VONIS
"TULI"....Yaah...Itulah sebuah kata yang selalu menyertaiku.
Aku lahir di sebuah kota di pulau Lombok 20 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 1 juni 2001. Orangtua aku berkata, aku divonis Tuli pada/waktu umurku 1,5 tahun, dan sampai hari ini aku tidal tahu penyebab yang menjadikan aku tuli.Â
''Ini semua sudah takdir Allah'' itu yang selalu orangyua aku katakan, dan memang benar apakah arti sebuah kata ''sebab''. ''kenapa'', yang paling penting adalah ''mau apa'' ''kemana'' langkah yang harus aku lalui .
Sejak umurku 2 tahun, aku sudah mulai mengenal belajar, karena orangtua aku ingin agar aku memiliki kemampuan yang sama dengan anak-anak yang normal (bisa mendengar), dari mulai belajar melatih mulut aku mengucapkan A,I,U,E,O dan seterusnya, sampai aku dapat berkata-kata (walaupun tidak sejelas orang yang mendengar), menulis, berhitung dan menggambar.
Karena aku tuli, aku disekolahkan di SLB (Sekolah Luar Biasa) khusus Tunarungu, di sekolah itulah, aku bisa bersosialisasi, bergaul, belajar dan berkomunikasi. Berkomunikasi oral (bahasa bibir) dan bahasa isyarat.Â
Setiap hari aku berangkat ke sekolah diantar jemput oleh ibuku, dengan penuh perjuangkan dan kesabaran ibuku mengantar, menunggu aku di sekolah dari pagi sampai sore hari, perjuangan dengan naik turun angkutan umum aku lalui bersama ibuku, untuk mencari ilmu agar aku bisa bersosialisasi dan kelak bisa menjadi seorang yang berguna.
Itulah sosok perjuangan seorang wanita yang ingin melihat anaknya kelak mampu menjadi seorang yang berguna. Keringat dan kelelahan tidak pernah diahiraukan, ucapan syukur Alhamdulillah aku panjatkan, karena aku sudah terlahir dari seorang wanita seperti ibuku.
IBUKU ADALAH TELINGA UNTUK AKU
Tanpa mengenal lelah, sepulang mengantar jemput aku sekolah, malam harinya ibuku mengulang kembali pelajaran yang aku dapatkan dari sekolah agar aku lebih paham, tampak dari raut wajahnya yang menahan amarahi dengan kesabaran disaat aku malas dalam belajar.Â