Mohon tunggu...
Money

Menghadapi Tuntutan di Era Disrupsi

11 Juli 2018   14:10 Diperbarui: 11 Juli 2018   14:22 1292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada zaman ini dunia sedang menghadapi era disrupsi, termasuk di Indonesia. Kata disrupsi (disruption) ini adalah istilah yang dipopulerkan oleh Clayton Christensen sebagai kelanjutan dari tradisi berpikir "harus berkompetisi, untuk bisa menang (for you to win, you've got to make somebody lose)". Era disrupsi ini merupakan fenomena ketika masyarakat menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata, ke dunia maya. Fenomena ini berkembang pada perubahan pola dunia bisnis.

Pada era disrupsi ini, para pemimpin harus bisa segera beradaptasi dan mengenali bagaimana keadaan di zaman sekarang yang penuh dengan perubahan, zaman sudah berubah dan akan terus berubah. Tidak lagi sekedar berubah, melainkan langsung bergeser atau menggantikan yang sudah berdiri sebelumnya dalam waktu yang cepat. Adanya transportasi daring adalah salah satu dampak yang paling populer di Indonesia, contohnya adalah Gojek ataupun Grab.

Pada era disrupsi ini para pemimpin dituntut untuk dapat melakukan perubahan agar dapat bertahan untuk mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju, jika tidak melakukan perubahan, maka dapat menyebabkan kepunahan yang akan dialami oleh perusahaan yang dipimpin oleh pemimpin yang tidak mengikuti era disrupsi. Terdapat pihak yang mengatakan bahwa era disrupsi ini sebagai ancaman, tetapi tidak sedikit juga pihak yang menganggap era disrupsi ini sebagai peluang.

Dalam menghadapi era disrupsi ini, para pemimpin harus dapat melakukan inovasi dan kreativitas pada berbagai macam produk agar dapat menarik perhatian konsumen dan dapat bertahan dalam bersaing di era disrupsi ini. Era disrupsi ini memang tidak bisa dihindari karena pengaruh perkembangan zaman yang semakin maju dengan teknologi yang semakin canggih dan juga kebutuhan konsumen yang semakin meningkat dan keinginan konsumen yang berbagai macam. Hal ini menjadi tantangan serius bagi para pemimpin dalam mengembangkan bisnis dan organisasi ke depan.

Rheinald Kasali memberikan tiga hal untuk menghadapi era disrupsi ini. Pertama adalah jangan nyaman menjadi "pemenang". Organisasi yang merasa sangat nyaman selalu berasumsi bahwa pelanggan mereka sudah sangat loyal. Padahal, ketika terjadi perubahan fundamental saat ini, perlu ditengok ulang lagi apakah terjadi pergeseran segmen konsumen yang bisa jadi berkarakter lain dengan konsumen lama. Kedua adalah jangan takut menganibalisasi produk sendiri. Cara ini sepertinya menjadi cara yang sadis karena harus membunuh produk sendiri dan melahirkan produk baru. Inilah yang dikatakan perubahan mendasar dalam organisasi jika menghadapi era disrupsi. Ketiga adalah membentuk ulang atau menciptakan yang baru. Melakukan inovasi dengan memodifikasi yang sudah ada dalam bentuk lain atau bahkan menciptakan hal baru akan membuat organisasi akan bisa bertahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun