Disaat aku ingin membuka pintu sialnya kunci rumah ku hilang kembali untuk kesekian kalinya, disaat itu kakiku terasa lemas dan langsung duduk didepan pintu dengan pasrah. Tidak lama kemudian ibuku sampai dirumah dengan kondisi yang lelah, akupun langsung menceritakan apa yang terjadi sontak ibuku merubah ekspresinya menjadi sangat kesal.Â
Kemarahan ibuku pun tak bisa terelakkan sampai sampai sendal selop kayu melayang kearahku sapu lantai pun ikut mendarat ke kakiku lagi lagi aku hanya bisa diam dan menangis.
Keesokan harinya aku dan ibuku diam seribu bahasa, mungkin karena ibuku masih kesal dengan ku akupun yang juga kesal dan sedih kenapa ibuku tega sekali memarahiku seperti itu, namun pada akhirnya ibuku menghampiri ku dan meminta maaf karena telah melakukan itu karena pada saat itu aku masih kecil sehingga hanya bisa menangis dipelukan ibuku.
Ibuku mengelus kepalaku sambil menasehati ku "tan mamah sebenarnya gamau mukul kamu mamah cuma mau kamu berubah supaya kamu jadi lebih disiplin lagi, lebih hati hati lagi dalam menjaga barang besok jangan diulangi lagi ya" Akupun hanya menganggukan kepala.
 Setelah kejadian itu aku selalu ingat jika sedang memegang barang apapun itu untuk menjaganya dengan baik agar tidak hilang. Sekarang aku mengerti apa yang dilakukan oleh ibuku sebenarnya ingin anaknya lebih disiplin dalam menjaga sesuatu dan benar hal itu yang membuatku sampai sekarang selalu menjaga barang apapun dengan baik agar tidak hilang.Â
Dan seiring bertambahnya usia nasihat nasihat seperti itu sudah mulai berkurang. Karena aku sudah dewasa sehingga aku harus bisa mengatur segala sesuatunya sendiri, dan nasihat itu terkadang yang aku rindukan sekarang ternyata cerewetnya ibuku yang dulu aku benci namun sekarang  setelah aku mengerti aku sangat merindukannya.