Mohon tunggu...
Nathan Bulang
Nathan Bulang Mohon Tunggu... Petani - Perang Kefanaan

Pengembara

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menjelajahi Hamparan Waktu

10 September 2018   10:37 Diperbarui: 23 Juni 2020   09:05 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dikebisuan malam, aku bertanya mungkinkah bintang dalam gelapmu berbeda dengan bintang pujaanku yang kusemaikan pada hamparan malam.

Akupun beranjak untuk menjelajahi getirnya badai di balik tirai kamarku menghujamkan peluru didalam kastil rindu yang terdalam.

Mencari kepingan lalu mengurutkan kembali menjadi menjadi titik -- titik cinta lalu menjelma gerimis mengurai kembali simpul -- simpul cerita yang masih kusut di wajahmu.

Bukankah aku hanya seorang pengembara fana dalam wajah lukisan yang Kau hias dari tangan-MU ?.

 Menikmati setiap goresan warna kuas indah-MU merayu manja untuk masih terus merenda dalam buaian belaka.

Ah, terlalu fana itu dan aku tidak mau terpaku lalu mati tak berharga untuk bintang yang aku puji dari rahim hati terdalam.

Hampir saja aku terjebak dalam tipuan waktu, terjerembab lalu di seret ke jurang yang tak mungkin aku aku kembali menuliskan lanjutan penggalan melodi hati ini.

Untung saja aku masih di sini menanti waktu mengalirkan lagi bulir-bulir cintanya untuk ku semaikan pada tanah yang sudah kau lukiskan dengan jemari-Mu.

Menantikan lagi gerimis menetesi hujannya dan aku masih disini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun