Mohon tunggu...
Nathanael bealfranca
Nathanael bealfranca Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis biasa

Anak muda yang sedang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketergantungan Penggunaan Smartphone

5 Juli 2021   10:00 Diperbarui: 5 Juli 2021   10:06 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seiring berjalannya waktu & kini sudah memasuki Abad ke-21, semua hal pun ber-evolusi tidak hanya manusia. Lingkungan, Alam, sampai teknologi pun semua sudah berubah. Orang-orang Sebagian besar ‘open-minded’-lah istilahnya. Bayangkan saja, dari zaman dimana orang-orang masih berpikiran kuno, tidak terbuka satu sama lain, tidak ada teknologi, sekarang semua peristiwa tersebut sangatlah berbanding terbalik. Sampai-sampai, orang tidak lagi harus bertemu secara langsung bertatap-tatapan untuk berkomunikasi. Semua ini berkat kehadiran perangkat alat komunikasi berupa ponsel/smartphone. Selain harganya yang sudah semakin terjangkau tergantung seberapa bagus kualitas & budget yang dimiliki seseorang, memiliki smartphone sudah menjadi kebutuhan primer bagi setiap penduduk di Bumi ini sehingga permintaan pasar terhadap smartphone teruslah mendominasi/meningkat.

Smartphone yang termasuk ke dalam gadget yang memiliki internet, itu smua tergolong ke dalam Media Baru (New Media). Terutama pada tahun 1982-2000an, kehadiran smartphone memang sudah menjadi kebutuhan pokok/primer bagi masyarakat.  Pada saat itu, generasi tahun tersebut masih memiliki pemikiran dimana dampak positif berupa kemudahan dalam segala hal yang dimiliki handphone, masih jauh lebih unggul apabila dibandingkan dengan kemungkinan 'phubbing'. 'Phubbing', merupakan sebuah istilah yang memiliki asal-usul dari kata 'phone/handphone/telepon genggam' & 'snubbing/menghina/penolakan'. Istilah tersebut bisa digunakan untuk menunjukan sikap menyakiti lawan bicara dengan penggunaan smartphone yang sangatlah melampaui batas. Fenomena ‘Phubbing’ ini dilatarbelakangi karena adanya ketergantungan individu yang besar terhadap smartphone dan internet. Menurut riset yang pernah diadakan oleh Markplus Insight Indonesia, kelompok remaja berusia 16-21 tahun dengan presentasi sebesar 39% secara keseluruhan, merupakan pengguna smartphone terbanyak.

Hingga muncul jargon, ‘Mendekatkan yang Jauh dan Menjauhkan yang Dekat’ sudah menjadi fenomena umum di zaman yang serba modern ini. Pada umumnya, memang smartphone memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, mulai dari penggunaan sosial media (Whatsapp, Instagram, Facebook, Telegram, Twitter, dll), mencari informasi (Youtube, dll) hingga kehadiran e-commerce (Shoppee, Tokopedia, Lazada, Zalora, dll) yang semakin merajarela & bersaing satu sama lain, terlebih lagi di era pandemi Covid-19 ini. Sehingga, kecenderungan mereka dalam menggunakan handphone jadi semakin tidak mudah untuk lepas & sudah mempengaruhi kehidupan sosial masing-masing individu.

Teori Ketergantungan memiliki pandangan, setiap individu juga bergantung pada informasi media untuk memenuhi kebutuhan tertentu dan mencapai tujuan. Sehingga, fenomena 'Phubbing' ini dianggap sebagai sesuatu fenomena negatif karena, sebagian besar manusia cenderung menganggap remeh lawan bicaranya & tidak memberikan apresiasi sama sekali. Begitu juga dengan pandangan Saya sebagai penulis. Canggihnya teknologi yang dimiliki oleh smartphone adalah sebuah peristiwa yang tidak bisa kita tolak, & di satu sisi juga tidak boleh kita diamkan begitu saja.

Alangkah lebih baiknya, apabila kita membatasi diri sedikit demi sedikit, dengan mengurangi dalam memegang handphone terlebih dahulu, sehingga semakin berjalannya waktu, kita bisa mencegah untuk penggunaan handphone yang kita miliki secara berlebihan & tidak melampaui batas. Dengan kesadaran diri itulah, aktivitas yang sedang kita jalani sehari-hari tidak ikut terganggu degan kehadiran handphone yang kita miliki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun