Massa ini idealnya cocok untuk para akademika yang menekuni studi ilmu komunnikasi dan sejenisnya, sebagai sebuah bahan acuan mendalami keterkaitan komunikasi yang menyangkut khalayak ramai dengan industri perfilman.

Judul Buku  : Film & Komunikasi Massa

Penulis  : Dr. Dedi Panuju, M. Si.

Penerbit : Intrans Publishing

Cetakan : 2021

Tebal : xii + 174 hlm

ISBN : 978-623-6709-27-6

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun