Mohon tunggu...
Natasya Pramesti
Natasya Pramesti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi IPB University, Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.

Mahasiswi yang tertarik dalam bidang jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Suara Agraria Desa Lingkar Kampus: Sukawening, Kaya Lahan Pertanian, namun Petani Bukan Penguasanya

30 Mei 2022   23:13 Diperbarui: 31 Mei 2022   00:30 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan aspek yang mendominasi di negara ini. Menjadi negara yang pernah menjadi negara swasembada pangan ternyata tidak menjamin kesejahteraan petani di negaranya sendiri. Hal ini salah satunya disebabkan karena adanya penurunan jumlah lahan dari tahun ke tahun, lahan yang seharusnya petani garap semakin menurun sehingga membuat petani kehilangan mata pencahariannya. Desa Sukawening adalah salah satu desa yang mengalami perubahan tersebut terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. 

Memiliki jumlah penduduk lebih dari 8 ribu jiwa membuat Desa Sukawening menjadi desa swasembada, (Hidayati et al., 2019) Desa swasembada sendiri merupakan desa yang memiliki akses mudah ke kota, memiliki diversifikasi kegiatan perekonomian yang tidak bergantung pada satu kegiatan perekonomian, Hal ini diperkuat oleh (Ramlan & Sihombing, 2021) di mana desa swasembada merupakan desa yang mata pencaharian penduduknya sudah beragam dengan teknologi baru yang sudah benar-benar dimanfaatkan di bidang pertanian sehingga nilai produktivitasnya tinggi dan sarana prasarana memadai, hal ini membuat desa swasembada dapat memanfaatkan potensi desanya dengan maksimal. 

Selain itu, Desa Sukawening sendiri memiliki wilayah seluas 243.160 hektar dengan lahan sawah yang mendominasi, yaitu seluas 179.940 hektar atau lebih dari 70% dari total lahan yang ada di desa ini. Tak hanya itu, lahan yang ada di Desa Sukawening sendiri juga masih produktif sehingga bila kita berjalan-jalan kesana kita akan melihat banyaknya lahan pertanian. Lahan pertanian di Desa Sukawening sendiri bersifat heterogen, jadi tidak hanya padi yang ditanam, namun juga ada komoditas singkong, jagung, cabai, dan lain sebagainya. Hal inilah yang menjadikan Desa Sukawening termasuk ke dalam desa swasembada, karena mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri dari hasil pertanian mereka, hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya warga di sana yang pekerja sebagai petani. 

Sayangnya dengan mayoritas warganya yang bekerja di sektor pertanian, kebanyakan lahan pertanian yang berada di Desa Sukawening yang awalnya dimiliki oleh masyarakat Desa Sukawening kini tidak lagi dimiliki oleh masyarakat Desa Sukawening. Seiring dengan berjalannya waktu lahan-lahan pertanian tersebut berubah menjadi pabrik maupun perumahan, walaupun banyak dari lahan pertanian yang sudah dibeli tersebut belum dikelola dan masih menjadi lahan pertanian, sehingga petani di Desa Sukawening masih bisa menyewa lahan tersebut untuk aktivitas pertanian.

Mirisnya lahan pertanian yang awalnya dimiliki oleh masyarakat Desa Sukawening tersebut kini dimiliki oleh masyarakat kota ataupun masyarakat dari luar Desa Sukawening. Walaupun masih ada beberapa masyarakat yang memiliki lahannya sendiri, pak Anim contohnya, ia merupakan ketua dari kelompok pembudidaya ikan Mina Bakti. Kini memiliki lahan yang sangat luas untuk usaha budidaya ikannya dengan menjalankan usahanya tersebut secara konsisten selama 23 tahun.

Seperti pada lingkup sosial lainnya, petani juga memiliki kelas atau strata sosial pada lingkup sosial ekonominya. Berdasarkan pengumpulan data, wawancara, dan survey ke lokasi, ditemukan terdapat tiga kelas atau strata sosial petani di Desa Sukawening, yaitu kelas atas, menengah, dan bawah. 

Kelas atas merupakan warga yang memiliki tanah atas lahan pertanian yang luas, terkadang tidak bekerja dan orang lain yang mengurus lahannya, dan sebagian besar berfokus pada bidang itu saja atau tidak memiliki pekerjaan sampingan. Kelas menengah merupakan warga yang memiliki tanah atau lahan pertanian, tetapi melakukan kerja sampingan seperti pekerja swasta, pedagang, dan lainnya. Warga yang tidak memiliki lanah dan melakukan kerja sampingan untuk tambahan nafkah seperti buruh, driver ojek online, dan lainnya, termasuk ke dalam golongan kelas bawah.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kepemilikan aset rumah tangga petani berdasarkan strata atau kelas sosial petani dengan strategi nafkah rumah tangga petani di Desa Sukawening. Petani yang menduduki posisi kelas atas dapat memfokuskan pemasukan ekonomi rumah tangganya dengan hasil yang diperoleh dari lahan pertaniannya berbeda dengan petani kelas bawah yang perlu melakukan kerja tambahan untuk memenuhi ekonomi rumah tangganya.

Keberadaan kelas-kelas petani secara langsung juga memberikan gambaran kemampuan diversifikasi pertanian petani. Diversifikasi pertanian merupakan kemampuan petani untuk memperbanyak jenis tanaman dalam satu lahan dan memperluas usaha tani nya dengan mengkolaborasikan berbagai jenis usaha seperti pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan dalam satu lahan (Riezka 2009 dalam Mu'min 2014). Diversifikasi pertanian juga berpengaruh dalam hal pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga petani. 

Para petani di Desa Sukawening tentunya memiliki kemampuan yang berbeda dalam hal diversifikasi pertanian. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara langsung, didapati bahwa petani kelas atas atau petani dengan sumberdaya lahan yang besar memiliki kemampuan diversifikasi yang lebih beragam ketimbang petani kecil yang hanya mampu melakukan diversifikasi terhadap jenis tanaman pertanian saja. Pada saat observasi lapangan, petani dengan lahan luas mengkombinasikan berbagai jenis usaha seperti budidaya ikan mujair dengan  budidaya talas, dan juga kombinasi jenis tanaman yang beragam seperti cabe, pepaya, terong, dan jagung dalam satu lahan. Kemampuan diversifikasi ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti strata petani, luas lahan, pengetahuan dan keterampilan petani, serta aset finansial. 

REFERENSI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun