Mohon tunggu...
Muhammad Natsir
Muhammad Natsir Mohon Tunggu... Penulis - sabar

Jalan ini masih panjang!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fenomena Intoleransi dalam Prespektif Politik

4 September 2018   10:16 Diperbarui: 8 November 2018   02:02 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

By, Natsir Al Walid

(Direktur Pusat Studi Demokrasi, Agama & Politik)

Intoleransi merupakan fenomena yang selalu terjadi pada kehidupan manusia. Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya intoleransi.

Pada umumnya, intoleransi terjadi disebabkan perbedaan pandangan dan keyakinan diantara kelompok yang begitu tajam dan keras.  Kelompok-kelompok yang mempunyai tujuan dengan ideologi yang berbeda. Dalam kehidupan politik dan  agama misalnya.

Intoleransi merupakan sesuatu yang sangat mencemaskan. Sebab, intolerasi agama dan intoleransi politik sangat begitu tajam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Seseorang atau kelompok yang lahir dari rahim agama, atas nama agama juga akan membela kepentingannya dan tentu sulit menerima yang tidak sejalan dengan yang dipahaminya.

Agama menjadi sebuah jarak yang terpisah dari yang lain. Keyakinannya terhadap agama atas yang dipahaminya membuatnya tidak ketakutan terhadap apa yang harus terjadi, saat menjalankan perintah agama, bahkan jiwa dan raganya pun tak dipedulikan selama itu untuk perintah agama. Hal ini memang tidak   terjadi  pada semua agama.

Fenomena Intoleransi Politik dan Agama

Fenomena inteloransi agama, memang sangatlah mencemaskan dan menyita energi kehidupan, ini terjadi tidak lain penyebabnya adalah perbebedaan pandangan dan keyakinan.

Dalam satu agama yang sama, seperti agama Islam, seringkali intoleransi terjadi dalam kehidupan.

Seperti perbedaan mazhab, sekte, kelompok aliran dan lainya. Ini bekembang terus menerus dari sejak Nabi wafat hingga sekarang ini. Hingga memicu pertikaian dan saling mengklaim menjadi pihak yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun