Mohon tunggu...
Natasha ChrisPrasetyowati
Natasha ChrisPrasetyowati Mohon Tunggu... Programmer - Mahasiswi Informaatikaemester 3

Hallo,

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Anggapan Terhadap Vaksin Covid-19 yang Mengandung Microchip Magnetik

3 November 2021   09:08 Diperbarui: 3 November 2021   09:16 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
6 jenis vaksin Covid-19. 2020 Merdeka.com/freepik 

Menjelang akhir tahun 2019, muncul virus yang menggemparkan hampir seluruh dunia. Virus tersebut dikenal dengan Virus Corona atau yang sekarang akrab kita sebut sebagai COVID-19. Virus ini menyerang pernapasan dan menyebabkan penderitanya menderita gangguan pernapasan, infeksi paru-paru, hingga kematian. Virus ini dengan mudahnya menyebar melalui droplet ketika bersin dan lainnya. Virus ini menyerang mulai dari usia kanan-kanan hingga usia lanjut. Virus ini menyebabkan angka kematian di seluruh dunia semakin meningkat dari hari ke hari. Para ilmuwan pun bekerja keras demi menemukan vaksin yang tepat untuk virus COVID-19 ini. Hingga akhirnya pada tahun 2020 silam, kerja keras para ilmuwan terbayarkan dengan ditemukannya vaksin COVID-19.

 Di tengah kebahagiaan para ilmuwan juga sejumlah masyarakat karena kemunculan vaksin tersebut, timbul sejumlah pro dan kontra mengenai vaksin tersebut. Sejumlah masyarakat beranggapan bahwa vaksin covid-19 tersebut mengandung semacam microchip  magnetik. Bahkan ada sejumlah masyarakat yang membuktikan bahwa setelah mereka divaksin, mereka dapat menempelkan koin pada bahu mereka. Hal ini tentunya membuat banyak orang berpikir bahwa anggapan vaksin covid-19 yang mengandung microchip magnetik itu adalah benar. Hal ini pun menjadi perbincangan banyak orang, hingga para pemuka agama pun menyangkutpautkannya dengan microchip antikris 666 seperti yang dinubuatkan pada kitab Wahyu 13:16-18. Pada kitab tersebut dijelaskan bahwa setiap orang akan diberikan tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, dan tanda tersebutlah yang nantinya akan menjadi alat kita untuk bertransaksi nantinya. 

Beberapa negara menolak vaksin Covid-19 karena berita yang tidak bersumber tersebut. Padahal berita tersebut tidak diketahui sumber asalnya dari mana, dan siapa yang menyebarkan berita tersebut. Vaksin Covid-19 pun menjadi konspirasi yang mengakibatkan banyak orang menolak untuk diberikan/disuntikkan vaksin tersebut padahal pemerintah sendiri menganjurkan setiap masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi demi menekan penyebaran virus mematikan tersebut. 

 Jika kita tinjau dan pikirkan lebih dalam, mustahil bahwa di dalam vaksin tersebut sengaja dimasukkan sebuah microchip magnetik ke dalamnya. Dan bayangkan jika kita merupakan salah satu orang yang menolak vaksinasi karena termakan berita yang tak bersumber tersebut, tentunya kita akan menjadi pribadi yang egois/mementingkan diri sendiri. Mengapa? karena hanya karena kepentingan kita pribadi yang 'berkedok' mematuhi ajaran agama, kita dapat membahayakan nyawa orang lain. Hal ini justru sangat menyalahi ajaran agama dimana kita sebagai manusia harus peduli terhadap sesama. 

Terlepas dari apakah vaksin covid-19 tersebut mengandung microchip 666 atau tidak, ada baiknya kita sebagai umat beragama tahu betul dan dapat membedakan mana berita yang benar dan mana yang tidak. Kita tentunya sebagai umat beragama memiliki pemikiran yang kritis, seperti yang dikatakan Edward Glaser,"Critical thinking is an attitude of being disposed to consider in a thoughtful way the problems and subject that come within the range of one's experience", yang dapat diartikan sebagai berikut, "Berpikir kritis adalah suatu sikap yang cenderung mempertimbangkan suatu masalah atau pokok tertentu dalam pengalaman seseorang dengan cara yang bijaksana". Jadi, sebelum kita menelan mentah-mentah berita yang beredar, ada baiknya kita telaah dan telusuri lebih lanjut dan juga kita pikirkan baik-baik menggunakan logika dan akal sehat kita agar kita tidak mudah dibodohi oleh berita yang tak bersumber.

 Sebagai umat yang beragama, kita juga harus senantiasa berjaga-jaga dan berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Jika kita meninjau isi dari kitab Wahyu 13:16-18, tidaklah benar jika kita menafsirkan "tanda di dahi" adalah tanda yang ditanamkan pada dahi seseorang oleh antikris yang akan datang. Penafsiran yang benar dan masuk akal yaitu 'tanda di dahi' tersebut merujuk pada siapa saja yang telah hidup dengan prinsip dan perilaku duniawi artinya telah menggunakan tanda 666 (antikris) tersebut.

Penolakan besar-besaran di suatu negara terhadap vaksinasi Covid-19  berdasarkan doktrin yang mengaitkannya dengan microchip 666 antikris merupakan suatu kekeliruan yang tak berdasar. Sebab, banyak ahli yang sudah membuktikan bahwa vaksin tersebut tidak mengandung microchip 666 antikris. 

 Pada kenyataanya, akan sulit bagi kita untuk mengubah doktrin beberapa orang yang telah memiliki anggapan bahwa vaksin covid mengandung microchip. Maka dari itu, kita tidak dapat memaksakan kehendak tiap orang. Yang dapat kita lakukan hanyalah meyakinkan bahwa anggapan yang mereka pikirkan itu tidaklah benar bahwa vaksin covid-19 mengandung microchip 666. Kita semua bebas beropini dan memiliki anggapan masing-masing, sehingga ada baiknya jika kita menghargai opini mereka, tapi bukan berarti kita masa bodoh dan tidak peduli. Kita tetap harus memberikan edukasi tanpa sifat persuasif.

Dan yang terakhir, sebagai umat beragama, mari kita sama-sama mendoakan yang terbaik untuk dunia yang sedang dilanda virus Covid-19 ini. Badai bisa saja datang begitu hebatnya, namun badai tersebut pasti akan berlalu seiring berjalannya waktu. 

 

God Bless

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun