“Yakan? Mbul kucing terlucu yang pernah aku temuin.” kata Nessa menanggapi ucapan Nevan sebelumnya.
“Yang lagi gue bahas itu manusianya, bukan kucingnya.” balas Nevan sambil berdiri, mengulurkan tangan untuk membantu Nessa berdiri, karena melihat perban yang masih melilit kaki Nessa. “Bentar lagi lo kelas kan? Sekarang udah jam setengah 8. See you jam 2 nanti, Sa.” lanjut Nevan yang kemudian pergi tanpa membiarkan Nessa mengucapkan sepatah kata.
Setelah punggung Nevan sudah tidak terlihat, Nessa memandang si Mbul yang juga sedang melihat ke arah dirinya.
“Mbul, kok rasanya kayak ada kupu-kupu yang terbang di dalam perut aku ya?” tanya Nessa.
"Meow." balas si Mbul.
---
Sesuai dengan jadwalnya sebagai sekretaris, Nessa sedang berjalan menuju ruangan tempat Rapat Himpunan Mahasiswa Teknik Industri biasa dilaksanakan. Di tangan kanannya ada sebuah kemasan kopi yang berisi americano. Minuman tersebut hendak Nessa berikan kepada Nevan sebagai ucapan terimakasih karena telah mempertemukannya dengan si Mbul.
Baru saja Nessa mengulurkan tangan kanannya untuk membuka pintu ruangan himpunan, ia mendengar namanya disebut dari arah dalam ruangan himpunan. Artinya, dia sedang dibicarakan.
“Lo gabisa mainin Kanessa kayak gitu, Res!”
“Emang lo siapanya? Gausah ikut campur urusan gue, Van! Kenapa lo kayak masalah kalo gue cuman mau mainin dia?”
“Gue emang bukan pacar dia, tapi gue mau lindungin Nessa. Gue udah bikin fisiknya sakit, sekarang tugas gue buat mastiin hati dia ga sakit gegara lo!”