Mohon tunggu...
Natasha
Natasha Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Media Sosial atau Media So-sial

10 Oktober 2018   14:35 Diperbarui: 10 Oktober 2018   15:02 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Media sosial. Tentunya 2 kata ini sangatlah akrab di telinga masyarakat Indonesia terutama para generasi muda. Para generasi muda saat ini seolah telah melekat dengan media sosial. Apapun yang dilakukan, dilihat, dan didengar akan mereka ungkapkan di media sosial. Tentunya media sosial ini memiliki banyak dampak positif bagi masyarakat Indonesia, tetapi apakah media sosial selalu berdampak positif? Jawabannya adalah, tidak! Bahkan, sebaliknya. Media sosial pada zaman sekarang seringkali memberikan dampak negatif. Baik itu dari masyarakat umum hingga para influencer (orang yang memiliki pengaruh kuat terhadap masyarakat). Nah, pada artikel ini akan dibahas dampak - dampak negatif penggunaan media sosial.

Pada Masyarakat:

  1. Cyber Bullying

Belakangan ini seringkali kita mendengar nama Bowo di media sosial. Bahkan akhir- akhir ini Bowo seringkali diundang para youtubers untuk melakukan interview. Lalu siapakah itu Bowo? Bowo adalah seorang remaja berusia 13 tahun yang aktif menggunakkan aplikasi tiktok. Sayangnya di usianya yang masih sangat muda ini dia seringkali dibully oleh masyarakat. Tidak hanya anak-anak seusianya yang melakukan bullying kepadanya akan tetapi juga orang-orang dewasa. Dari hal ini dapat kita lihat bahwa umur seseorang tidak menentukan kedewasaannya dalam penggunaan teknologi.

 Pada Instagramnya @bowoo_alphenleibe banyak sekali masyarakat yang mengirimkan ujaran kebencian dalam bentuk komentar kepadanya, bahkan tidak jarang ada kata - kata 'kasar' yang turut disertakan. Padahal, jika kita perhatikan video-video yang dibuat oleh Bowo tidaklah mengandung unsur-unsur kontroversi.

Hal ini tentu bukan masalah yang sepele. Hal yang dialami Bowo sudah dapat dikategorikan sebagai Cyber Bullying (perlakuan kasar non- fisik yang dilakukan satu atau sekelompok orang dengan alat elektronik ). Cyber bullying ini dapat mengakibatkan kegelisahan, stress, depresi, bahkan keinginan untuk bunuh diri. Tentunya kita tidak mau kan ada korban jiwa hanya karena masyarakat yang tidak bijak dalam penggunaan media sosial ?

2. Hoaks

`           Media sosial telah menjadi salah satu sarana masyarakat untuk mengakses berita. Beberapa contohnya adalah LINE dan Instagram. Pada LINIE terdapat fitur LINE today yang menampilkan berita - berita terkini serta berbagai informasi. Pada Instagram terdapat banyak akun - akun berita yang memberikan 'update' kepada masyarakat mengenai berita terkini. Dikarenakan kemudahannya, masyarakat sekarang lebih memilih media sosial untuk mengakses berita dibandingkan koran ataupun majalah. Namun, sayangnya kepercayaan itu seringkali dikhianati. Menurut Presiden Direktur VIVA Media Group, Anindya Novyan Bakrie, saluran terbanyak penyebar hoaks adalah media sosial. Tentunya hal ini perlu segera diatasi mengingat hoaks dapat menyebabkan kesalahpahaman yang dapat berakibat buruk. Salah satu contohnya adalah kasus yang terjadi di Februari 2018 dimana beredar hoaks

bahwa terjadi banyak penyerangan ulama oleh orang gila. Akibat kasus ini, terdapat 6 kasus pengeroyokan orang gila di Banten. ( Baca selengkapnya: https://news.detik.com/berita/d-3895203/akibat-hoax-terjadi-6-kasus-orang-gila-dikeroyok-di-banten)

            3. Perkelahian

            Perkelahian di media sosial tidak lagi menjadi hal yang asing di telinga kita. Perkelahian ini seringkali terjadi karena pada media sosial kita tidak dapat mendengar intonasi lawan bicara dan melihat ekspresinya. Hal ini sering menyebabkan terjadinya kesalahpahaman dan memicu perkelahian. Perkelahian yang terjadi di media sosial dapat merembet ke perkelahian secara langsung. Tidak sedikit tawuran antar pelajar yang terjadi karena perkelahian di media sosial.

Pada bulan Agustus lalu, terjadi tawuran pelajar di daerah Tangerang Selatan, dan tawuran ini dipicu oleh perkelahian di media sosial. Akibat tawuran ini terdapat korban berinisial AF yang tertusuk pedang di wajahnya dan menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis (7/8). Kasus ini mengajarkan kita akan kuatnya tulisan yang kita publikasikan di media sosial, sampai- sampai dapat merenggut nyawa seseorang. Oleh karena itu, diperlukan adanya pendidikan dan penyuluhan mengenai penggunaan media sosial agar masyarakat dapat mengerti etika penggunaan media sosial dan kasus seperti ini tidak terulang kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun