Mohon tunggu...
naufal __frds
naufal __frds Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pancasila

Aku suka mendaki gunung melewati lembah

Selanjutnya

Tutup

Nature

Berkelana menggapai atap gunung yang terkenal sakral dan mistis yaitu GUNUNG LAWU

19 September 2022   21:58 Diperbarui: 19 September 2022   22:08 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendaki seorang diri memang ada plus minusnya. Plusnya adalah selama perjalanan terasa cukup tenang dan kita lebih memiliki kontrol penuh terhadap waktu dan rencana-rencana selama berada di lapangan. Sedangkan minusnya, jelas perjalanan terasa hampa karena tidak ada teman ngobrol dan budget membengkak.

Dari Solo Balapan ke Gunung Lawu

Saya tiba di check point pertama yakni di Stasiun Solo Balapan pada Selasa subuh sekitar pukul 03.10 WIB. Setibanya di Solo saya sempat berkeliling mencari angkringan karena perut ini sudah keroncongan. Sekitar 10 menit berkeliling, tidak ada angkringan yang buka, Solo benar-benar sepi kala itu. Penyebabnya tidak lain akibat COVID-19 sehingga tidak banyak orang lalu lalang di sana.

Meski begitu, untungnya masih ada mini market yang buka dan saya langsung pergi ke sana untuk membeli beberapa cemilan dan logistik.

Usai dari mini market, saya kembali melanjutkan perjalanan menuju basecamp pendakian. Kebetulan saya sudah berencana mendaki melalui jalur Candi Cetho karena pemandangan di sana cukup baik dibanding dari Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang. Selain itu, start pendakian cukup enak karena kita sudah berada di ketinggian sekitar 1.700-an mdpl atau sudah setengah di badan Gunung Lawu. Jadi kita enggak benar-benar naik dari bawah.

Dari Solo Balapan saya menyewa mobil seorang diri dan tentu saja hal itu menguras isi dompet. Perjalanan menuju Candi Cetho cukup lancar dan cuaca subuh itu sedikit gerimis. Lama perjalanan sekitar 1 jam 30 menit dengan medan menanjak dan berkelok-kelok. Terlihat beberapa truk pembawa air lalu lalang dari arah Cetho menuju Solo.

Ah, ternyata saya sangat rindu dengan pemandangan seperti ini. Udara dingin segar dan jauh dari hinar binar Ibu Kota Jakarta membuat perjalanan semakin syahdu.

Saya sendiri tiba di basecamp pendakian Cetho sekitar pukul 04.45 WIB. Rasa was-was sempat menghampiri karena suasana di sekitar basecamp sepi. Tidak ada warung yang buka, tidak banyak orang berkeliaran dan saya belum melihat adanya orang yang akan mendaki atau baru turun gunung saat itu.

Persiapan Pendakian

Sebelum start pendakian, saya sempat istirahat sebentar di basecamp Barokah. Di sana akhirnya saya melihat ada beberapa orang pendaki yang ternyata merupakan rombongan dari Jawa Timur. Mereka cukup banyak sekitar tujuh orang tapi sayangnya mereka baru saja turun gunung dan akan pulang.

Saya berkenalan dengan mereka dan menanyakan bagaimana suasana Gunung Lawu termasuk medan pendakian di jalur Cetho. Mereka bilang cukup aman dan jalur-jalur cukup jelas, hanya saja cuaca di atas sempat berkabut sehingga mengurangi jarak pandang. Lalu mereka bertanya saya mendaki dengan siapa. Setelah mendengar mendaki seorang diri tentu sudah bisa ditebak bagaimana ekspresi mereka. Ya, mereka kaget dan terheran-heran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun