Mohon tunggu...
Natalie Sytner
Natalie Sytner Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

May Day Harinya Aspirasi Buruh, Bukan untuk Kampanye Terselubung

1 Mei 2018   15:33 Diperbarui: 1 Mei 2018   15:51 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mayday.... mayday.... Mayday..... ini bukan lagi minta tolongan ya, tetapi bilangin kalau hari ini hari Buruh. Hari buruh, hari yang ditunggu-tunggu untuk menyaluarkan keinginan dan harapan hidup yang lebih baik dari hari kemarin melalui tuntutan kepada pemerintah. Tuntutan-tuntutan yang dibungkus dengan aksi mengumpulkan massa dan mendorong buruh untuk berunjuk rasa kepada pemerintah dengan segala caranya.

Pada tanggal 1 Mei tersebut juga menjadi momentum bagi buruh untuk berbenah dan berubah ke arah yang lebih baik. Setelah May Day sebagai peringatan Hari Buruh Sedunia dirayakan pada tanggal 1 Mei, hari berikutnya yaitu tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).

Dengan melihat kejadian-kejadian pada May Day 2017, rasanya sungguh baik bila pada tanggal 2 Mei 2017 ini kita mengaitkan May Day dan Hardiknas. Ayo para Buruh, setelah kita merayakan May Day, kita mengingat pentingnya edukasi!. Hari dimana saatnya kita menghayati Hardiknas sambil tetap menjalankan aktifitas dan karya nyata. Jangan mau dipolitisasi, mintalah edukasi supaya kita maju! Sekarang saatnya melawan politisasi terhadap buruh!. Berikan edukasi supaya mereka terlatih dan bertumbuh sehingga mampu menjalankan kewajiban dan dan mendapat hak-haknya.

Dari berbagai berita kita menemukan bahwa mereka sangat rentan dipolitisasi. Ada banyak pihak yang mempolitisasi. Hal itu harus dikritisi. Selain itu, politisasi juga rentan dilakukan dilakukan oleh serikat-serikat pekerja. Di sini sangatlah disayangkan. Serikat-serikat pekerja sebagai tempat bagi para buruh mendapatkan edukasi dan advokasi justru sering dimanfaatkan untuk kepentingan para pimpinan serikat buruh. Para buruh tidak lagi menjadi subyek.

Mereka menjadi objek bagi kepentingan pihak tertentu. Kita berharap, para buruh harus berfikir ulang dalam melaksanakan demo atau menyampaikan tuntutannya. Jangan mau diprovokasi atau dipengaruhi dalam membelokkan tujuan suci para buruh. Kepada kaum buruh yang benar-benar reform

is yang ingin memeperbaiki kesejahteraannya agar dapat menghempang para penumpang gelap atau buruh yang banyak ditompangi kepentingan politik yang tujuannya agar negeri ini rusuh atau keos.

Keinginan untuk berpolitik itu hak masing-masing. Asalkan jangan terbawa untuk memaksakan kehendak kepada orang lain. Jangan pula memakai cara-cara kekerasan, ataupun anarkis. Harusnya demo buruh juga bisa menggalang simpati dari masyarakat, agar tujuannya yang mulia itu juga ikut diperjuangkan oleh masyarakat lainnya.

Dengan Para buruh harus merapatkan barisan demi mencegah terkontaminasi dari petualang-petualang politik yang memanfaatkan para buruh untuk menghantam atau menyerangan Pemerintah demi ambisi dan politisasi buruh dalam mencengkeram negara ini dari orgasme politiknya.

Tiada harapan yang lebih indah terhadap negeri ini, agar bersatu dalam menegakkan cita-cita bangsa di atas segala kepentingan pribadi. Kondusivitas negeri akan memampukan para pengusaha untuk memperbaiki kesejahteraan para buruh. Mari hancurkan segala bentuk provokasi dan ancaman-ancaman desintegarsi bangsa. Buruh jangan mau ditunggangi karena kita bukan "kuda" !

Selamat hari Buruh!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun