Mohon tunggu...
Naufal Al Rafsanjani
Naufal Al Rafsanjani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia

Hidup adalah Untaian Makna dari Kata yang Ditulis Semesta. My Blog: www.tweetilmu.web.id

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Relasi Kausal Antara Percaya dan Kecewa

10 Januari 2021   16:40 Diperbarui: 10 Januari 2021   17:27 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixabay.com/t_ushar

Hubungan antara percaya dan kecewa seringkali tidak dapat dipisahkan satu sama lain, keduanya berjalan beriringan dalam kehidupan sosial, rasa percaya hadir atas konsekuensi perilaku atau tanggapan individu lain terhadap suatu rangsangan atau tindakan, sehingga memungkinkan kita memiliki suatu anggapan dan atau harapan bahwa sesuatu itu benar dan nyata, dan nantinya hal itu akan menjelma menjadi apa yang kita sebut sebagai kepercayaan. 

Kepercayaan sendiri sebagaimana diungkapkan oleh Moorman, 1993 beliau mengartikan bahwa kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang-orang yang lebih dapat ia percaya daripada yang kurang dipercayai.

Sementara kecewa merupakan kondisi dimana kita tidak mendapatkan sesuatu hal sesuai dengan ekspektasi atau apa yang kita harapkan sebelumnya, atau bisa juga diartikan sebagai suatu perasaan yang timbul atas perilaku individu lain yang tak sesuai dengan penilaian kita terhadap individu tersebut.

Hal yang membuat pembahasan ini menarik adalah, bahwa kita tidak mungkin pernah kecewa jika kita tidak pernah percaya, dan kita tidak akan pernah kecewa jika belum telanjur memercayai harapan yang belum tentu ada, dan itu artinya bahwa rasa kecewa itu muncul akibat kita telah percaya dan memberi penilaian terhadap sesuatu hal, entah itu terhadap suatu individu, maupun terhadap suatu kenyataan yang telah diwacanakan jauh sebelum wacana tersebut berubah wujud menjadi suatu kenyataan.

Sebagai contoh, ketika kita baru mengenal seseorang dalam suatu ruang lingkup tertentu, seperti halnya lingkup masyarakat, sekolah maupun ditempat kerja, maka sudah tentu kita melakukan proses adaptasi terhadap individu disekitar kita, dalam kondisi ini kita masih menggali dan mengamati kebiasaan individu tersebut, dan kegiatan ini merupakan kegiatan membangun kepercayaan, baik rasa percaya kita terhadap orang lain, maupun rasa percaya orang lain terhadap kita, dan biasanya dalam tahap ini masih kecil kemungkinannya rasa kecewa bisa muncul.

Akan tetapi seiring berjalannya waktu, tentu dengan frekuensi pertemuan yang semakin sering, lalu juga semakin banyak mengenal kebiasaan individu lain, maka akan muncul penilaian dalam benak kita terhadap individu tersebut, penilaian tersebut biasanya beragam. Dalam konteks ini karena kita telah membuat suatu penilaian terhadap orang lain, maka akan lebih besar kemungkinan kita akan kecewa jika individu/orang yang kita telah beri penilaian tersebut bertindak, atau bertingkah laku, atau bertutur kata tidak sesuai dengan penilaian kita.  Dan perasaan itulah yang dinamai sebagai kekecewaan.

Rasa kecewa juga memiliki beberapa tingkatan sesuai dengan relasi kausal atau hubungan sebab-akibat mengapa perasaan itu muncul. Semakin tinggi kita percaya akan harapan terhadap suatu individu, atau kenyataan maka semakin besar kecewa yang nantinya akan muncul ke permukaan. Begitu pula dalam konteks hubungan, entah itu hubungan pertemanan, atau dengan pasangan sekalipun, semakin besar penilaian kita terhadap suatu individu bahkan telah diberi label sebagai suatu yang spesial, maka harapan-harapan yang bermunculan yang kita percayai dari individu tersebut, bak bumerang bila tidak direalisasikan dan atau tidak sesuai dengan konsekuensi.

Oleh karenanya memercayai sesuatu itu baik percaya kepada individu maupun kepada harapan akan angan-angan atau janji-janji jangan berlebihan, dan kita perlu menyadari bahwa yang kita percayai bersumber dari makhluk yang tidak sempurna, yang bisa kapan saja berbuat salah. Jagalah harapan kita, agar jika nantinya harapan itu menjelma menjadi sebuah realita akan lebih kita syukuri dengan sempurna dan rasa gembira.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun